" Tunggu, apa yang terjadi?!" Cegah Zerda yang menghentikan langkah salah satu pelayan yang sedang berlari.

" It..uu... Tuan Muda Gentara menembak dengan membabi buta disana Nona Muda." Jawab Pelayan itu menunduk takut yang sontak membuat kedua gadis itu membulatkan mata tak percaya.

" Nona jangan, disana sangat berbahaya." Cegah pelayan itu saat melihat Zerda dan Divia yang akan pergi ke sumber keributan terjadi.

Baik Zerda maupun Divia sama sekali tidak mengindahkan cegahan dari pelayan itu, keduanya justru mempercepat langkah mereka bahkan dapat dikatakan berlari untuk segera sampai di tempat keributan itu terjadi.

Saat mereka sampai, Divia menutup mulut dengan wajah terkejut saat melihat mayat-mayat yang tergeletak bersimbah darah memenuhi luasnya ruang tengah keluarga Zeduard. Suara tembakan yang saling menyahut terdengar sangat memekakan di telinga. Mansion terlihat sangat kacau.

" GENTA!!!! APA YANG LO LAKUIN!!!" Pekik Zerda dengan lantang saat melihat kembarannya Zordan juga terkena tembakan pada kakinya yang membuatnya tidak berdaya di lantai.

Divia menatap tidak percaya pada Genta yang seolah sedang diselimuti oleh api kemarahan, bahkan Divia seolah tidak menyangka jika Genta yang selama ini ia kenal akan melakukan tindakan seperti ini. Bahkan terdapat beberapa orang berbaju hitam yang juga ikut membantunya menembaki orang-orang yang ditugaskan untuk mengamankan Mansion Keluarga Zeduard.

" Wohoho... Sepertinya hari ini akan menjadi hari akhir untuk kalian semua." Ucap Genta meniup pistol yang ia bawa.

" Apa maksudmu?! Hah!!" Gertak Zerda tanpa rasa takut.

" Zerda!!! Pergi dari sini cepat!!" Teriak Aregan pada putrinya yang ternyata tidak jauh dari tempat mereka.

Bahkan tidak jauh dari tempatnya, terlihat Arsya yang juga saat ini terluka di bagian bahu nya. Bahkan Alenza hanya bisa menangis tanpa bisa berbuat apa-apa saat melihat suaminya yang mengerang kesakitan di pangkuannya, karena Genta telah mengancamnya agar tidak pergi membawa Arsya untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.

" Tapi.." sanggah Zerda.

" Daddy bilang pergi Zerda!! Sekarang!!" Gertak Aregan pada putrinya saat tidak menuruti perkataannya.

" Calm Down Uncle, mungkin Kak Zerda ingin melihat detik-detik kematian Uncle yang tidak akan lama lagi Hahaha." Seru Genta tertawa hingga menggema keseluruh penjuru Mansion.

Tawa Genta seolah seperti Iblis yang di penuh dengan Api Dendam.

" Lo kesurupan Jin Iprit dimana sih Hah?!!" Teriak Divia pada Genta yang tidak tahan untuk menanyakannya.

💙💙💙💙💙

Saat-saat seperti ini Arsya sangat membutuhkan keberadaan Alenza untuk menguatkannya. Baru saja dirinya mendapatkan kabar bahagia jika Alenza istrinya sedang mengandung saat ini, namun kebahagiaannya tidak berlangsung lama karena Arsya harus kehilangan orang terpenting di hidupnya, tidak peduli bagaimana sifat Rani yang selalu menekannya dulu, bahkan berbuat seenaknya kepadanya, baginya Rani tetaplah Ibu kandungnya.

" Saya turut berduka cita atas kepergian Nyonya besar Zeduard Mr. Arsya" ucap salah satu kolega bisnis keluarga Zeduard.

" Terima kasih Mr. Tomkin." Ucap Arsya.

Setelah pemakaman usai, Arsya bersama Aregan ikut menyapa beberapa kolega bisnis mereka, dan berterima kasih karena telah ikut dalam penghormatan terakhir untuk Rani.

" Arsya, lebih baik kamu dan Alenza makan terlebih dahulu. Kasihan istrimu yang saat ini sedang mengandung. Biar para tamu yang datang aku dan Alena yang mengurusnya." Ujar Aregan dengan wibawanya.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang