12. Telponan sama gebetan

Start from the beginning
                                    

Ponsel sudah ia pegang, tinggal menekan satu tombol saja supaya terhubung ke ponsel Boy. Tapi rasanya sangat sulit untuk melakukannya. Jantungnya berdetak kencang saking gugupnya.

Gadis itu menarik nafas panjang lalu mengembuskannya dengan perlahan bersiap untuk mendengar suara merdu pria bernama Boy yang tadi siang ia temui di kafe Koala.

Klik.

Tombol telah Vita tekan dan tak berapa lama terdengar suara seorang pria.

“Halo,” sapa pria itu.

“Ini Vita ya?”

“Iya kak,” sahut Vita sambil menggigit bibir bawahnya.

“Gue udah lama nunggu telfon dari elo,” ujar Boy.

“Maaf kak,” sahut Vita merasa bersalah.

“Iya nggak pa-pa, santai aja, toh sekarang elo udah nelfon gue,” ujar Boy dan terdengar suara tawa yang sangat renyah keluar dari mulut pria itu.

“Sekali lagi maaf ya kak.”

“Iya Vita nggak pa-pa, gue musti bilang berapa kali supaya elo percaya?”

“Iya aku percaya,” sahut Vita seraya mengulum senyum.

“Gue udah tahu semuanya dari Gea kalo bokap lo terlalu overprotektif,” ujar Boy.

“Yang sabar ya, gue yakin bokap lo bakal ngizinin lo buat pacaran.”

“Iya kak, aku juga lagi berusaha bikin papa nggak terlalu kaku sama aku,” ujar Vita.

Vita tampak menceritakan semuanya kepada pria itu dengan santai dan tanpa beban. Bahkan Boy dapat membuat Vita tertawa lepas setelah mendengar lelucon yang Boy katakan kepada gadis cantik itu.

Tak terasa Vita menghabiskan banyak waktu untuk mengobrol dengan pria itu. Bahkan sampai larut malam.

Raka yang keluar dari ruang kerjanya hendak pergi ke kamarnya tanpa sengaja ia mendengar suara Vita yang masih terjaga di tengah malam. Suara tawa gadis itu menarik perhatiannya. Lalu ia teringat dengan perkataan gadis itu kalau salah satu sahabatnya terjatuh di kampus dan menurut Vita kejadian itu sangat lucu, Raka berpikir kalau Vita sedang menceritakan kejadian itu kepada salah satu sahabatnya yang lain, entah siapa nama gadis itu, ia tidak begitu memikirkannya.

Pria itu hendak menyuruh Vita tidur, namun sesaat kemudian ia ingat kalau Vita bukan anak kecil lagi. Bahkan gadis itu sudah lulus kuliah. Akhirnya Raka mengurungkan niatnya dan memilih kembali ke kamarnya.

“Hahaha… kamu lucu banget,” ujar Vita seraya menghapus air yang keluar dari sudut matanya lantaran terlalu banyak tertawa.

“Masa sih?”

“Iya,” sahut Vita lalu tak lama kemudian gadis itu menguap hingga terdengar oleh Boy.

“Kayaknya kita ngobrol terlalu lama makanya nggak terasa udah larut malem, sorry ya udah ganggu waktu tidurnya,” ujar Boy.

“Iya nggak pa-pa,” sahut Vita malu-malu.

“Gimana kalo besok gue jemput elo di kampus, kita lanjut ngobrol di kafe gue?”

Vita menggigit bibirnya. “Boleh.”

“Kalo gitu good night semoga mimpi indah,” ujar Boy dengan suara lirih namun terdengar merdu.

“Iya,” sahut Vita dan setelah sambungan telfon terputus Vita meletakkan ponselnya lalu berjingkrak-jingkrak heboh di atas tempat tidur saking senangnya.

Setelah lelah berjingkrak-jingkrak gadis itu lantas menjatuhkan diri di atas tempat tidur yang sangat empuk sambil menahan diri untuk tidak berteriak kencang.

Besok adalah momen pertama kalinya ia di jemput oleh seorang pria selain papanya. Vita mulai memikirkan baju apa yang akan ia pakai besok untuk bertemu dengan Boy. Tentu saja ia tidak boleh sembarangan memakai baju, karena ia harus tampil mempesona di depan pria pertama yang akan menjemputnya selain papa setelah dua puluh dua tahun.

Gadis itu segera bangun dari tidurnya berlari kecil menuju ke work in closet miliknya dan mulai memilih baju, sepatu, tas dan aksesoris yang akan dia kenakan besok. Tidak hanya itu, gadis itu juga mulai memilih parfum mana yang akan ia pakai besok.

Saking lamanya memilih sampai-sampai gadis itu tidak sadar sudah tengah malam. Setelah semuanya beres kini giliran mata gadis itu yang tidak bisa terpejam saking antusiasnya menanti hari esok.

“Nggak sabar ketemu kak Boy besok,” ujar Vita sambil senyum-senyum sendiri.

Semenit dua menit hingga berjam-jam lamanya mata Vita tak kunjung terpejam. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat subuh barulah gadis itu terlelap.

                                                                                                                                                              

Future WifeWhere stories live. Discover now