Halaman kedua puluh dua🍂; Tinta terakhir

45.6K 6.5K 1.1K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


kalau ada typo tolong kasih tahu ya.


Happy Reading!


Tepat di jam enam lebih lima belas, Hanan sudah datang dan duduk di jajaran kursi paling depan, bersampingan dengan Wahyu yang saat ini masih sibuk menatap buku-buku tebal di atas mejanya. Seperti yang sudah diumumkan dari hari-hari sebelumnya oleh sang guru, kalau tepat di hari ini, hari rabu, tanggal 12 januari, SMA 2 akan melaksanakan ujian sekolah yang mana langsung diawasi oleh pengawas dari luar sekolah. Yang artinya, pengawas itu lebih tegas dibandingkan dengan pengawas asli di sekolahnya.

Dua hari pun berlalu, tidak ada halangan apapun ketika Hanan mulai mengerjakan lembar demi lembaran kertas penuh jebakan itu. Sampai akhirnya di hari kedua ini, pada nomor 5 menuju akhir, Hanan menemukan kesulitan yang membuat kepalanya hampir meledak, saat dimana dari kelima opsi jawaban, tidak ada satu pun yang menurutnya salah.

Sembari memejamkan mata, dan berusaha mengingat kembali materi semalam yang ia baca dan pelajari, tanpa ragu Hanan langsung mengisi jawaban yang menurutnya benar. Sampai akhirnya hembusan napas lega terdengar, Hanan mampu menyelesaikan 50 soal dari satu pelajaran tanpa ada hambatan yang membuatnya mengalami kesulitan besar.

Tidak ada jam istirahat untuk hari ini, hari kemarin dan hari selanjutnya, yang membuat Hanan bisa pulang lebih awal yaitu pukul 10. Jadi selepas mengumpulkan dan menunggu teman lainnya selesai, Hanan langsung melangkahkan kaki keluar dari sekolah. Tanpa berpikir terlebih dahulu, pemuda itu memutuskan untuk pergi ke rumah Aji dan Bian meskipun Hanan tahu kalau mereka belum pulang sepagi ini.

Sembari menunggu ojek online nya datang, Hanan duduk di warung kecil samping pertigaan. Dalam duduknya Hanan merasa kalau tubuhnya mulai merasakan gejala-gejala aneh yang begitu Hanan benci, padahal sebelum berangkat sekolah Hanan tidak pernah telat makan apalagi minum obat sesuai anjuran dokter. Tapi entah kenapa lagi-lagi yang ia rasakan hanya rasa sakit, Hanan sebenarnya sudah kelewat lelah, lelah dalam hal apapun, apalagi minum obat.

Sembari mencoba untuk menarik napas dalam-dalam sampai membuangnya dengan perlahan, Hanan tak hentinya berkeringat dingin. Kepalanya juga pusing tidak karuan dari semalam, saat ia memaksakan tidur pukul 2 malam hanya untuk menjadi manusia serakah. Serakah dalam menguasai materi yang bahkan itu tidak ada artinya sama sekali dibandingkan kesehatannya.

Hanan itu definisi manusia paling bodoh yang memaksa pintar. Terlalu baik bisa membuat siapapun akan terlihat bodoh, layaknya Hanan sekarang. Demi ayah, demi peringkat pertama, ia sampai melupakan keadaannya yang justru itu lebih penting dari apapun. Bahkan tanpa sepengetahuan siapa pun Hanan melebihi dosis obat yang dianjurkan dokter hanya demi menghalau rasa sakit setiap malam yang selalu menjadi mimpi buruknya selama ini.

Sudah hampir 3 hari lamanya Hanan melakukan itu yang berefek lebih mengerikan dari perkiraan. Di jam jam tertentu jantung Hanan akan berdetak 2 kali lebih cepat dari biasanya yang membuat napas Hanan terengah-engah meski ia tidak melakukan kegiatan apapun, bahkan saat tidur pun Hanan bisa terbangun secara tiba-tiba karena ritme jantung yang terlalu cepat.

Tinta Terakhir ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang