Keningnya mengerut saat menatap raut tidak enak di muka Arsen, dengan inisiatif sendiri ia bertanya.
"Apa ada sesuatu? Kenapa wajahmu cemberut seperti itu?"

Arsen berdiri,
"Tidak apa, kau baik-baik saja bukan? Kalau begitu aku pergi dulu." Ucapnya lalu melenggang pergi begitu saja.

"Arsenno! Arsen, kau mau kemana?"

"Arsen!"

"Ada apa dengannya? Apa dia akan melakukan sesuatu pada asisten sewaan ku karena telah membuatku seperti ini? hufftt, dia tidak perlu repot-repot melakukan itu, aku jadi merasa tidak enak." Monolognya dengan diakhiri senyuman malu-malu setan.

•••••••••••

Satu Minggu berlalu begitu cepat, saat ini Nura tengah duduk di kursi roda dengan pandangan menatap gelapnya langit malam. Wajah ceria dan penuh tawa yang selalu ia tampilkan, kini telah hilang ditelan kegelapan malam.

"Sialan," gumamnya memaki keadaan.

"Jadi, semua ini beneran cuma mimpi? Cuma khayalan gue sendiri?"

"Kalaupun itu cuma mimpi, kenapa pengaruhnya sebesar ini di hidup gue?"

"Kenapa gue gak lupa ingatan aja?"

"Kenapa gue harus selamat? Kenapa gue gak mati?"

Memejamkan matanya untuk sesaat sebelum kembali membukanya. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya, melakukan hal yang sama secara berulang-ulang hingga dirinya merasa kembali tenang.

"Oke! Anggep aja ini kehidupan kedua lo."

"Eh, ketiga bukan sih?"

"Apa jangan-jangan ke empat?"

"Wah, ini gue titisan kucing kali ya? Banyak bener nyawa gue."

Beberapa saat setelahnya hanya keheningan yang mengisi kamarnya.

Kedua tangannya terkepal di atas paha, kepalanya tertunduk dalam dengan pundak yang bergetar pelan. Dadanya terasa begitu sesak dan sakit,
"Mas Duke...." Gumamnya.

"Gue kangen Bangs*t..."

"Mas Duke udah janji kalo bakalan sama-sama terus sama Nura. Awas aja kalo sampe ingkar janji! GUE PITES LO!" antara sedih dan emosi menjadi satu. Belum lagi masalah tentang perpindahannya ke Amerika besok pagi.

Tapi Nura tidak begitu memusingkannya karena Caca akan ikut bersamanya ke Amerika sampai dirinya benar-benar pulih. Tidak dia sangka jika dia akan memiliki sahabat sesetia itu padanya.

"Oke Nura, udahan galaunya. Siapa tau di Amerika nanti dapet bule yang sebelas dua belas sama mas Duke."

"Tenang, Lo cantik. Lo bisa dapetin apapun yang Lo mau." Setelah itu dia menoleh ke samping dimana terdapat cermin besar di sana yang memantulkan secara langsung seluruh tubuhnya.

"....udah gak cantik lagi ternyata." Gumamnya miris begitu melihat wajahnya yang dipenuhi luka goresan.
"Mana cacat lagi, nasib gue sial banget." Lanjutnya dengan miris.

"HAH! Bodoamat sing penting happy!"

••••••••••

Kabar bahagia bagi Nura saat mengetahui jika dirinya tidak jadi pergi ke Amerika. Dokter spesialis yang akan ia datangi dengan sendirinya akan datang ke Indonesia karena memiliki urusan yang membuatnya akan tinggal di Indonesia dalam waktu yang cukup lama membuat Nichole maupun keluarganya sangat bersyukur. Walaupun tidak jadi pergi ke Amerika, keluarganya tetap memutuskan agar Nura menjalani homeschooling sampai lulus sekolah.

Nyonya D'Valter Where stories live. Discover now