23_his existence

184 37 19
                                    

Your existence is just like a blitz of camera, picturing things I didn't find also care about before

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Your existence is just like a blitz of camera, picturing things I didn't find also care about before.

***

Tidak perlu menunggu hitungan minggu untuk sampai pada puncak acara FISIP Heroes. Implikasinya, semua panitia baik dari pihak BEM FISIP maupun delegasi dari organisasi mahasiswa se-FISIP lainnya, mulai disibukkan dengan persiapan menuju ke sana. Meski memang, BEM FISIP-lah yang banyak mengambil peran dalam planning dan organizing, sedangkan mahasiswa delegasi mengambil posisi actuator yang akan membantu dalam hal pelaksanaan.

Meski begitu, mau bagaimanapun peran dibagikan, seluruh bagian FISIP Heroes memiliki kewajiban yang sama untuk menghadiri rapat besar sore hari ini. Tanpa terkecuali, membuat ruang sekretariat BEM FISIP dipadati oleh kurang lebih lima puluh orang mahasiswa. Mayoritas mendudukkan diri di lantai, sedang beberapa berada di depan sebagai pemandu rapat dan manajemen logistik. Isy dan Jaza tentu berada di dua kubu yang berbeda. Sang gadis duduk paling belakang dengan dua orang teman himpunan--Nawang dan Tiara--sedang si lelaki menggenggam microphone sebagai alat bantu agar suaranya menyebar ke sepenjuru ruangan.

"Presensinya sampe mana, ya?" Jaza berucap jelas, membuat Isy yang semula menatap lurus ke arah lelaki itu--memerhatikan informasi yang keluar dari mulutnya--kini turut mengitarkan mata, seperti yang dilakukan sebagian besar peserta rapat. Matanya mencari-cari, kiranya sampai mana kertas presensi yang dimaksud Jaza, karena dia pun belum mengisi.

Hingga seseorang yang berada dua baris di depannya, mengangkat tangan dengan suara yang turut mengudara. Tawa menjadi bumbunya. "Di akuuu. Maap, maap, malah aku jadiin kipas."

Sorakan terdengar, Isy pun turut menarik bibirnya. Namun, tampaknya Jaza tidak rela jika atensi semua orang tak tertuju padanya. Setelah menggeleng-gelengkan kepala dan menanggapi persoalan kertas presensi, lelaki itu kembali membiarkan kalimat meluncur dari bibirnya.

"Nanti yang terakhir, tolong kasih presensinya ke aku, ya. Kalau dari temen-temen nggak ada yang mau disampein lagi, rapatnya aku cukupin sampe di sini. Feel free buat tanya apa pun ke aku atau anak BEM lain walaupun di luar forum. Dijaga komunikasi dan kekompakannya sampe akhir, supaya kita bisa bareng-bareng buat nuntasin FISIP Heroes periode ini. Thank you, semua."

Riuh tepukan tangan menutup dialog Jaza, sekaligus menyambut kembalinya hak berbicara kepada MC.  Kalimat-kalimat khas penutup kegiatan, menyesaki rungu dengan tetap. Akan tetapi, mata Isy tidak tertuju pada sumbernya, sebagaimana saat Jaza yang berada di posisi itu tadi. Sebab netra gadis itu tertuju kepada satu tubuh yang bergerak ke pojok depan ruangan, menyambangi seseorang yang tengah sibuk dengan laptopnya. 

Jaza--lelaki yang menyita fokus Isy--mendudukkan diri, menggeser laptop itu hingga menghadap ke arahnya. Beberapa detik kemudian, musik mengalun. Sepertinya, karena ulah lelaki itu. Barisan lirik Youth yang dilantunkan Troye Sivan pun menjadi pengiring suara MC yang menggelegar. 

Protect At All Costs - Na Jaemin (END) Kde žijí příběhy. Začni objevovat