03_touch

494 86 293
                                    

Mungkin kau akan bertemu berjuta lembah tak bernama, bukit tanpa cahaya, pun danau yang lepas dari pelita, kala memilih mengenalnya sejauh pandang samudera

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mungkin kau akan bertemu berjuta lembah tak bernama, bukit tanpa cahaya, pun danau yang lepas dari pelita, kala memilih mengenalnya sejauh pandang samudera.

***

"Yah, kita nggak satu tim tugas, ya, Sy?" Ujaran itu terdengar sesaat setelah ketiga gadis delegasi FISIP Heroes dari HMS mengecek ponsel, melihat nama mereka yang sudah tertulis di link spreadsheet BEM Fakultas.

Isy masih fokus pada layar di genggaman, mengecek nama-nama yang berada satu kolom dengannya. Meski pada kenyataannya, tidak banyak yang dia kenal dan hampir tidak ada yang cukup dekat dengannya, Isy tetap ingin mengetahui nama-nama yang akan lebih banyak bersama dengannya dalam project ini. Dia tidak begitu peduli akan dikelompokkan dengan siapa, walaupun tentu akan lebih baik jika itu adalah Nawang dan Tiara.

"Iya, nggak bareng. Kalian bareng, ya?" Isy balik bertanya. Matanya jatuh pada dua orang yang tengah terduduk lesehan di lantai sekretariat HMS bersamanya.

"He em, bareng," Tiara masih terlihat menelusuri gawai, "Aku pikir yang dari ormawa sama, bakal dikelompokin jadi satu, deh. Biar gampang gitu nggak, sih, kan kita disuruh buat program atau charity per ormawa. Kok malah dipisah, ya?"

"Karena semester antara, mungkin? Isy kan ikut tuh, sementara kita nggak." Kali ini, Nawang yang membuka suara, melontarkan kalimat yang sebenarnya sudah ada di kepala Isy.

Tampaknya, dugaan itu memang benar adanya. Sebab, di antara nama-nama lain yang ada, di urutan pertama daftar kelompok tugas Isy, terdapat satu nama yang tidak asing. Niscala Jaza Ariga, sang ketua pelaksana. Isy pun tahu, bahwa lelaki itu mengikuti program semester antara sepertinya.

"Oh, iya. Ya udah, deh. Yang penting masih ketemu juga ntar. Kalo ada apa-apa, jangan sungkan bilang ke kita, ya, Sy."

Isy mengangguki perkataan Tiara, meski sang pemilik suara pun sepertinya tahu bahwa anggukan itu hanya omong kosong belaka. Sebab permintaan tolong sepertinya adalah hal yang amat asing di lisan Isy. Mungkin, semesta sering menertawakannya, seseorang yang selalu merasa bisa melakukan segala sesuatu dengan dirinya saja. Mengambil jurusan Sosiologi tidak lantas membuat Isy percaya pada lingkungan sosial di sekitarnya.

Sama seperti saat ini, beberapa menit setelah mereka sama-sama meninggalkan sekretariat. Anggota bidang sosial dan kemasyarakatan lain yang baru saja mengikuti rapat sebelum libur panjang pun sudah meninggalkan tempat ini sejak tadi. Tersisa Isy yang terakhir, karena dia meminta Tiara dan Nawang pergi terlebih dahulu, tepat saat dia menyadari bahwa ban motornya kempes. Lihat, bukan? Isy tidak membiarkan orang lain terlibat dalam kesulitannya.

Kini, gadis itu tengah berkutat dengan pompa angin yang dipinjam dari pos satpam. Tangan dan badannya naik turun agar benda itu bisa bekerja dengan baik terhadap ban motornya. Akan tetapi, sepertinya pekerjaan kali ini tidak mudah untuk dia atasi. Beberapa kali Isy mengulangi gerakannya, melepaskan pompa, lalu memasangnya lagi, tidak ada perubahan pada volume ban.

Protect At All Costs - Na Jaemin (END) Where stories live. Discover now