Susan yang melihat wajah Raka yang tidak datar seperti sebelumnya menjadi lumer dan semakin klepek-klepek dibuatnya.

"Iya pak," sahut Susan yang berani pindah tempat duduk di samping Raka. Bahkan Raka tidak protes sama sekali.

Susan mengulum senyum saking gembiranya.

"Tapi kalo pria itu berperilaku nggak baik, tapi kalo ternyata pria itu, pria baik-baik bapak harus izinin Vita pacaran sama dia," ujar Susan.

Dengan cepat Raka memberikan tatapan tajam ke arah wanita itu, aura dingin kembali menguar di sekitar tubuh pria itu.

"Pindah sana!" Bukan hanya perkataan melainkan Susan juga mendapat dorongan kasar dari pria itu.

Susan kembali merenggut dan berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya menuju ke sofa yang berada di seberang.

"Kalo aku dukung Vita, aku dapet restu dari gadis itu. Resikonya aku dimusuhi sama Raka. Tapi kalo aku dukung Raka, aku bisa deket sama dia. Tapi resikonya aku nggak dapet restu dari Vita anak kesayangan Raka. Kalo nggak dapet restu dari Vita, mana mungkin Raka mau menikahiku. Aduh gimana ini?" batin Susan sambil menggigit jari saking bingungnya.

Raka malas membahas mengenai pria yang sedang dekat dengan Vita. Ia memilih kembali mengerjakan pekerjaannya.

"Sana kembali ke tempatmu," usir Raka seraya berjalan ke meja kerjanya.

"Pak, saya bisa bikin Vita nggak marah lagi sama bapak," ujar Susan cepat.

"Saya sudah tidak minat lagi," sahut Raka kembali mengerjakan pekerjaannya.

"Bapak dengerin saya dulu."

"Saya yakin Vita nggak akan marah lagi sama bapak, kalo bapak ajak dia jalan-jalan ke mall sama saya juga," sahut Susan.

Sebelah alis Raka terangkat.

"Apa benar begitu?"

"Iya pak," sahut Susan memasang wajah polos.

"Cewek itu kalau lagi bete butuh healing, nah healing cewek itu biasanya belanja biar moodnya balik lagi," ujar Susan.

"Terus kenapa kamu harus ikut?"

"Emm... Itu karena biasanya cewek butuh temen buat belanja, yang sama-sama cewek juga, bapak nggak akan paham deh pokoknya," ujar Susan.

"Kalo Vita nggak mau ajak kamu, dia maunya sama temen-temennya gimana?"

"Jangan dibiarin pak, yang namanya temen pasti dukung temennya. Saya yakin Vita semakin berontak sama bapak," ujar Susan.

Raka menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Oke, besok kita jalan-jalan ke mall," ujar Raka.

"Tapi saya nggak punya uang pak, gajian masih lama," ujar Susan dengan nada terdengar lirih.

"Kamu tenang aja, saya yang bayar," sahut Raka dengan entengnya.

Mata Susan melebar saking senangnya.

"Beneran pak?"

"Iya," sahut Raka tanpa minat.

"Makasih pak," ujar Susan dengan hebohnya.

"Saya permisi dulu pak," ujar Susan dengan hati berbunga-bunga.

***

"Halo," sapa Vita.

"Vita, ini aku calon mama tiri kamu," ujar Susan di seberang sana.

"Gimana Tante, udah berhasil bikin papa bolehin aku pacaran?"

Future WifeWhere stories live. Discover now