38: Catatan yang Terkunci

2 2 0
                                    

Kamu tersenyum dengan netra yang lembut. Tangan kita bertaut, seakan takut dipisahkan. Saat itu kamu berbisik tepat ditelingaku, 'Aku menyayangimu'. Dua kata itu diucapkan dengan tulus. Lalu, detik selanjutnya Aku bangun dan kata itu lenyap.

Kalau Aku bisa mengulang waktu, mungkin Aku akan tetap mencintaimu, tapi -Aku harap- dengan cara yang lebih baik.

Eliana mengenggam ponselnya erat. Di bawah selimut, tangannya bergerak menggeser layar. Membaca cacatan di ponselnya. Catatan yang diberi gembok.

Katakan terima kasih pada teknologi. Berkatnya Eliana bisa membuka ponsel dan catatan itu tanpa harus mengingat kata kunci, cukup dengan ibu jari.

Tadi malam kamu melangkah menjauh, meninggalkan jejak kaki di atas salju yang tebal. Aku mengikuti, melangkah di atasnya. Padahal kakimu lebih besar dariku, harusnya Aku bisa melangkah dengan nyaman. Tapi, semakin lama kamu semakin jauh. I am scared, then I fall.

Forever and ever, satu kisah yang membuatku menangis tiap episodenya. Their love is so pure. Cinta mereka tumbuh disetiap momen. I am jealous.

Aku ingin mencinta dengan cara yang dewasa.

Malam ini kamu datang lagi. Sayang, Aku tidak sempat menyapa.

Belum selesai, ibu jari dan netranya masih sibuk membaca catatan yang terakhir kali ditulis tanggal 22 Juni 2017 pukul dua pagi. Belum ada petunjuk tentang siapa yang disebutkan.

Kata Wenxing, hal yang paling sulit di dunia ini adalah saling mencintai. Dia benar.

Jika sebagian memori ingatanku hilang, apa sebagian perasaanku juga hilang? Aku harap iya.

That trembling body and wet cheeks. I am sorry you have to go through this, Eliana.

Malam ini, kamu hadir mengucap perpisahan. Tidak ada tangis, karena air mataku habis. Tidak ada sakit, karena Aku mati rasa. Selamat tinggal, Gio. Sampai jumpa dilain mimpi.

Gio. Tidak sia-sia membaca lima catatan terkunci, Eliana mendapatkan jawabannya. Jawaban dari sosok yang selalu muncul dalam tulisan.

Untukmu, penelfon usai jam makan malam. Jika kita dipertemukan lebih cepat, mungkinkah Aku akan mencintaimu?

Deg- Eliana tercekat. Penelfon usai jam makan malam. Saat itu hanya ada satu sosok di benaknya.

Kalau waktu tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, bisakah Ia digantikan dengan jarak? Biar jarak yang melaksanakan tugasnya.

Satu hari saja, seandainya kamu bisa mencintaiku satu hari saja -tak apa meski hanya pura-pura- mungkin Aku bisa merelakan.

Untuk kamu yang saat bangun nanti tidak tahu apapun, selamat! Kamu berhasil menyelesaikan tugasmu.

Deg- lagi, Eliana tercekat. Kehidupan macam apa yang sebelumnya Ia jalani? Mengapa terdengar menyedihkan sekaligus menyakitkan?

Kasihan, sudah jatuh, diinjak-injak. Pp, jangan mati mengenaskan.

Belum selesai, pintu kamar di ketuk. Eliana melihat jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul delapan pagi.

Ia mengunci ponsel dan bergegas membuka pintu. Bertemu netra dengan salah seorang pelayan yang selalu bertugas membangunkan Eliana.

Sejak pagi, pikirannya kalut.
Kenapa kamu tidak menulisnya? Eliana, apa yang akan kamu lakukan jika diberi kesempatan kedua?

Kalau seberat dan sesulit itu, bukankah Aku lebih baik tidak mengingatnya? Apa yang kamu inginkan, Eliana?

MEMBIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang