Halaman kedua puluh tiga🍂; [end] Berhasil menjadi kebanggaan ayah

65.9K 8K 6.6K
                                    

Benda yang harus disiapkan sebelum lanjut baca part ini :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benda yang harus disiapkan
sebelum lanjut baca part ini :

Dan karena part ini hampir menyentuh 5000 kata, jadi bacanya harus pelan-pelan sambil diresapi, oke?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan karena part ini hampir menyentuh 5000 kata,
jadi bacanya harus pelan-pelan sambil diresapi, oke?

Happy Reading!


Satu minggu selepas ujian sekolah.

Sudah satu minggu juga Hanan dilanda kegelisahan hebat. Tentang peringkat satu yang akan ditempati oleh siapakah pada pengumuman hari ini, hari di mana Hanan harus banyak-banyak berdo'a agar peringkat satu bisa ia tempati.

Dalam satu minggu lama nya juga keadaan Hanan masih tidak ada perubahan besar, atau malah Hanan sering mendapati napasnya berhenti untuk beberapa detik saat tidur. Yang mana Hanan langsung terbangun sebab oksigen tidak menyentuh paru-paru nya sama sekali.

Kalau ditanya lelah atau tidak, Hanan akan menjawab pertanyaan itu tanpa harus berpikir terlebih dahulu.
Lelah, Hanan sudah lelah sekali minum obat apalagi menahan sakit yang selalu muncul tanpa tahu waktu. Bahkan saat kemarin muntah-muntah sebenarnya Hanan sudah menyerah tanpa siapa pun tahu, ketika tubuhnya ambruk tepat di samping tempat tidur. Tidak ada bi Ama, tidak ada bunda, tidak ada ayah. Hanan sendirian lagi, kesulitan menahan sakit dalam waktu yang cukup lama.

Tapi untuk hari ini, entah kenapa rasanya Hanan sangat bersemangat, walaupun tidak dipungkiri kalau ia benar-benar khawatir menghadapi pengumuman nilai yang akan diumumkan siang nanti melewati grup whatsapp sekolah nya.

Sembari merapikan pakaian yang ia gunakan, Hanan tersenyum menatap pantulan diri pada cermin besar di dalam kamar. Dalam lamunan singkat Hanan mengusap kepalanya sendiri sembari berucap.

“Terima kasih untuk perjuangan nya, Hanan. Dan terima kasih karena sudah bisa sampai di titik ini.” mata itu memejam seiringan dengan usapan lembut di kepala.

Hari ini Hanan memang berniat untuk pergi ke rumah Bian dan Aji, ingin melihat bersama-sama kalau ia berhasil menduduki peringkat pertama nantinya. Dan entah kenapa, Hanan merasa begitu percaya diri kalau dia lah yang akan mendapatkan peringkat pertama, walau tidak ada jaminan apapun bahwa dia akan mendapatkan peringkat itu.

Tinta Terakhir ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang