Althaia memijat pelipisnya pusing. Rasanya malu sekaligus tak percaya dengan sikap Max saat ini. Bahkan laki-laki itu tak segan berteriak di depan Papanya. Ya ia tahu Max mungkin hanya refleks. Tapi sama saja, hal tersebut tak sopan menurutnya.

“Ya sudah,” putus Abraham begitu saja.

Max berdiri. Menghampiri Abraham sebelum beranjak ke dalam rumah.

“Om beneran, kan? Gak bohong? Saya boleh jadi menantu om?”

“Mau saya tarik ucapan saya tadi?”

“Jangan-jangan! Makasih Om. Saya janji, ah bukan, saya akan berusaha untuk buat anak om bahagia, melindungi dia sebisa mungkin, meskipun nyawa saya taruhannya.”

Abraham memutar bola matanya jengah. “Oh ya satu lagi. Syarat yang harus kamu lakukan jika mau mendapat restu dari saya. Jauhkan anak saya dari laki-laki bernama Dylan. Jangan buat dia melukai Althaia untuk ke sekian kalinya.”

Setelahnya, Abraham benar-benar pergi ke dalam kamarnya. Meninggalkan Althaia yang tercenung mendengar perkataan terakhir Papanya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Papanya tahu semua? Tentang Dylan. Juga tentang kelakuan Dylan selama ini terhadapnya?

Max langsung menghampiri Althaia yang masih terdiam. Senyum lebarnya tak pernah luntur sedikitpun. Seakan-akan baru saja mendapat undian bernilai besar.

“Lo dengar kan? Papa Lo udah ngasih restu ke gue. Jadi gak ada alasan buat Lo nolak gue lagi. Sekarang Lo resmi jadi cewek gue. Milik Maximilian Archard.”

Mendengar suara Max membuat Althaia tersadar dari pemikirannya. Ia menatap Max dengan pandangan sebal.

“Apa sih? Gue gak mau ya. Gue mau cari cowok lain yang gue cintai, bukan lo.”

Max berkacak pinggang. “Cinta bisa datang kapan aja. Gue pastiin Lo bakal jatuh cinta, bahkan sampai bucin sama gue.”

Althaia berdecih sinis. “Lo kali yang bucin sama gue.”

Max membuka mulutnya hendak menjawab. Namun, kedatangan seseorang membuatnya mengurungkan niat.

“Pasangan baru kok udah berantem sih?”

“Mama apaan sih?”

Althaia memandang Mamanya yang datang membawa nampan berisikan minuman dengan sebal.

“Mama kan bicara fakta. Diminum dulu Max, maaf ya seadanya aja.”

“Makasih Tante. Btw, anaknya galak banget ya.”

Max dan Hani tertawa bersama. Mengabaikan Althaia yang semakin kehilangan mood nya.

“Anak tante emang galak-galak. Saran tante, kamu harus banyakin sabar menghadapi anak tante satu ini yang galak.” Hani melirik Althaia melalui ekor matanya. Bibirnya menyunggingkan senyum geli melihat wajah anak bungsunya yang sudah memerah karena marah.

“Tante jangan khawatir, stok sabar saya banyak kok.”

Hani meninggalkan Althaia dan Max sendirian. Keduanya duduk berhadapan di ruang tamu rumah Althaia.

Max merubah raut wajahnya menjadi serius. Matanya menatap Althaia yang masih kelihatan kesal.

“Oke sekarang serius,” kata Max seraya menyesap minuman yang dibawakan Hani tadi untuknya.

“Apa?” tanya Althaia galak.

Max mendengus geli. “Gue akan selalu awasi Lo di manapun itu, gue gak mau kejadian seperti tadi terulang lagi. Jadi, sewaktu-waktu ada gerombolan orang seperti tadi, Lo tenang aja, mereka pasti orang-orang yang gue suruh buat jagain Lo.”

“Hmm. Tapi Lo gak perlu segitunya.”

“Gue gak mau cewek gue diganggu siapapun, termasuk mantannya,” kata Max menekankan kata 'mantan' di akhir kalimatnya.

Althaia berdecak.

“Lo sebelumya pernah kenal sama gue?”

“Maksud Lo?”

“Sebelum ketemu gue di club waktu itu, Lo pernah ketemu gue sebelumnya? Atau memang di club' waktu itu pertemuan pertama kita?”

“Pertemuan pertama kita memang di club' waktu itu. Ada apa?”

Althaia terdiam. Seingatnya, ia juga tak menemukan tokoh bernama Maximilian Archard di dalam novel yang membuatnya terjebak dalam dunia ini. Hanya ada nama Dylan yang selalu dituliskan dalam setiap bab. Lalu, bagaimana bisa alurnya seperti ini. Memikirkan itu semua membuat kepala Althaia dilanda pusing.

“Lo kenapa?” tanya Max dengan bingung. Melihat Althaia yang hanya diam setelah ia menjawab pertanyaan yang dilontarkan gadis itu.

I am fine.

“Kalau gitu gue pulang. Besok gue jemput, jangan berangkat sendiri atau...” Max mendekatkan wajahnya ke arah telinga Althaia. Membisikkan sebuah kalimat yang membuat tubuh Althaia menegang sempurna.

“....gue akan kasih hukuman yang bisa buat Lo kecanduan.”

*•.¸♡ To Be Continue♡¸.•*'

Q: Setuju gak Max sama Althaia jadian?

Max freak banget ya di depan keluarga Althaia. Gak ada jaim-jaimnya🙄🙄

Kepo gak sih Max itu darimana? Kalau Althaia sih kepo banget. Secara kan dia tahunya gak ada tokoh Max di dalam novel.
Terus,kenapa tiba-tiba malah ada😢

450 vote buat next chapter. Komen juga donkkkkk🥰🥰

Tolong banget share cerita Max ke teman-teman kalian. Kalau mau promosi lewat tik tok, jangan lupa beri #Hellomaxwattpad

See you next part 👋🏻👋🏻
Stay safe ya. Ingat pandemi belum berakhir❤️❤️

Hello MaxWhere stories live. Discover now