Halaman kelima belas🍂; Menjadi kuat untuk sementara

44.4K 6.6K 692
                                    

Karena aku baru bisa update,nih aku kasih yang panjang ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena aku baru bisa update,
nih aku kasih yang panjang ♡

Happy Reading!


Sentuhan lembut yang terasa begitu dingin sukses membuat kesadaran Wisnu kembali. Sembari mengerjapkan mata berulang kali, Wisnu akhirnya tersenyum setelah sadar kalau kini yang ada di hadapannya adalah Hanan.

Tidak jauh berbeda dengan Wisnu, Hanan juga ikut tersenyum setelah matanya menangkap betapa lucunya sang kakak ketika berusaha mengumpulkan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.

Untuk beberapa detik kedua nya masih sama-sama geming. Hanan sibuk memperhatikan lebam yang ada pada tulang pipi Wisnu, sedangkan Wisnu masih sibuk melamun sembari sesekali mengusak matanya. Lantas dengan gerakan perlahan Hanan mengubah posisi menjadi sepenuhnya duduk bersama tatapan yang masih setia ia arahkan pada setiap inci dari wajah sang kakak.

Sembari tersenyum kecil Hanan berucap dengan suara lembut,
“Semalam Hanan lihat abang.”

Mendengar itu Wisnu tidak menjawab apapun, tatapannya masih kosong pada langit-langit ruangan.
Sedangkan Hanan paham kalau Wisnu ternyata tengah mempersilakan ia untuk kembali berbicara.

“Abang ngga pa-pa? Luka nya banyak ngga? Udah diobatin?”

Kini giliran Wisnu yang tersenyum sembari ikut mengubah posisinya menjadi duduk. Untuk beberapa detik ia tatap wajah kurus milik Hanan, lantas tatapannya turun, kemudian tersenyum getir ketika sadar kalau yang sekarang berada di hadapannya adalah Hanan–adik kandungnya yang begitu banyak kehilangan berat badan.

Hanan kurus, kurus sekali untuk ukuran laki-laki.

“Lukanya udah Bian obatin semalam, abang baik-baik aja.” kemudian tangannya bergerak, mengusap lembut bahu Hanan yang masih dibalut seragam sekolah.

“Abang ngapain ada di sana? Kenapa ngamennya sampai sejauh itu?” sembari berucap Hanan ambil tangan Wisnu yang masih bertengger di bahunya, “Hanan baik-baik aja, bang.. Hanan kuat, abang ngga perlu khawatir berlebihan.” katanya sembari mengusap lembut punggung tangan sang kakak.

Hanan tahu, tahu betul kenapa Wisnu bisa sampai ada di gang rumah nya semalam. Dari dulu Wisnu memang selalu khawatir tentang hal yang bahkan begitu kecil, seperti saat Hanan memegang kucing di dekat pohon pisang, saat tak sengaja ia sentuh lembut kepala kucing itu. Dan dengan langkah cepat Wisnu langsung menarik tangan Hanan, membawa nya ke dalam rumah sebab Wisnu tidak mau kalau bulu kucing nya sampai menempel di kulit atau di baju sang adik, karena Hanan punya alergi terhadap bulu hewan.

“Hanan udah berobat ke dokter loh,” ucapnya dengan nada girang.

“Kemarin malam waktu abang antar Hanan pulang ke rumah, ayah langsung bawa Hanan ke dokter.” lanjut Hanan, masih setia menggenggam erat tangan sang kakak.

Tinta Terakhir ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang