Part : 42

853 54 10
                                    

Happy reading

Kennand menyenderkan kepalanya pada pundak gadis yang terlelap di sebelahnya. Beberapa kali menghirup aroma yang sangat manis dari rambut gadis itu.

Tak lupa, Kennand juga menggenggam tangan kanan Hazel yang tersambung dengan selang infus.

Ini perintah Azlan, tadi sangat terlihat raut wajah khawatir saat akan meninggalkan Hazel, untuk tugas kuliahnya. Tapi Kennand meyakinkan, ia bisa menjaga Hazel sampai Azlan atau Jio kembali.

"Hmmhh.." Kennand menghembuskan nafasnya panjang. Handphonenya mati, ia tak bisa menghubungi siapa-siapa. Walaupun tidak ada niatan untuk menghubungi siapapun.

Kennand masih tetap ada di posisi tadi, walau hari ini ia tak kelelahan seperti biasanya. Ia cukup mengantuk hari ini, bahkan hingga tak sadar ia juga ikut terlelap di sebelah Hazel.

•••

"Gue deja vu jir, liat ni rumah sakit" ujar Langit.

"Pas lo hampir jadi sate?"

"Mulai nih, gausah kumat inget" peringat Jio.

"Gue cuma bilang deja vu, malah dibilang kumat" Langit berdecak sebal.

"Noh si Derry mulai, diem ya lo der, sebelum gue aduin ke bapak lo"

"Iya dah, gue gak bakal ngapa-ngapain"

"Qila, napa lo diem mulu? Biasanya rusuh manjalita lo"

"Gue kepikiran anjir" balasnya sinis.

"Kepikiran apaan?"

"Omongan Jio di markas tadi"

"Yang mana? Kok omongan gue jadi kepikiran sama lo?"

"Anu.." Qila mengusap tengkuknya gugup. "Maksud lo detak jantung Hazel gak kedeteksi lagi itu gimana?"

"Ohh, yaa sederhananya bisa dibilang henti jantung, dan itu kalau gak balik lagi bisa ya, nyawanya lo tau lah" jelas Jio.

Lia dan Qila menghela nafas khawatir. Apakah Hazel sakit separah ini? Mereka khawatir.

"Iya itu kemaren gue sama Kennand bener-bener syok juga"

"Kennand?"

Jio gelagapan, ia sungguh benar-benar tak sadar jika ia baru saja keceplosan.

"Anu... Maksudnya gue cerita sama Kennand gitu"

"Ohh" balas Ellio memasang ekspresi wajah yang menggoda. Jio percaya sebenarnya Ellio peka dan tahu apa yang terjadi diantara Kennand dan Hazel.

"Jauh amat jir"

"Namanya juga VIP bego! Ya pasti di bagian yang sepi, terus tenang yang paling penting enak nyaman gitu"

"Emang kalau ruang VIP pasti jauh gitu?"

"Enggak juga si, gak tau gue"

"Gak jauh lagi, di depan sana" Jio menunjuk pintu berbahan dasar kaca di dekat sana.

"Keren banget jir, kalau rumah sakitnya gini gue betah setiap hari kagak ngapa-ngapa sumpah"

Saat sampai di depan pintu ruangan itu, Jio sempat mengetuk pintu itu berkali-kali, ditambah ia memanggil nama Azlan, namun sama sekali tak ada jawaban.

"Bang.. bang Alan!"

"Gak ada kali, atau lo salah ruangan?" Ujar Ellio.

"Mana ada salah, orang lo baca tuh tulisan di pinggir pintu"

Kennand Perfect BoyfriendWhere stories live. Discover now