Bonus Chapter II🍂; Semuanya akan baik-baik saja

52.6K 5.6K 499
                                    

Siapa yg kangen cerita ini? Cung!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa yg kangen cerita ini? Cung!

Baca nya pelan-pelan aja, ya,
diresapi. Sambil denger lagu juga boleh banget.

Happy Reading!

Malam benar-benar terasa begitu kelam. Sebagaimana manusia lainnya, Wisnu sedang merasakan apa yang biasa orang-orang sebut dengan kesedihan. Kesedihan yang sepertinya belum juga bisa hilang dari pertama kali dirinya kembali ditinggalkan.

Semesta memang konyol. Ada banyak sekali hal dan masalah di dunia yang bisa Wisnu lewati dengan lapang dada. Tapi untuk rasa sakit yang satu ini, sepertinya Wisnu bisa mati kapan saja kalau terus menerus menetap dalam hatinya.

Padahal Hanan sudah tenang, sudah bebas dari semua masalah sekaligus rasa sakit yang dia rasakan selama bertahun-tahun tinggal di bumi. Jahat kalau Wisnu ingin kembali egois dan merebut Hanan dari tangan Tuhan. Tapi ya mau bagaimana lagi, namanya juga manusia. Adakalanya sifat tidak tahu diri tumbuh di dalam diri layaknya Wisnu sekarang.

Sudah satu jam lebih, setelah melamun tanpa melakukan apapun, Wisnu kembali terlihat kacau. Atau lebih parahnya lagi, sekarang laki-laki itu persis seperti pasien rumah sakit jiwa, ketika mulutnya terus mericau tanpa tahu kemana arah jalan pembicaraan yang ia lakukan sendirian.

Aji sudah jauh lebih dulu tidur di kamar Bi Ama, begitupun Bian. Sedangkan Wisnu malah memilih untuk berdiam diri di dalam kamar yang dulu sempat Hanan tempati ketika jantungnya masih setia berdetak. Berbeda dengan sekarang, saat dimana sosoknya tidak lagi bisa Wisnu lihat, tidak bisa lagi Wisnu peluk seperti dulu.

Sakit sebenarnya, lebih sakit dibandingkan apapun. Tapi seperti apa yang Wisnu tahu, mau bagaimana pun Wisnu berteriak sekencang-kencangnya meminta Hanan kembali, Tuhan tidak akan pernah bisa mengabulkan itu sampai kapan pun. Manusia tidak tahu diri seperti Wisnu ini memang setidaknya harus diberi pelajaran agar hatinya bisa sedikit lebih ikhlas, agar hatinya tidak terus meminta apa yang tidak bisa Tuhan berikan.

Tanpa tenaga Wisnu menoleh ke arah samping, tepat dimana meja belajar milik Hanan terlihat begitu rapih dengan beberapa hiasan yang Wisnu juga tidak tahu apa nama nya. Buku-buku tebal tersusun rapih bersama alat tulis lainnya. Seketika Wisnu tersenyum getir, sudah berapa ribu hari yang Hanan lewati tanpa nya? Sudah berapa banyak kesedihan yang Hanan lewati tanpa ada bahu yang bisa ia sandari selama ini?

"Kamu capek ya, Nan? Udah sejauh ini berjuang tapi akhir nya kamu harus pergi.." entah untuk keberapa kali Wisnu menyeka air matanya.

Tanpa bisa melangkah, Wisnu tersedu cukup lama sembari menutup wajahnya menggunakan hoodie abu yang terakhir kali Hanan tinggalkan di atas kasur. Wangi nya khas sekali, harum tubuh Hanan menyeruak ke dalam indera penciuman milik Wisnu. Seakan-akan setiap tarikan napasnya, Wisnu bisa merasakan kalau Hanan juga turut menemani nya, duduk bersebelahan dengannya sembari tersenyum.

Tinta Terakhir ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang