Halaman kesembilan belas🍂; Belum siap kehilangan

38.1K 6.6K 621
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Seperti apa yang sudah Hanan janjikan waktu itu. Sekarang setelah merasa kalau kondisinya lumayan membaik, Hanan langsung membawa bi Ama pada mall dekat rumah dan membelikan apapun kebutuhan yang bi Ama perlukan. Walaupun sebelumnya bi Ama sempat menolak ajakan Hanan, tapi lagi-lagi Hanan meyakinkan kalau itu bukan masalah. Sembari memilih-milih mana saja yang akan dibeli, bi Ama sesekali melirik ke arah Hanan, merasa tidak enak sebab takut kalau nominal yang ia beli terlalu besar dan membebani.

Hanan yang sadar dengan ekspresi dan gerak-gerik bi Ama, lantas tersenyum kecil sembari menepuk bahu perempuan paruh baya itu.

"Bibi mau ini?" Hanan menyentuh barang yang sebelumnya bi Ama sentuh, "Ambil aja, ngga papa."

Kemudian setelah mendengar pertanyaan yang Hanan lontarkan, bi Ama langsung menggeleng.
"Ngga kok, ini bibi udah selesai belanja nya." lantas segera meraih tangan Hanan untuk ia tuntun, "Langsung ke kasir, ya? Bibi takut Hanan kelelahan."

Jujur saja dari pertama kali datang ke sini, yang bi Ama khawatirkan adalah kondisi Hanan. Jelas-jelas kemarin pemuda itu sempat tumbang beberapa kali, tapi entah kenapa selalu ada saja alasan yang Hanan pakai untuk membuatnya percaya kalau dia sudah baik-baik saja. Padahal kalau dilihat secara langsung, bi Ama berani bersumpah jika wajah Hanan benar-benar pucat dan terlihat tidak bertenaga sebab kantung matanya berwarna hitam kecokelatan. Terlihat sekali Hanan begitu lelah. Baik fisik maupun batinnya.

Kini giliran Hanan yang menggeleng singkat, "Saya masih kuat."

Kemudian menarik tangan bi Ama pada toko busana muslim yang sedari awal entah kenapa berhasil menarik atensi Hanan. Dengan langkah cepat pemuda itu masuk dan langsung mengambil 2 baju koko putih dengan motif, model dan ukuran yang sama.

"Bagus ngga?"

Bi Ama mengangguk, tidak bohong kalau baju koko yang Hanan pilih adalah koko paling bagus diantara yang lainnya.

"Bagus, cocok untuk kamu."

"Bukan untuk saya." Hanan terkekeh pelan, "Untuk Bian dan Aji, bi."

Mendengar itu Bi Ama hanya bisa mengangguk kembali. Bi Ama tahu betul seberapa sayang Hanan pada kedua bocah malang yang tak sengaja Hanan temui di rel kereta itu. Dulu hampir setiap hari Hanan bercerita tentang mereka pada bi Ama, sampai akhirnya Hanan tidak pernah lagi berkunjung pada tempat Bian dan Aji setelah di pukul habis-habisan oleh Jason saat itu, ketika Hanan kedapatan ikut mengamen bersama mereka dari pagi sampai menjelang sore.

"Bibi mau beli apa lagi?"

Segera lamunan bi Ama buyar, Hanan dengan tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya.

"Udah, ngga ada." bi Ama membalas tatapan Hanan, "Langsung pulang saja, yuk? Istirahat, kan katanya sebentar lagi mau ujian?"

Dengan cepat Hanan menggeleng, kemudian langsung menggandeng tangan bi Ama dan membawanya pada taman dekat alfamart sekitaran situ. Katanya mau istirahat sebentar sambil main ayunan, bernostalgia sedikit tentang masa kecilnya dengan Wisnu.

Tinta Terakhir ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang