41: Tutup

35 2 0
                                    

"Julian ikut?" tanya Vanes ke arah Eliana.

"Memang hari ini rencananya mau kemana?" tanya Julian di sela-sela melahap soto hangat.

"Loh, belum dikasih tahu?" tanya Vanes ke arah Eliana.

Yang ditanya menggeleng tanpa rasa bersalah. Banyak hal yang mereka bicarakan sampai lupa membahas tentang itu.

"Berangkat jam sebelas, pergi makan siang. Terus-"

"Pipi Lo kenapa, El?" ucap Skyla menghentikan ucapan Vanes. Ia mendekatkan wajahnya dengan Eliana yang sekarang hanya tinggal tersisa beberapa centi.

"Ditampar orang tidak jelas" ucap Eliana selagi melahap nasi goreng.

"Orangnya Lo, ya?" tuduh Skyla ke arah Julian.

"Sudah dikasih obat?" tanya Vanes ikut khawatir.

Eliana mengangguk, "Sudah, di rumah sakit".

"Sampe ke rumah sakit? Ada apa sih?" suara Skyla mulai mengganggu aktivitas makan penghuni lain.

"Permisi" ucap seorang Pria menginterupsi ke-limanya. Skyla, Vanes, dan Ryan menatap heran. Sementara, di bawah meja Eliana mencengkram baju Julian erat. Ia takut.

Julian menghentikan kegiatan makan dan menatap Pria itu tajam. Seperti harimau yang hendak menerkam mangsanya.

"Saya minta maaf, soal yang semalam" lanjut Pria itu.

Ucapan yang membuat satu meja itu tertegun, kaku. "Semalam Saya tidak sadar" lanjutnya.

"Lain kali tidak usah minum kalau tidak tahu limit" ucap Julian tajam. "Old man act like a child".

Merasa Pria di sampingnya mulai emosi, Eliana mengambil alih. "Tidak apa, Saya maafkan" jawabnya singkat. Gadis itu tidak minta apapun, tidak pula menuntut pertanggung jawaban, yang penting Pria itu segera pergi.

Di belakangnya, Maxim melangkah dengan kaus hitam kusut, celana pendek, dan rambut berantakan. "Sudah, balik sana" ucap Maxim pada Pria asing itu. Anehnya, Pria itu nurut.

Maxim tersenyum ke arah Julian, keduanya bertukar pandang beberapa detik, sebelum akhirnya Julian mengerti.

Ia menggenggam tangan Eliana yang masih mencengkram pakaiannya. Dilepaskan, lalu digenggam oleh tangan kiri. Membiarkan tangan kanannya mengambil sendok dan melanjutkan kegiatan makan, "Habisin makanannya" ucapnya ke arah Eliana.

"What the heck is going on?" ucap Skyla ke arah Maxim. "Belum Gua tampar balik kok sudah disuruh pergi?!" lanjutnya.

Maxim memutar bola matanya malas, "For your information, hari ini Gua libur. Artinya, nanti tidak ada yang ngurusin laporan kepolisian Lo".

Tubuh yang semula tegang dipaksa rileks, mata yang semula membulat mulai mengecil, mulut yang memaki mulai tertutup rapat. "Ohh" ucap Skyla hampir tidak bisa di dengar.

Usai merasa lebih tenang, Eliana menarik tangan dan melanjutkan kegiatan makannya. Selama kegiatan makan, Skyla terus bertanya pada Maxim tentang kejadian semalam. Maxim yang tidak sanggup karena telinganya panas terpaksa menjelaskan.

Setelh kondisi jauh lebih tenang dan nyaman, Vanes melanjutkan penjelasannya tentang perjalanan hari ini.

"Jadi, kalian ikut?" tanya Vanes.

"Iya" jawab Julian singkat.

"Skip" jawab Maxim singkat. "Mau lanjut tidur".

"Lo tidurnya jauh banget, di Bandung" Skyla mulai berkomentar.

"Kalo bukan karena manusia budak cinta yang baru selesai kerja jam sembilan malam, tapi tetap maksa minta dianterin ke sini, Gua juga tidak mau" ucap Maxim sesekali melirik ke arah Julian. Tentu saja segera dihadiahi tatapan marah dari sahabatnya.

MEMBIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang