31 - Sebotol Air Mineral

Mulai dari awal
                                    

Pia, Cici, Binar, dan Tami rusuh menghampiri Afi ketika dugaan mereka ternyata benar.

"Kenapa ke sini nggak bilang-bilang?"

"Kenapa ke sini nggak kasih tahu kita?"

"Pak Mujiarto gimana?"

"Lo ngapain Afi?!"

"Tuh, kan, apa gue bilang!" teriak Pia.

Rusuh, heboh, tidak bisa diam, dan merubah suasana sesak menjadi acara talkshow, itulah keahlian mereka. Afi terpaksa menggeser tubuhnya ke ujung bangku agar teman-temannya dapat menonton pertandingan bersama.

Tak menunggu lama, XI IPS 1 dan XI IPA 1 disebut namanya oleh para anggota OSIS yang memimpin acara ini. Gio dan kawan-kawan perwakilan kelas maju. Sontak Pia, Cici, Binar, dan Tami menjerit keras untuk mendukung kelas mereka.

Sejujurnya, Afi tak paham bagaimana jalannya permainan hoki lapangan. Yang dia tahu, Gio ada di dalam tim, permainan dimulai, kurang lebih terlihat seperti futsal tetapi menggunakan bola hoki—yang mirip dengan bola golf tetapi seukuran seperti bola tenis—dan stik hoki sebagai alatnya. Afi hanya melamun sepanjang pertandingan, tak paham betul. Fokusnya hanya pada Gio yang terlihat keluar auranya, memancing perhatian lebih satu sekolah, apalagi para cewek penyuka cowok ganteng, jangan ditanya. Kalau ada Rofira, pasti cewek itu akan ketar-ketir jantungnya, takut Gio direbut siapa saja.

Kelas XI IPS 1 mampu lolos ke babak berikutnya. Keempat teman Afi sudah bosan dan mengajaknya untuk pergi ke kantin atau beranjak dari sana. Namun, lagi-lagi Afi dalam mode keras kepala, harus mendapat apa yang benar-benar ingin dia gapai yaitu informasi Gio lagi, jadi terpaksa mereka meninggalkan cewek itu di bangku penonton, sendirian di tengah keramaian.

Tanpa disadari mereka, ternyata XI IPS 1 dipanggil untuk lanjut bermain lagi oleh para anggota OSIS. Penonton pendukung kelas itu habis, hanya ada beberapa yang masih peduli untuk memberikan dukungan tetap. Sisanya? Lelah berteriak, bosan, dan pergi ke kantin.

Untung saja Afi kukuh untuk menunggu. Dia tetap menonton walau tak paham dengan permainannya. Sebenarnya, tujuan utama memang bukan untuk menonton pertandingan, jelas, dia menonton hanya karena ingin melihat Gio.

* * *

Ketika cowok itu selesai bertanding dan timnya dinyatakan lolos sebagai tim yang masuk ke dalam final hoki nanti sore, Gio cepat berlari keluar lapangan, tempat di mana minumnya diletakkan. Baru saja meneguk sedikit, dia menyadari bahwa minumnya habis. Cowok itu menyebarkan pandangan ke sekeliling, tak ada supporter yang bisa dimintai pertolongan untuk ke kantin.

Afi tersenyum, saatnya mendekati Gio.

"Gio." Afi tersenyum lagi sembari memberikan air mineral dalam genggamannya.

Mendapat rezeki dadakan, Gio langsung menerima pemberian Afi itu dengan ucapan terima kasih bertubi-tubi. Jangan lupakan senyuman khas yang terus merekah itu. Dia meneguk cepat air mineral itu dan melirik Afi. "Sama siapa nonton di sini?" tanyanya basa-basi.

"Sendiri."

Lanjut meneguk air sampai setengah botol, sebelah alis Gio naik. "Nggak bareng Pia sama yang lain?"

"Oh, mereka ke kantin."

Gio manggut-manggut dan lanjut meneguk sampai air dalam botol itu sampai habis. Haus betul tampaknya, untung Afi kepikiran untuk membelinya tadi.

"Makasih ya, Fi," kata Gio seraya tetap memamerkan senyum khasnya.

Dia mengira, setelah kalimat penutup itu, Afi mungkin akan pergi, tetapi yang didapat justru berbanding terbalik. Afi tetap berdiri di sampingnya, tanpa memiliki keinginan untuk balik duduk atau ke kantin, seperti menunggu sesuatu.

GIOFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang