“Kita ke kafe depan aja kalo gitu,” ujar Vita.

“Yuk!”

Akhirnya ketiganya menuju ke kafe depan kampus tempat biasa mereka mengobrol. Dan tak terasa waktu berlalu dengan cepat, tanpa mereka sadari karena asik mengobrol tenyata hari sudah menjelang siang.

Cepat-cepat Gea menelfon pacarnya supaya menjemput mereka bertiga.
Yoga menelfon Gea tak lama kemudian, ternyata pria itu sudah menunggu mereka bertiga di depan kafe.

“Sayang!”

Gea melambaikan tangan ke arah pacarnya yang berada di dalam mobil dengan kaca jendela terbuka. Rosa sontak berdecih melihat kelakuan Gea.

“Nggak usah gitu, elo iri kan sama gue?” tuduh Gea dengan wajah songongnya.

“Sorry nih ya gue nggak iri tuh sama elo,” sahut Rosa.

“Udah ih, ayo masuk,” ujar Vita seraya masuk ke dalam mobil Yoga, pacar Gea.

Sesampainya di kafe Koala, Vita masuk ke dalam dan langsung menjadi pusat perhatian. Gea menggandeng tangan Vita menuju ke meja yang berada di pojok, tempat biasa ia dan Yoga tempati.

“Mana nih temen-temen kamu?” tanya Gea seraya mengedarkan pandangannya.

“Pesen makan dulu aja, mungkin mereka lagi di jalan,” sahut Yoga.

Gea mengangguk dengan gaya sok imut, membuat Rosa berdecih. Kali ini Gea tidak langsung menyemprot Rosa, melainkan menatap tajam sahabatnya itu.

“Keliatannya makanan sama minumannya enak semua,” ujar Vita yang sedang melihat-lihat menu makanan di kafe ini.
 
Setelah makanan dan minuman berada di atas meja. Ketiga gadis itu sibuk dengan ponselnya masing-masing. Ketiganya kompak memvideokan semua makanan dan minuman yang mereka pesan untuk diupload di media sosial.

Yoga menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis-gadis itu. Tiba-tiba ponsel Yoga bergetar, pria itu langsung mengambil ponselnya dan melihat pesan yang baru saja masuk. Ekspresi Yoga berubah seketika hingga membuat Gea curiga.

“Ada apa yang?” tanya Gea seraya meletakkan ponselnya.

“Sorry, ternyata temen-temen aku nggak bisa dateng,” sahut Yoga yang merasa tidak enak hati terhadap Vita.

Vita menggelengkan kepalanya.

“Nggak pa-pa kok.”

“Sorry banget ya Ta,” ujar Yoga lagi.

“Santai aja,” sahut Vita yang sudah mulai menyantap cake miliknya.

“Gue gabung boleh nggak?” tanya seorang pria yang tiba-tiba saja berdiri di samping meja mereka.

Sontak keempat orang itu mengalihkan pandangannya ke arah pria tersebut.

“Eh kak Boy, boleh kak silakan,” sahut Gea dengan ramah.

Pria bernama Boy itu tersenyum manis lalu mengambil kursi di meja sebelah lalu memilih duduk di samping Vita.

“Boleh kenalan nggak?” tanya Boy sambil mengulurkan tangannya ke arah Vita seraya tersenyum manis.

“Boleh, Vita,” sahut Vita seraya tersenyum manis dan menyambut uluran tangan Boy.

“Gue Boy, owner sekaligus barista di kafe ini,” ujar Boy tampak menatap Vita dengan tatapan tertarik.

“Kenalin gue Rosa dan gue udah punya pacar,” ujar Rosa seraya mengulurkan tangannya ke arah Boy.
Boy menyambut uluran tangan Rosa seraya mengangguk paham.

“Kalo Vita udah punya pacar belom?”

“Belom.”

Bukan Vita yang menjawab melainkan Gea.

“Kenapa? Kak Boy suka sama Vita? Kebetulan kalo gitu, Vita lagi nyari pacar kak,” ujar Gea hingga membuat Vita malu.

“Kebetulan kalo gitu, gue juga lagi nyari pacar,” ujar Boy dengan wajah sumringah.

“Bos,” panggil salah satu barista yang mulai kewalahan karena banyaknya pengunjung yang datang hari ini.
Boy mengangguk paham. “Gue kerja dulu,” ujar Boy.

“Iya kak,” sahut Vita hingga membuat Boy salah tingkah. Buru-buru pria itu kembali ke tempatnya.

“Cie dapet gebetan,” goda Gea.

“Apaan sih,” sahut Vita tampak malu-malu.

“Jangan-jangan kak Boy itu jodoh lo Ta,” ujar Rosa tiba-tiba.

“Gue setuju sama Rosa, kenapa kejadiannya kebetulan gini? Padahal rencananya gue mau kenalin elo sama temen-temen Yoga, tapi nyatanya mereka semua nggak pada dateng. Kalo bukan takdir terus apa coba?”

“Tampang kak Boy juga lebih ganteng dari temen-temen Yoga yang mau gue kenalin ke elo, bahkan gue nggak kepikiran sama sekali bakal ngenalin elo ke kak Boy,” ujar Gea yang masih takjub dengan kejadian yang tidak dia sangka-sangka ini.

Vita mengalihkan pandangannya ke arah Boy yang sedang meracik kopi pesanan pengunjung kafe. Tahu sedang diperhatikan oleh Vita, Boy tampak salah tingkah. Bahkan sesekali pria itu tersenyum manis saat sedang meracik kopi.

“Kak Boy orangnya gimana?” tanya Vita yang mulai tertarik kepada pria itu.

“Kak Boy itu orangnya pekerja keras, liat aja kafenya sekarang, sukses dan rame pengunjung,” ujar Gea.

“Dia juga bukan tipe pria yang suka gonta-ganti pasangan, justru kebalikkannya, dia susah buat jatuh cinta, mantannya aja bisa dihitung pake jari,” ujar Gea.

“Kok kamu tahu banyak soal mantannya?” tanya Vita seraya menaikkan sebelah alisnya.

“Ya tahu lah, orang dia sepupu gue,” sahut Gea.

Rosa dan Vita syok. Mereka baru tahu kalau Gea punya sepupu. Dan kini sepupu gadis itu menyukai Vita.


Future WifeWhere stories live. Discover now