07_hard-to-get approval

319 62 201
                                    

Sambil dengerin lagunya, deh. Promise you, it'll be better.

Mengejar seseorang yang berlari kencang, bukankah rasanya serupa menggapai serbuk dandelion yang beterbangan? Entah kamu akan menyerah, atau angin yang berpasrah menyerahkannya kepadamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mengejar seseorang yang berlari kencang, bukankah rasanya serupa menggapai serbuk dandelion yang beterbangan? Entah kamu akan menyerah, atau angin yang berpasrah menyerahkannya kepadamu.

***

Sepanjang hidupnya di dunia, Isy tidak pernah sekali pun menyambangi dokter hewan. Satu hal yang menjadi penyebab utama adalah tentang imunitas Isy yang tidak kebal terhadap bulu binatang. Bahkan dia tidak pernah memelihara binatang, sebab kucing tetangga yang tidak sengaja masuk rumah saja sudah memberikan efek alergi. Baru kali ini Isy merawat kucing, meski sebatas memberikan makan setiap pagi dan sore.

Akan tetapi, kenyataan itu tidak membuatnya menyerah terhadap pengalaman pertama yang akan dia dapati, yakni membawa seekor kucing ke sebuah vet hasil rekomendasi sang ibu. Kini, tepat seusai kelas, Isy bergegas menuju pos satpam yang berada di gerbang fakultas, guna mengambil pet carrier yang dititipkannya seusai memarkirkan motor tadi pagi. Dia tidak ingin membuang banyak waktu, karena setelah ini dia memiliki tugas di FISIP Heroes. Satu lagi. Ketergesaannya juga sengaja dilakukan agar dia tidak perlu bertemu dengan Jaza. Meski sepertinya, lelaki itu juga akan sibuk saat ini, mengingat terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan FISIP Heroes.

Baguslah, batinnya. Menghadapi lelaki itu melalui pesan singkat saja dia sudah malas, apalagi harus mendebatnya secara langsung? Menyita waktu saja.

Isy menggelengkan kepala, kala ingatannya sampai pada pesan Jaza yang dia abaikan, tentang permintaan lelaki itu untuk menunggunya sampai jam sepuluh dan kemudian pergi ke vet bersama. Bukannya tidak mau membalas, tetapi melakukannya pun akan percuma. Sebab, satu hal yang bisa Isy sampaikan adalah penolakan yang tentu saja akan berbuah panjang. Oh, karena persoalan kucing ini, Isy bahkan belum sempat membahas perihal koordinator mata kuliah yang diampu Prof. Agus.

Kakinya sampai tepat di depan pos satpam, dan Isy memilih mengakhiri pemikiran di kepala. Dia membuka masker, sebelum mengungkapkan salam yang langsung diberi sambutan oleh Pak Deri--satpam fakultas yang sudah lama dikenal gadis itu.

"Mau ngambil tempat kucingnya, ya?" Lelaki paruh baya yang tengah duduk sembari membetulkan senter itu bangkit setelah mendapat anggukan dari Isy.

"Makasih, ya, Pak udah mau direpotin." Isy berucap kala Pak Deri masih menunduk, mengambil benda yang menjadi objek perhatian mereka.

Tak berselang lama, lelaki itu bangkit, menyerahkan pet carrier kepada Isy. "Halah, kayak sama siapa aja, to. Wis, ndak usah nggak enakan kalau sama Bapak."

Isy tertawa kecil, tidak membantah. Namun, tangannya bergerak meletakkan pet carrier yang diterimanya beberapa saat lalu ke tanah, untuk kemudian meraih tote bag dan mengambil sesuatu dari sana. Kala tujuan itu tercapai, Isy menyodorkan paper bag kecil kepada Pak Deri.

Protect At All Costs - Na Jaemin (END) Where stories live. Discover now