33. Tak Bisa Memilih

Mulai dari awal
                                    

Eheemm!

Arya berdehem terlebih dahulu sebelum menjelaskan semuanya.

"Waktu itu aku nggak jalan sama selingkuhanku, tapi aku jalan sama anak gadisku," ungkap Arya jujur.

"Anak gadis?"

Felicia berdecih kencang.

"Aku nggak bodoh, mana mungkin aku percaya sama alasan konyol kamu itu," ujar Felicia dengan nada sinis.

"Tapi aku nggak bohong, dia memang anak gadisku," ujar Arya dengan semangat.

"Udah setahun kita pacaran, kenapa baru sekarang aku lihat dia? Kenapa kamu nggak pernah cerita?" tanya Felicia tampak emosi.

"Karena aku baru ketemu sama dia beberapa hari yang lalu, selama ini aku nggak tahu kalo aku punya anak."

Brak!

Felicia menggebrak meja dengan kencang hingga membuat Arya terperanjat kaget. Emosi wanita itu sudah tidak bisa dibendung lagi.

"Udahlah! Aku capek! Aku mau pulang!" ujar Felicia tampak kesal.

"Tunggu dulu! Aku belum selesai jelasin semuanya."

Arya menahan tangan Felicia dengan erat.

"Stop Arya, aku nggak percaya sama kamu," ujar Felicia sambil berusaha menghentakkan tangannya. Mencoba melepaskan diri dari Arya.

Arya memeluk Felicia. Wanita itu jelas memberontak. Memukul tubuh Arya dengan sekuat tenaga.

"Lepasin!"

"Lepasin!"

Untung saja restoran mewah itu sepi karena sudah Arya sewa untuk malam ini. Kalau hal ini terjadi ditempat umum, Arya pasti sudah membawa Felicia pergi menjauh karena saking malunya. Ia merasa seperti seorang pria yang hendak melecehkan Felicia.

"Sayang, kamu tenang dulu, aku mohon," pinta Arya dengan suara lembut.

"Aku udah bilang aku paling nggak suka diselingkuhi," geram Felicia yang trauma dengan masa lalunya yang pernah diselingkuhi oleh mantan kekasihnya.

"Iya aku tahu, tapi Vita itu anakku."

"Oh jadi nama gadis murahan itu Vita?"

"Jangan ngomong gitu, dia anakku," ujar Arya tegas.

"Dari tadi kamu bilang dia anakmu, emangnya kamu udah pernah menikah?"

"Belum," sahut Arya jujur.

"Jadi dia anakmu dengan wanita murahan?"

"Tolong stop bilang wanita murahan, mama Vita bukan wanita murahan. Karena dia sahabat baikku. Dulu aku nggak sengaja tidur sama dia," ungkap Arya dengan nada lirih.

Felicia berhasil melepaskan diri dari pelukan Arya. Wanita itu menatap Arya dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.

"Intinya kamu udah selingkuh dari aku," tuduh Felicia.

"Aku nggak selingkuh, semua itu terjadi waktu aku masih kuliah dulu," ujar Arya penuh penekanan.

"Mau itu terjadi dulu atau sekarang, intinya kamu punya anak dari wanita lain. Bagiku itu sama aja kayak kamu selingkuh," ujar Felicia menahan amarah.

"Jadi selama ini kamu masih menghubungi wanita itu," tuduh Felicia yang sudah terbakar emosi.

"Aku bersumpah kalo aku nggak pernah menghubungi mamanya Vita. Karena dia udah meninggal bertahun-tahun yang lalu," ungkap Arya mencoba menyakinkan Felicia kalau ia tidak pernah menghubungi Sinta.

Arya menarik nafas lalu mengembuskannya dengan perlahan.

"Aku mohon terima Vita, dia darah dagingku, dia bagian dari hidupku," ujar Arya menaruh harapan besar pada Felicia.

Dengan perlahan-lahan Arya berlutut dihadapan Felicia. Lalu pria itu mengeluarkan kotak kecil dari saku dan membukanya.

"Will you marry me?"

Mata Felicia melebar. Wanita itu perlahan-lahan mulai meneteskan air mata.

"Maaf, aku nggak bisa," sahut Felicia sambil menangis, tubuhnya pun bergetar.

Jeder!

Bak tersambar petir, Arya membeku. "Kenapa?" tanyanya lirih masih tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

"Apa kamu udah nggak cinta sama aku?" tanya Arya pilu.

"Aku cinta sama kamu," sahut Felicia sambil tersedu-sedu.

"Kenapa kamu nolak lamaranku? Apa kamu butuh waktu?"

"Nggak, keputusanku udah bulat, aku nggak bisa nerima lamaranmu."

"Tapi kenapa? Kalo ada sifatku yang bikin kamu ragu, aku siap berubah," ujar Arya bersungguh-sungguh.

"Bukan kamu yang salah disini, tapi aku..." Felicia menghentikan ucapannya sambil menahan sesak di dadanya.

"Karena aku nggak akan pernah bisa terima anak kamu," lanjut wanita itu.

"Aku tahu kamu masih syok denger fakta ini. Aku tahu berat buat kamu terima anakku dalam waktu singkat. Tapi aku yakin suatu saat kamu bisa terima dia. Dan aku yakin Vita juga pasti bisa terima kamu apa adanya, dia juga butuh sosok seorang ibu dari kamu. Karena mamanya meninggal setelah ngelahirin dia," ujar Arya.

"Setelah denger perkataan kamu barusan, aku justru semakin nggak mau nikah sama kamu walaupun aku masih cinta. Aku ini Felicia Arya, wanita yang pernah gagal menikah karena laki-laki yang akan menikahiku justru menghamili sahabatku sendiri. Kamu tahu kalo aku nggak suka sama pria yang seperti itu. Aku trauma dan sakit hati. Dan sekarang kamu nyuruh aku buat jadi ibu untuk anakmu dengan wanita lain? Aku juga harus gantiin peran wanita itu sebagai ibu? Apa kamu udah nggak waras?!"

"Aku nggak bisa terima anak kamu dengan wanita lain, kalo kamu masih tetap mau nikah sama aku, kamu harus ninggalin anak kamu, tapi kalo kamu pilih anak kamu, aku mending mundur," ujar Felicia tampak tak main-main.

"Aku nggak bisa milih salah satu dari kalian, karena kalian berdua bukan sebuah pilihan," ujar Arya sambil memijat pangkal hidungnya.

"Keputusanku udah bulat, aku pilih mundur," ujar Felicia lalu wanita itu melenggang pergi meninggalkan Arya yang tampak sangat sedih.

***
Besok update jam 7 malam

Future WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang