67) Strategi Marketing Yang Konyol :)

12 3 1
                                    


"Ei!" Anna menepuk pelan bahu Darrel, setelah 1 menit lamanya ia menunggu jawaban. "Kok malah diem aja?"

Darrel mengerjapkan matanya. "Ah, iya besok-besok aku bawain."

"Makasih."

Darrel menganguk. Pandangan matanya tertuju pada seorang yang terlihat berjalan dari belakang Anna.

"Ngomongnya diganti lo-gue," bisik Darrel masih fokus melihat orang tersebut semakin dekat.

Anna menatap bingung mata Darrel. Ia pun menoleh ke belakang untuk menemukan jawabannya.

Ah, ternyata si pemuda basa-basi.

Devan langsung menyodorkan sebotol air mineral berembun pada Anna.

Dahi Anna berkerut, memperhatikan botol tersebut. "Buat apa?"

"Buat lo."

"Ini seriusan?" Tangan Anna bergerak ragu-ragu setelah Devan menganggukkan kepalanya.

"Ya udah, makasih," ujar Anna yang membuat Devan langsung tersenyum senang.

Namun, di luar dugaan. Anna menoleh ke samping dan menyodorkan botol air mineral tersebut kepada Darrel. "Buat lo aja ya. Diminum, biar nggak dehidrasi."

Darrel yang sedang asik menggoreng pun menerimanya dengan senang hati. "Thanks! Ini bisa bikin lebih krispi nantinya."

Devan jelas terkejut dengan interaksi antara mereka berdua. Padahal, jelas-jelas berapa hari lalu mereka bertengkar hebat. Tapi sekarang? Bisa akur dengan semudah itu?

Tangan Devan mengepal kuat. Ia yang merasa harga dirinya telah jatuh pun lantas pergi tanpa permisi.

Dan sepeninggal Devan, banyak siswi-siswi berdatangan ke kedai.

"Omg! Darrel, ternyata kamu bisa masak? Ih kok baru tau."

"Kak, aku beli tahunya dong."

"Kalau aku beli tahunya dapet bonus kamu nggak?"

"Aku yang pertama ya kak."

"Ish enak aja! Gue duluan tau!"

Kedai seketika ramai dan riweh oleh para mulut-mulut siswi pemuja Darrel. Entah, mengapa hanya mendengar suara cempreng mereka saja sudah membuat Anna merinding

Anna merasa kasihan melihat Darrel yang kualahan pun ikut serta membantunya.

"Em, kak maaf." salah seorang siswi berbicara dengan nada canggung pada Anna.

Anna mengangkat kepala menghadap pada gadis itu. "Iya, kenapa?"

"Aku maunya diambilin sama kak Darrel aja," cengirnya yang langsung membuat Anna menghentikan kegiatannya.

"Oh. Ya udah."

Jujur, bukan maksud Anna untuk membiarkan Darrel kesulitan. Tetapi pembelinya sendiri yang memintanya. Mau tidak mau ya, Anna harus menurutinya. Kan katanya pembeli adalah raja. Toh, kalau Anna bersikeras untuk membantunya yang ada malah mereka akan rugi.

"Maafin gue ya." Anna menepuk pelan bahu Darrel merasa tidak enak.

Darrel menoleh sekilas. "Gapapa."

"Wah jadi ini kedai lo dek?" Genta tiba-tiba saja nongol dari belakang yang refleks membuat Anna terkejut.

"Buset bang! Ngagetin aja lo."

Dua orang sahabat Genta pun ikut muncul dan berdiri di samping Anna.

"Jualan apa kelas lo?" tanya Genta tanpa basa-basi.

Parangga [√]Where stories live. Discover now