04_unidentified

435 84 295
                                    

Dari orang lain, kamu bisa jadi melihat senyum, tutur lembut, juga banyak uluran bantu yang disambut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dari orang lain, kamu bisa jadi melihat senyum, tutur lembut, juga banyak uluran bantu yang disambut. Tetapi tidak dengan beberapa hal lain yang dibiarkan tersimpan untuk diri mereka saja.

***

Pelataran sekretariat memang kerap ramai, tetapi keramaian yang terjadi sekarang ini bukanlah sesuatu yang dapat setiap hari ditemui. Tangan-tangan saling terulur, memindahkan berbagai benda ke mobil pick up yang terparkir di sana. Beberapa lagi tengah sibuk memindai, mencari adakah yang tertinggal atau yang masih bisa dibawa di pemberangkatan selanjutnya. Sebab, kondisi desa tujuan yang sedang terendam banjir akan membuat mereka kesulitan menyimpan barang di sana.

Mobil pick up terlihat tidak begitu penuh, hingga beberapa tas pribadi bisa diletakkan di sana. Sedang Isy memilih tetap mencangklong tas di punggung saja. Isinya tidak seberapa, jadi dia tidak perlu khawatir akan terkendala saat berkendara nanti.

Gadis itu turut membantu menaikkan beberapa barang lagi yang tersisa, selaras dengan gerakan mahasiswa di sana yang belum terhenti sepenuhnya. Akan tetapi, distraksi segera hadir kala suara cukup keras terdengar di sana, dari seseorang yang baru datang dari arah parkiran.

"Guys, ini barang yang udah dinaikin sesuai list kemarin?" Jaza berujar lantang, mungkin memang sengaja ditunjukkan untuk semua orang.

Isy pun menoleh ke arahnya, meski barang tentu tidak tahu betul apa jawaban yabg tepat untuk pertanyaan itu. Sebab pemegang list barang adalah teman-teman BEM Fakultas.

Benar saja, yang menjawab pertanyaan itu adalah Thea—jika Isy tidak salah ingat namanya—dengan papan jalan di dada, yang Isy yakin di baliknya terdapat lembar daftar barang yang harus dibawa.

"Iya, Kak Jaza. Ini udah gue ceklis hampir semua, sih. Beberapa doang yang belum masuk pick up. Ada perubahan, ya?"

Isy dapat melihat gerakan Jaza yang mendekat ke arah Thea. Sama seperti yang lain, gerakannya terhadap barang yang akan dinaikkan terhenti, merasa kalau ada instruksi lain yang harus dipatuhi.

Dari tempatnya, sembari menelisik kertas di tangan Thea, benar saja bahwa Jaza memberi informasi terbaru. "Ini barang buat lusa, bisa diturunin dulu aja, ya," katanya sembari mengalihkan tatap dari tempat semula.

"Kenapa, Za?" Kali ini, Riko yang mendekat, mengambil daftar di tangan Thea.

Sebelum memberikan jawaban, Jaza terlebih dahulu mengedarkan pandangan. Di satu titik, Isy bertemu dengan sorot mata itu dalam satu garis lurus. Tidak lama, sebab Jaza lebih dulu beralih dari sana.

"Aku baru diinfoin pihak desa binaan, katanya banjir di sana malah makin tinggi. Kalau kita bawa terlalu banyak, takut nggak ada tempat buat nyimpen. Jadi, bawa buat hari ini sama besok aja."

Protect At All Costs - Na Jaemin (END) Where stories live. Discover now