[Janji Untuk Ayah] 03

205 210 136
                                    

SELAMAT MEMBACA

  •••••

03. Hukuman

Pagi ini dian sangat malas untuk pergi ke sekolah. Rasa semangat belajar nya seketika hilang ketika dian mendengar permintaan ayah nya semalam. Namun hari ini ada ulangan harian IPA yang tidak mau dian lewatkan. Jika dian tidak mengikuti ulangan hari ini, maka besok ketika dian masuk dian harus mengikuti ulangan susulan di kantor. Dengan mata sembab dan wajah yang sedikit pucat dian tetap pergi ke sekolah bersama dengan nadya. Dian dan nadya tinggal dalam satu komplek. Semalam sebelum tidur dian sudah memberitahu nadya bahwa hari ini dian akan menumpang mobil nadya untuk berangkat sekolah bersama. nadya tidak keberatan sedikit pun dan juga jalan menuju keluar komplek searah dengan rumah dian.

Dian mengenakan pakaian biru putih rapi dengan atribut nya dan juga jilbab putih segi empat. Dian berdiri di depan kaca besar yang ada di pintu lemari dan menatap diri nya sendiri. Dian terdiam membayangkan sesuatu hal yang selama ini dia impikan, dian merasa semua perjuangan nya akan sia-sia begitu saja.

"drttt...drttt" getaran handphone yang ada di saku rok membuat dian tersadar. dian memasukan tangan nya ke saku dan mengambil sebuah handphone. Dian melihat ada pesan masuk dari nadya. Nadya memberitahu dian bahwa dia sudah menuju ke rumah dian. Dian segera mengambil tas nya dan berjalan keluar.

~~~~~

Dian keluar dari kamar nya berjalan melewati ruang makan menuju ke depan.

"mbak dian sini sarapan dulu" panggil bunda namun tidak di hiraukan oleh dian. Dian terus berjalan tanpa menoleh ke arah anggota keluarga nya yang sedang sarapan bersama.

~
Dian keluar dari rumah diikuti oleh mas dafi yang biasa mengantar dan menjemput dian. Mas dafi memanaskan motor nya sedangkan dian mengenakan sepatu di ambang pintu.

"mas ngga usah ngantar dian, hari ini dian bareng sama nadya" ucap dian meninggalkan mas dafi yang sedang memanaskan motor nya dan berjalan menuju gerbang menghampiri sebuah mobil hitam yang berhenti tepat di depan rumah dian. Nadya membuka kan pintu untuk dian.
"makasih nad dan maaf banget ngerepotin" ucap dian yang sudah duduk di dalam mobil.
"gua mah udah biasa lu repotin" jawab nadya dengan candaan.
Dian hanya tersenyum masam. Nadya menyadari ada yang aneh dari sahabat nya ini, tidak biasanya dian murung seperti ini.

"lu sakit di?udah sarapan kan tadi? " tanya nadya yang khawatir dengan keadaan dian.

"gue gapapa kok nad, kalo sarapan sih belum tadi buru-buru jadi ngga sempat sarapan. Tapi gue janji ntar sarapan roti bakar aja di kantin" jawab dian dan memperlihatkan senyum manis nya menenangkan pikiran nadya. Nadya hanya mengangguk paham dan menatap sahabat nya ini.

Perjalanan menuju sekolah menghabiskan waktu sekitar 15 hingga 20 menitan. Di dalam mobil dian lebih banyak diam dari biasanya yang membuat nadya yakin bahwa dian sedang ada masalah dengan keluarga nya. Tetapi nadya memilih untuk tidak bertanya karena dia tidak ingin di kira mencampuri urusan keluarga dian

~~~~~~

Dian dan nadya berjalan melewati lorong untuk menuju ke ruang kelas mereka yang ada di lantai dua. Mereka sampai di sekolah sekitar 7 menit yang lalu namun sesuai janji dian tadi mereka mampir ke kantin terlebih dahulu untuk membeli roti bakar.

~
Sesampainya di kelas dian memilih untuk langsung duduk di kursi nya dan memakan roti bakar yang dia beli di kantin tadi.

"eh lu udah ngerjain tugas ski blom?" tanya nadya. Dian hanya menggelengkan kepala nya dan melanjutkan makan nya. Karena kejadian semalam dian lupa mengerjakan tugas SKI dan dian hanya pasrah jika di hukum oleh bu nurul.

Janji Untuk Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang