Start

176 34 4
                                    

Jadwal arisan di kocok minggu ini. Semua berkumpul di ruangan arsip. Setelah Datu pindah, segala kegiatan member juga pindah ke ruangannya. Tidak ada komando siapa pun, mereka bergerak atas perintah sendiri. Padahal anggota marketing paling banyak di antara mereka, tapi Lesni, Susan, dan Salim lebih senang di luar ruangan mereka kalau ada bahan ghibah atau kegiatan lain.

Kejutan

Nama yang keluar adalah Kamal.  Si member baru. Ritualnya yang mendapat uang arisan menanggung satu kali makan semua anggota. Semua berekspektasi tinggi saat nama Kamal keluar. Di benak mereka Kamal sepadanan dengan Siro. Pasti tongkrongannya tempat makan orang perlente. Paling banter restoran daging panggang lah.

Tapi hati Salim seketika nelangsa begitu Kamal memarkir mobil di depan restoran siap saji.

"Cicilan lo banyak banget ya, Mal, sampe konsep nraktiran lo minim budget begini?"

Kamal tidak berkomentar. Salim yang duduk di sebelahnya manyun sendiri. Lesni, Sulis, dan Datu yang duduk di belakang segera keluar begitu Kamal membuka pintu mobil. Siro dan Susan yang menumpang di mobil Ati yang baru saja parkir di sebelah, mendekat dengan wajah tidak percaya.

"Ape nih? Ape nih? Ponakan lu ultah?" Ledek Siro dengan konyolnya.

"Gue bilang juga apa, masih mending warteg, lebih sehat." Salim konsisten protes.

"Heh, ga tau aja lu ayam warteg gorengnya pake minyak jelantah." Bela Susan.

"Dih, warteg langganan gue pake minyak curah tuh. Dua kali goreng lagi."

"Udah lah, ini udah akhir bulan. Kalen maklum aja, kali aja Kamal lagi butuh banyak dana. Yang penting makan." Kata si bijak Lesni.

"Awas lo, Lim, kalo minta kulitnya."

"Kagak. Gue pesen burger kok."

Kamal tidak ambil pusing meski sahut-sahutan kericuhan itu masih terjadi selama mereka berjalan memasuki restoran. Hanya dia dan Datu yang tidak bersuara, membuat alarm curiga Sulis berbunyi dan hanya memperhatikan mereka dalam diam.

Kamal yang cuek, Datu menjaga jarak.

Kamal yang bertindak sebagai tuan rumah meminta seorang pelayan menyatukan beberapa meja agar cukup untuk mereka. Semua mengambil posisi masing-masing saat Kamal masih berurusan dengan mesin pemesanan. Di isi dengan omongan tidak berfaedah, pesanan mereka datang di bawa seorang pelayan dengan porsi yang cukup banyak hingga pelayan itu bolak-balik beberapa kali.

Hamburger daging sapi lapis keju dengan sayur ukuran besar untuk masing-masing orang, nasi, empat ember ayam laos sambal bajakah, satu ember sayap ayam pedas, kentang ukuran besar, es krim dan minuman dengan ukuran besar juga.

Terakhir pelayan itu datang membawa hadiah mainan anak-anak dan buku agenda sebagai bonus atas pesanan Kamal yang luar biasa.

"Boleh gue minta agendanya?" Tanya Salim tanpa tahu malu.

"Enggak." Jawab Kamal dan segera memasukkan mainan dan agenda ke dalam tas kantornya.

"Segini banyak kalo ga habis gimana?" Mata Sulis berbinar melihat hidangan melimpah kesukaan Laila.

"Semampu perut masing-masing. Kalau ada sisa, silakan bawa pulang."

"Buat Laila, boleh?"

"Siapa Laila?"

"Anak gue." Jawab Bundski. "Adiknya Datu."

Kamal mengangguk pelan. Mereka memulai makan.

"Eounie, tiga bulan... eh kurang deh kayaknya, dua setengah bulan lagi kontrak lo habis. Sudah masukin lamaran ke tempat lain?"

HETEROCHROMIA (Koplonya Hidup)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora