"Nanti kita ketemu di tempat yang tadi kita omongin." Lanjut Kennand.

Hazel mengangguk, lalu memposisikan dirinya seperti menghormat, dengan tangan tepat di depan alis. "Siap, bos!"

Kennand kembali melambaikan tangannya, kemudian berbalik dan berjalan menuju lift.

Hazel menghela nafasnya, ada rasa bahagia dan takut mengerumuninya. Bahagia karena berhasil kembali bertemu dengan Kennand, lelaki yang sangat ia tunggu untuk kembali bertemu. Dan rasa takut dengan apa yang akan ia jalani setelah ini.

Hazel memasuki ruangan VVIP-nya, disambut dengan Abhi yang kini tengah menatapnya horor.

Hazel tiba-tiba saja gelagapan, jujur ia agak takut jikalau semisal abhi akan marah atau lebih dari itu. Karena, tadi ia pergi tak izin terlebih dahulu pada ayahnya itu, Hazel hanya izin pada Nazel saja.

"A-ayah, Hazel minta maaf pergi gak izin sama ayah," Ujar Hazel gugup dengan mata yang tak berani menatap ayahnya. "Hazel janji gak akan ulangin lagi."

"Kamu darimana?" Tanya abhi dengan nada serius.

"Hazel dari restoran bawah.." Jawabnya jujur, ia sudah merasa bersalah karena pergi tak izin, ia tak ingin lagi menambah rasa bersalahnya karena berbohong pada ayahnya.

"Sama siapa?" Abhi masih bersuara dengan nada serius.

"Sama temen deket di Indonesia." Hazel menjawab, kini menunduk karena takut dan merasa bersalah.

Kenapa gadis itu ketakutan? Tatapan Abhi yang membuatnya takut, ia tak pernah dipandang setajam ini sebelumnya. Jadi, ini membuatnya sangat ketakutan.

"Nazel bilang laki-laki? Bener?"

"Bener ayah," Hazel mengangguk dengan gemetar.

Kini Abhi bangun dari duduknya, berjalan memutari tubuh Hazel yang kini nampak berkeringat dingin.

"Nama laki-laki itu Kennand? Kennand Akhazan Edzard Alexander, anak dari Albern Chaiden Edzard Alexander? Betul?" Tanya Abhi.

Hazel terdiam beberapa saat. Mengapa ayahnya bisa tahu soal ini. Ia jadi ingat soal Abhi yang bertemu Athalia, nampak tak akur. Apa ada masalah yang tidak Hazel ketahui antara keluarga Edzard Alexander dan keluarga Dirgantara itu?

Hazel tak menjawab, ia hanya berusaha meneguk salivanya. Ketakutan membuat tenggorokannya terasa sangat kering.

"Kamu punya hubungan pertemanan sama dia? Atau hubungan lebih dari teman? Jawab jujur nak, ayah mau kamu jujur sama ayah," Pertanyaan abhi tetap membuat Hazel takut, meskipun nada bicara abhi mulai melembut.

"Untuk sekarang cuma sebatas teman." Jawabnya.

"Sekarang? Yang lalu? Atau untuk selanjutnya, akan lebih dari sebatas teman?"

Pandangan gadis itu semakin menunduk, sekujur tubuhnya sudah pucat. Terlebih lagi keringat dingin yang sedari tadi mengucur seperti orang kegerahan.

"Jangan temuin dia lagi, nak.." Pesan Abhi. "Dia bukan orang yang tepat buat kamu." Lanjutnya.

"Dia baik---"

Kennand Perfect BoyfriendWhere stories live. Discover now