21_falling for you

219 42 40
                                    

Some people say, they don't know how love comes

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Some people say, they don't know how love comes. For me, it's about how you are always there. 

***

Bersama langkah yang dibawa semakin jauh meninggalkan bagian dalam bangunan minimalis LovALife, Isy merutuki diri. Tidak tahu dari mana asalnya, secarik terima kasih diluncurkan begitu saja. Bukannya Isy antipati dengan kalimat itu. Hanya saja, dia tidak bisa menebak dengan pasti, apa tujuan terlontarnya barisan huruf itu dari mulutnya. Atau mungkin ... lebih tepatnya, dia masih enggan mengakui.

Isy memejamkan matanya erat, sebelum membuka pintu LovALife untuk sedetik kemudian benar-benar berada di luar ruangan. Lagit sudah semakin terpejam, membagikan selimut pekatnya kepada bumi yang masih setia dengan pendar-pendar kecil sinar buatan. Gadis itu harus segera pulang, meski tanpa disadari, ada ingin yang terpendam untuk menunggu barang sebentar. Menunggu kemunculan seseorang sebelum mereka benar-benar saling bertolak ke peraduan.

Lagi-lagi, pejaman erat dan gelengan kepala yang menjadi gerak penghias tubuh Isy. Kenapa pula dia harus menunggu Jaza?

Kini, setelah menangkis segala hal yang semakin jelas seiring waktu berjalan, Isy meneguhkan langkahnya. Gadis itu menghampiri motor yang terparkir sedikit di ujung, tetapi tidak berjarak lebih dari sepuluh meter dari pintu utama LovALife.

Sampai akhirnya, kaki itu melambat. Raut yang semula tak karuan karena bersusah payah menepis hadirnya seseorang di kepala, kini berubah menegang. Gadis itu perlu mengaitkan kedua tangannya, lalu memainkan logam bundar yang terpasang di jari tengah. 

Nggak apa-apa, katanya dalam hati, sembari mengulas senyum dan mengambil napas perlahan. Pun mengeluarkan sama pelannya, seolah berusaha mengusir kecemasan setelah melihat empat hingga lima pemuda yang bergerombol, menduduki kursi kosong yang berjarak sekitar dua meter di sebelah titik terparkirnya motor Isy.

Toh, masih ramai kendaraan. Nothing bad will happen. Kalimat penenang kembali terulang. Seperti yang disarankan Dokter Ratih, dia mencoba membangun perspektif positif. Hingga dia berhasil membawa kaki kembali melangkah dengan ritme yang meningkat, meski tidak seteguh tadi.

"Baru pulang kerja, ya, Mbak?"

Namun, pertahanan yang dibangun, digoyahkan dengan satu kalimat itu. Entah apa maksudnya, tetapi Isy tidak bisa perpikir positif atasnya. Sama sekali.

Gadis itu tidak menjawab, tidak pula berusaha menaruh pandang ke asal suara. Dia hanya mempercepat langkah menuju motor yang kini hanya berjarak belasan jengkal saja.

"Nggak takut emang, pulang malem sendirian?" Suara lain menyapa. Warnanya berbeda dari yang pertama. Rasanya, Isy ingin berteriak bahwa seharusnya tidak perlu ada ketakutan jika saja wanita dan kaum mereka tak tinggal di atas bumi yang sama. Namun, gadis itu menahan. Dia malas memperpanjang. Toh, kini Isy hanya perlu mengaitkan kunci motor ke tempatnya dan pergi dari sana.

Protect At All Costs - Na Jaemin (END) Where stories live. Discover now