Kalau Bukan Wajib, ya Harus

168 45 4
                                    

Congratulation buat Datu, jadi juara di tagar #kerja yeeeeeeee
Syelamat beribadah, selamat membaca evribadih

"Bukan apa-apa, gue emang lebih nyaman kalau kita ribut aja sama dia, kalau anteng, tenang kayak gini ga seru. Ini kita lagi hajatan aja makanya gua ga ngajak dia gelud."

"Dih! Jangan gitu, ih." Balas Susan pada ocehan Salim dengan lirikan malas.

"Bener kali. Biar aja sekalian kita musuh, ngapain juga pura-pura mau jadi temannya dia. Biar aja dia yang jadi pegawai super, yang di puja kerjaannya sama atasan, si yang paling capai, paling berjasa sama event ini, yah, sekalian aja gue tambahin kerjaannya dia. Ga apa-apa deh sekali ini kita di bilang pegawai malas, biar dia seneng."

Semua sudah di ambang kesal pada Tania yang seolah memiliki andil paling besar dalam acara peluncuran produk baru.

Hari ini memang akhirnya tiba. Sebagian merasa antusias, sebagian kecil lainnya merasakan empetnya pekerjaan. Bukan semata karena pekerjaan, lebih karena teman kerja yang tidak mau di ajak kerja sama, ogah-ogahan dalam kerja tim, dan cemerlang saat kerja sendiri. Pelakunya sudah pasti. Si Tania. Tidak hanya dendam pada Datu, bahkan orang yang biasa di sekitar Datu juga di jatuhkan.

Tania seolah menunjukkan dialah super mega pegawai yang jasanya paling besar, membuat hasil kerja pegawai lain tidak terlihat. Segala bagian dia ambil alih. Sudah ketahuan begitu, Salim mencetus ide cemerlang dengan menumpahkan pekerjaannya pada Tania, memilih melakukan pekerjaan remeh macam menyusun produk di stand dengan SPG lapangan.

Susan yang kebingungan mencarinya menemukan Salim di salah satu stand dekat panggung. Mereka jarus mengecek bahan presentase singkat pada para tamu di tengah pertunjukan nanti. Walau sudah menyerahkan file pada operator, Susan tetap ingin memeriksa slidenya sudah benar atau tidak.

Untuk peluncuran produk kali ini, perusahaan tidak memakai jasa pengelola acara. Jadi, segala persiapan pelaksanaan acara dipanitiakan pada pegawai Siddis Siwi Sentosa. Semua sudah punya daftar pekerjaan masing-masing. Hanya saja Tania sangat lihai membuat gerah Salim and the gang dengan cara-cara licik mengambil alih pekerjaan mereka sedikit-sedikit. Satu contoh, pengadaan juri yang merupakan tugas Lesni. Lesni telat sedikit melaporkan juri kompeten yang baru dia temukan, Tania mengajukan juri lain lebih dulu. Contoh lain lagi, pencarian jasa editor video yang tadinya tugas Salim, diserobot Tania dengan merekomendasikan temannya yang seorang fotografer sekaligus editor. Jadilan si teman Tania itu yang dipakai. Padahal Salim sudah mengontak Indra dan menunggu jawaban apakah Indra bisa menyesuaikan jadwal dengan hari peluncuran.

Puncaknya hari ini, Salim memberi Tania cek list pekerjaannya agar Tani mencapai semua keinginannya menjadi super mega pegawai.

"Hai, gengs!"

"Nah, ini udah dateng." Tangan Susan langsung menyambar lengan Datu. "Mbak Datu sudah ketemu kuda yang mau di pakai?"

Datu meraup wajah yang tampak tertekan.

"Itu dia. Apa gue batal tampil aja? Gue ga pernah latihan sama kuda yang disediakan kantor."

"Heh, ga bisa dong! Mbak itu perwakilan kantor. Masa tuan rumah ga punya joki?"

"Lebih berisiko mana sama gue bikin malu kalau kudanya ga mau lompat?"

"Ga ada resiko kayak gitu, ya."

"Udah sarapan, Neng?" Sela Salim di tengah obrolan. Datu jawab menggeleng, "Ini gue ada donat serebuan, mau?"

Tanpa menjawab Datu mengambil donat dari tangan Salim sementara menunggu Susan kembali. Anak itu ngeloyor begitu saja tadi.

"Ini baju yang sudah di siapkan Bu Dena. Cepat ganti gih!"

"Baju?"

"Iya baju. Ada juga yang lain selain baju, helm, boot... semua di situ, disiapkan kantor buat lu, Mba."

"Resmi amat."

"Ini emang resmi. Lu ga bisa ga pakai perlengkapan seenak jidat."

"Tapi..."

"Ga ada tapi, tapi! Sana buruan ganti!" Tanpa perasaan Susan mendorong Datu hingga hampir terjungkang.

***
Datu tidak boleh menyebut namanya. Pesuruh di rumah memanggilnya Tuan Besar. Anak-anak memanggilnya Eyang Kakung. Datu tidak boleh mendekat saat melihatnya di halaman atau di luar rumah, tapi anak-anak seumurannya yang ada di rumah itu di pangku saat mereka duduk di meja makan, di gandeng saat mereka berjalan. Datu hanya boleh melihat dari jauh, sebatas ubin teras rumah utama atau jendela ruang makan. Jarak adalah harga mati. Haram bagi Datu terlihat oleh Tuan Besar. Mbah Ndut selalu mewanti-wanti agar dia tidak melampaui batas.

Datu selalu tertarik saat Tuan besar berkegiatan di luar rumah. Saat Tuan Besar menghitung hasil panen, berbicara dengan pegawai, terlebih saat Tuan Besar berkuda. Meski dari jauh, Datu merekam setiap tindak-tanduk orang yang dia kagumi itu.

Saat Datu berumur 8, hampir setiap hari Tuan Besar melatih kuda. Selain memiliki sawah dan kebun, Tuan Besar juga memiliki usaha jual beli kuda. Kuda baru harus di pegang oleh Tuan Besar dulu setelah datang. Barulah kemudian oleh pegawai lain pelatihan di lanjutkan.

Jadi bagaimana cara membuat sebuah kuda melompat seperti yang kuda Kimmy alami tempo, hari Datu ketahui triknya.

Sebagian besar peserta sudah datang. Tamu undangan khusus juga sudah terlihat. Tidak hanya investor dan relasi perusahaan, kantor juga mengundang pesaing. Entah apa maksud dan tujuannya. Lucunya juga perusahaan saingan mengirim peserta panahan dan berkuda mereka. Padahal hadiah yang dijanjikan tidak luar biasa, barangkali ada gambling besar di belakang layar.

Kamal juga beberapa kali terlihat menyapa yang sudah datang. Berbaur tanpa sungkan. Dia sesaat memisahkan diri menuju titik teman-teman Datu berdiri.

"Datu dimana?" Telaknya tanpa basa-basi.

Susan celingukan melihat ke arah ruang ganti.

"Datu? Datu kayaknya belum balik ganti baju, ya ga sih?" Jawab Salim.

Kamal menahan diri untuk tidak bertanya lebih lagi tentang Datu.

"Gimana? Ada kendala?"

"Itu si Tan..." Susan menyikut Salim agar tidak melanjutkan, "enggak ada sih, Mal. Semuanya lancar." Jawab Salim terpaksa. Padahal dia sudah ingin menceritankan kebelaguan Tania.

"Ommo, ommo, ommo, itu Datu Mayura kah?" Seru Susan histeris sekaligus kagum. Serentak mereka melihat arah yang Susan maksud.

Datu berjalan tegas, dengan kaos polo hijau tosca dan celana berkuda pas kaki. Baju yang sengaja diselipkan di celana membuat bentuk tubuh bagian bawahnya yang biasa tertutup kemeja longgar tampak jelas terlihat. Rambutnya di kucir kuda dengan helm khusus berkuda menutupi kepala.

"Lu tahu ga, San, liat Datu kayak gitu otak gue muter back soundnya mash up Everglow dan Blackpink yang bagian rapnya Jennie digy digy bum bum... all the boys standing just the break out forget about the......"

"Salah lirik, ih," sanggah Susan, "kalo otak gue malah muternya lagu Sia, Unstoppable... I'm unstoppalbe I'm a Porche with no breaks I'm invisible yeah I win every single game... ya ga sih, backsoundnya lebih pas yang itu..."

Dan tanpa mereka sadari ada pria yang terpana sangat dalam melihat Datu berjalan ke arah mereka. Liur Kamal mungkin sudah keluar sekarang.

"Gimana, San?"
"Awesome, sempurna Datu sayangnya aku."
"Tapi..." Datu sadar sesuatu, "kenapa baju kita sama?" Tanyanya pada Kamal.

Kamal tersentak. Begitu pun yang lain, serempak melihat Kamal menuntut jawaban.

Segini dulu. Mimin bikin bab di arena bentar, ya. Bertapa dulu biar feelnya dapet. Makasih yang sudah sabar. Luv u all.

Regards, Lia.

HETEROCHROMIA (Koplonya Hidup)Where stories live. Discover now