08_anxiety ring

342 56 169
                                    

Cause now, she sees 'him' in everyone she meets, in a very bad way

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cause now, she sees 'him' in everyone she meets, in a very bad way.

***

Hujan masih sering menggenang, begitupun hari ini kala Isy sedang dalam perjalanan menuju ke rumahnya. Oleh karena itu, meski gelap sudah mulai membayang di atasnya, Isy memilih memelankan laju motor, untuk kemudian berhenti sepenuhnya di depan halte bus yang sama sekali tidak diminati. Suara jatuhnya air semakin terdengar deras, seolah tepat berada di belakang Isy, membuat gadis itu bergegas berteduh setelah menghentikan kendaraan di depan halte. Untungnya, dia tidak berada di jalan raya besar yang membuatnya tidak bisa memarkirkan motor di sana.

Isy segera melepaskan tas di punggung, lalu menepuk-nepuk benda itu untuk mengusir butiran air yang sempat singgah membasahi. Sebenarnya, dia tidak keberatan jika harus menantang debit air dari langit. Akan tetapi, dia masih cukup waras untuk membiarkan laptop dan buku serta paper yang baru saja dia cetak basah kuyup terkena hujan.

Dengan cepat, tangannya mengambil pouch bag plastik yang cukup besar, kemudian mulai memasukkan benda-benda di dalam tas ke dalam sana. Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk memberikan perlindungan dua lapis terhadap peralatan kuliah yang dia bawa. Sebab setelah memasukkan pouch bag itu ke dalam tas, Isy juga memasang rain cover ke tas punggung, untuk menghalau air yang sebentar lagi gencar berdatangan.

Kalau orang mengira bahwa gadis itu akan meneduh sampai hujan reda, maka asumsi itu bernilai salah besar. Sebab Isy hanya ingin menyelamatkan barang bawaan, bukan tubuh semampainya. Sehingga, tidak membawa jas hujan pun bukan masalah untuknya. Akan tetapi, kala dia hendak menuruni halte dan membiarkan hujan mulai mengecupi badan, satu tubuh lain menghalangi langkahnya. Gerak cepat dari orang itu membuat tubuh Isy membeku. Kaki yang semula bersiap melangkah, segera berhenti bak ban kendaraan yang diimpit kanvas rem.

Tak ada yang terjadi, hanya seseorang yang turut berteduh dari ganasnya air alam. Bahkan, lelaki itu tidak melirik Isy sama sekali, fokus dengan tubuhnya sendiri. Seharusnya, gadis itu bisa melanjutkan niat yang tertunda, tetapi yang terjadi justru berbeda. Tangannya saling bertaut dengan badan yang gemetar, padahal gigil sama sekali belum menyerang.

Dia benci harus seperti ini. Harus menerima dengan patuh bayangan yang masuk ke kepala, yang membuatnya hanya bisa memainkan logam yang melingkar di jari. Malam itu, gerimis, ban motor yang kehilangan fungsinya, juga tepukan di pundak samar-samar mengganggu kesadaran. Namun, dia tidak bisa kalah. Tangannya tidak lepas dari anxiety ring di jari telunjuk, dengan napas yangg perlahan kembali teratur. Dia benci harus melihat dia di tubuh semua orang yang ditemuinya. Akan tetapi ....

That's ok, nggak ada apa-apa. Mending aku pulang sekarang biar Bunda nggak khawatir. It's ok, it's ok.

Kalimat itu terus dia ulang dalam hati, seolah adalah satu-satunya mantra paling ampuh yang dia punya. Hingga tubuh gadis itu semakin relaks, keberaniannya untuk mengangkat kaki kembali hadir. Dia perlu menarik napas sebentar dan memjamkan mata, sebelum menuruhkan kedua tangan yang ada di depan perut dan berlari ke arah motornya terparkir.

Protect At All Costs - Na Jaemin (END) Where stories live. Discover now