Lab Love 12

Mulai dari awal
                                    

Salah satu yang sangat berkesan mengenai Miss. Suzanne adalah aura dan volume suaranya. Seperti saat ini, beliau tidak perlu pengeras suara, tapi semua yang hadir di auditorium langsung meninggalkan apapun yang sedang mereka kerjakan dan memperhatikan Miss. Suzanne dengan perhatian penuh.

"Beliau tidak mungkin langsung mengumumkan hasil audisi, kan?" bisik Ash.

Paige hanya mengangkat bahu, tapi tidak bisa dibohongi, raut mukanya penuh semangat dan ingin tahu. Mendadak Ash merasa gugup, bagaimana kalau audisi tidak berjalan sesuai yang ia inginkan?

Tapi ternyata Miss. Suzanne benar-benar mengumumkan hasil audisi saat itu juga. Mr. Harold maju selangkah untuk mengumumkan aktor drama. Seperti yang sudah bisa ditebak, Mel mendapat tempat sebagai aktris utama.

"Heh," Paige kembali menyikut Ash, tapi kali ini hanya untuk menarik perhatian gadis itu.

"What?"

Paige menelengkan kepala, ke arah pintu auditorium.

Rahang Ash meluncur ke lantai, Luke berdiri bersandar tembok auditorium—di samping pintu masuk. Meski dengan jarak sejauh itu, Ash tidak bisa tidak mengenali jumper biru tersebut.

"Kalian ada janji? Seingatku hari ini nggak ada jadwal belajar A&P. Setelah ini kita akan merayakan hasil audisi, kan? Seperti rencana kita semula?" cerocos Paige.

"Yes untuk semua pertanyaanmu," jawab Ash asal.

Kedua matanya terfokus pada Luke, telinga fokus pada Mr. Harold yang memberikan giliran pada Miss. Suzanne untuk mengumumkan hasil audisi penari. Sedangkan otak Ash terbelah, di satu sisi sibuk menanyakan perihal Luke. Apa yang sedang Luke lakukan di sini? Darimana dia tahu soal audisi? Di sisi lain mencerna pengumuman Miss. Suzanne.

"Solo hari pertama, Thomas Haan, hari kedua Paige Wilson, hari ketiga Ashley Hughes. Tim 1, Andrea Willow - James Morgan, Ashley Hughes - Thomas Haan, Audrey Lee - William Cottle, Paige Wilson - Kai Chen. Untuk solo dan tim 1 pelatihnya saya sendiri. Tim 2...."

Suara Miss. Suzanne menghilang diantara sukacita nama-nama yang disebutkan beliau. Ash nyaris tidak sadar ketika Paige memeluknya, karena perhatian Ash hanya terfokus pada Luke yang tersenyum dari kejauhan. Senyum yang seolah mengatakan bahwa Ash layak mendapatkan apa yang baru ia dapatkan. Entah kenapa, pengakuan Luke begitu berarti bagi Ash. Mungkin karena segala cibiran karena dirinya terlahir sebagai keponakan Uncle Ben. Atau mungkin karena pencapaiannya dalam menari tidak ada hubungannya dengan kelas atau klub belajar A&P.

Apapun itu, intinya, pendapat Luke memang berarti untuk Ash.

"Oh, no...."

"What?" gumam panik Paige memutus fokus Ash pada Luke.

Gadis itu mengikuti arah pandangan Paige—

"Apalagi maunya?!" Ash melepaskan diri dari pelukan Paige, gusar ketika melihat Josh dan Andreas masuk auditorium melalui pintu belakang.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Paige. Ia menatap Ash dan Andreas bergantian, khawatir kalau, kalau Ash bertindak ceroboh.

Untuk beberapa saat Ash hanya berdiri, menimbang apa yang harus ia lakukan. Akhirnya gadis itu meninggalkan Paige dan menyeberangi auditorium sebelum Josh dan Andreas menghampirinya.

"Ash," panggil Paige.

Ash hanya melambaikan tangan, tidak peduli dengan Paige yang khawatir.

"Hei," sapa Ash.

"Hei juga," Luke mendorong tubuhnya dari tembok yang dijadikan sandaran. "Selamat dengan audisinya. Aku nggak paham dengan tarian, tapi kurasa tarianmu bagus."

Ash tersenyum lebar. "Kau melihat audisiku?"

"Yeah."

Jantung Ash berdegup kencang. Ada rasa bangga yang tidak terlukiskan ketika Luke mengakui jika cowok itu sempat melihat audisinya. Senyum Ash semakin lebar ketika sebuah ide terlintas.

"Mungkin kau perlu pelajaran mengenai tarian," Ash berkedip-kedip menggoda.

"Nah, thank you very much, I'll pass." Luke menggelengkan kepala, tapi ujung bibirnya terangkat sedikit, membentuk seulas senyum.

"Oh, come on, aku sudah belajar basket, sekarang giliranmu belajar tari," bujuk Ash.

Snort.

Ash dan Luke menoleh, mendapati Mel yang baru saja masuk auditorium mendengus keras.

"Ada masalah?" tanya Ash. Gadis itu bertekad untuk tidak hanya diam. Enak saja menginjak-injak harga diri orang lain.

"Cuma heran dengan apa yang dilihat Andreas," jawab Mel dengan kedua mata menguliti Ash dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Oh, kalau kau membuka kursus tari, jangan lupa kalau kau akan jadi back up dancer-ku. Jadi pastikan kau nggak terlambat atau kecapekan. Jangan sampai merusak reputasiku."

"Thanks, Ash akan melakukan yang terbaik," jawab Luke sebelum Ash bisa membuka mulut. Tangan Luke memegang—lebih tepatnya mencengkeram—lengan Ash, jelas berusaha untuk menahan Ash agar tidak meladeni provokasi Mel.

"As she should," Mel melanjutkan langkah masuk auditorium dengan dagu terangkat tinggi.

"Why. Did. You. Stop. Me?" desis Ash menarik lengannya dari cengkeraman Luke.

"She's not worth it."

Belum juga Ash merespon, ekor matanya menangkap Andreas berjalan ke arahnya.

Ash berjinjit, berbisik di telinga Luke. "Forgive me for this."

"Wha—"

Luke tidak sempat melanjutkan ucapannya karena bibir Ash terburu menempel di bibir cowok itu.

Untuk sepersekian detik, Ash merasakan jika Luke membeku. Jelas cowok itu sama sekali tidak mengira jika Ash akan menciumnya. Apalagi di tempat umum seperti ini. Desperate need come with desperate measures, not that kissing Luke was awful, it was the opposite, actually. Meski ciuman tersebut bisa disebut ciuman kilat karena secepat itu dimulai, secepat itu pula diakhiri, setidaknya Ash berharap Andreas paham dengan pesan yang ingin disampaikan Ash. Tapi, menilik Andreas tidak muncul merecokinya, bolehlah berasumsi, jika pesan Ash tersampaikan. Kalaupun tidak, Ash sama sekali tidak menyesal, malah merasa beruntung bisa punya alasan untuk mencium Luke. Ha!

Sepanjang sisa waktu pengumuman, Ash tidak meninggalkan sisi Luke. Pertama, terlalu malas kalau sampai bersinggungan dengan Andreas atau Mel. Bisa dibilang pengecut karena menggunakan Luke sebagai tameng, tapi... masa bodoh. Kedua, malas dengan interogasi Paige dan Josh. Ash nyaris tidak bisa menahan tawa ketika melihat bagaimana Mel menempel pada Andreas. Oh, mungkin seperti dirinya dan Luke?

Satu jam kemudian Ash, Luke, Paige, dan Josh duduk berhadapan di Infinity Ice untuk merayakan hasil audisi Ash dan Paige. Yang patut diapresiasi adalah bagaimana reaksi Josh terhadap Luke. Alih-alih bersikap dingin, dia justru sebaliknya.

"So, Luke, the little bird said that you're good at basketball," kata Josh sambil menyendok es krim Coffee Cashews. Cowok itu juga tidak peduli dengan Ash yang memelototinya.

"Nah, hanya untuk bersenang-senang," jawab Luke.

"Nggak ingin bergabung dengan tim?" tawar Josh.

Entah Josh serius atau tidak dengan tawaran tersebut, Ash tidak bisa memutuskan.

"And giving your captain every chance to kick my ass? No thank you." Luke tersenyum kecil.

Josh mengangkat bahu dan terkekeh. "To be fair, he looked like wanted to murder you."

"Cukup bergosipnya," Paige mengangkat pint es krim. "Akan ada perjalanan panjang untuk festival, it's not done yet, in fact it's just the beginning. Cheers for a great beginning!"

Lab Love [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang