Kamu Penuh dengan.... pt.2

181 28 2
                                    

Syelamat malam minggu
Syelamat akhir pekan
Syelamat membaca semua
Semoga terhibur
Syorriiii kalau banyak typo, ini sekali edit

Love u alll........

Sekadar mengambil tas, Kamal tidak memberiku waktu. Turun dari rooftop dan bertemu di depan lift, dia langsung menyeretku ke parkiran. Dia beralasan, biasanya dia yang menunggu investor jika momen tanda tangan kontrak dilakukan. Maka sesuai keinginannya kami langsung berangkat. Sepanjang perjalanan kami tidak bicara. Berkat peristiwa kemarin, terasa ada aliran arus pengganggu antara kami jika saja komunikasi terjadi.

Aku merinding dengan pikiranku sendiri.

Sampai di tujuan, kami tiba dua menit lebih awal dari Pak Faisal dan Bakti. Aku sigap memulai peran sebagai pemanis pertemuan ini. Saat berhadapan, Bakti langsung menyapaku lebih dulu.

"Hai! Kakak tampak cantik dengan baju itu." Katanya dengan gerakan tangan yang lincah.

Cantik ya? Kemeja siffon hitam dan jins?

Setidaknya hari ini ada yang mengatakan aku cantik.

"Terima kasih. Kamu juga ganteng hari ini." Balasku.

Terdengar suara kekehan Pak Faisal. Dia memperhatikan kami. Sepertinya sudah mulai mengerti pembicaraan kami. Beda halnya dengan Kamal, dia tidak bereaksi.

"Kakak mau kencan denganku hari ini?"

"Wow! Tentu. Kau adalah laki-laki pertama yang kukencani."

"Benarkah?"

"Iya. Gini-gini kakak tidak laku."

Bakti tertawa, juga Pak Faisal.

"Ayo tinggalkan mereka, di sini akan membosankan seperti pertama kita bertemu dulu."

"Ayo!"

Bakti menarik ujung jas kakeknya.

"Kami akan jalan-jalan di sekitar sini, bolehkah Pak?" Tanyaku mewakili Bakti.

"Tentu, Mba Datu. Silakan, nikmati kencan kalian."

Aku bertepuk tangan kecil dan tertawa pada Bakti. Kami segera bergerak meninggalkan mereka.

Sebelum mencapai pintu keluar, Kamal menahanku dengan suaranya. Sepertinya dia berlari karena napasnya naik turun saat aku berbalik.

"Kenapa?"

"Tadi kamu ga bawa apa-apa, bawa ini... aku membiayai kencan kalian." Kamal menyerahkan dompetnya.

Aku terpaku melihat pundaknya yang semakin jauh dengan cepat. Tapi kemudian dia kembali berjalan sama cepatnya pada kami, sedang aku masih juga tidak bergerak. Entahlah, waktu yang ada padaku rasanya berhenti karena Kamal mengambil semuanya.

"Aku hafal isinya, kalau tidak berkurang tanggung sendiri akibatnya." Katanya berbisik.

Bulu kudukku berdiri.

***

Di kantong celana kiriku ada 15 ribu, di kantong yang lain mungkin 30 ribu. Untuk jajanin Bakti mungkin tidak habis setengahnya karena ternyata anak ini sedang ingin makanan kecil pinggir jalan. Kami mampir di gerobak cilok, cilor, nuget ala jalanan, minum pop es, makan telur gulung, gorengan, terakhir beli es dawet karena aku yang ingin. Lalu duduk duduk di pinggir taman dekat restoran.

Sampai semua jajanan habis, aku masih tidak percaya makanan yang kubeli di bayar dengan uang seratus ribu yang kuambil dari dompet Kamal. Sekarang aku membuka lagi dompet itu untuk menyimpan uang sisa yang kupakai dengan Bakti.

HETEROCHROMIA (Koplonya Hidup)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang