Chapter 15 : Menenangkan diri

45 6 2
                                    

Dua hari sudah aku dan Kim di rumah klasik Bali ini. Kami memang sedang melarikan diri dari masalah, kalian boleh menyebutnya demikian. Tapi di sisi lain kami merasa tenang berada jauh dari keramaian, jauh dari hingar bingar kehidupan kami. Dan disini kami juga melakukan banyak hal berdua. Kami jadi memiliki waktu yang berkualitas berdua. Memang benar di balik kesedihan pun pasti ada kegembiraan. Dan kami saat ini tengah merasakannya.

Kim selalu menjagaku. Dia sangat perhatian dan juga romantis. Dia memperlakukanku seperti seorang Tuan Puteri.

Setelah pelukan kami terakhir kali usai pertengkaran dengan Aidan dua hari yang lalu, kami memutuskan untuk tidak membahasnya. Kami sepakat hanya akan membicarakan hal-hal yang menyenangkan saja.

Pagi ini Kim masih tertidur lelap disampingku. Ya kami memang tidur bersama karena kondisi kakiku yang tidak memungkinkan untuk melakukan apapun sendiri.

Aku memandangi wajahnya yang bahkan sangat tampan walaupun sedang tertidur.

" Sayang? Kamu engga mau bangun?" Panggilku membangunkannya.

" Hemmmm." Jawabnya menggeliat kemudian memposisikan tidur lagi.

" KIM? Nanti aku kelitikin nih. " Ujarku sebal.

" Kenapa sih sayangnya Kim? " Dia pun akhirnya bangun dan tersenyum kepadaku.

" Aku lapar."

Kim pun mencubit pipiku gemas.

" Ya ampun nyebelin banget sih. Untung sayang."

" Oh jadi aku nyebelin nih?" protesku sambil memanyunkan bibir.

" Engga engga, bercanda cantik. Ya udah aku cuci muka dulu sebentar baru aku buatin kamu makanan ya?" Ujarnya kemudian beranjak bangun dan berjalan ke kamar mandi.

" Kim?" Panggilku sebelum dia jauh.

" Ada apa lagi tuan puteri?"

" Aku ikut."

Dia tersenyum sangat manis kemudian kembali dan membawaku bersamanya.

Kami menggosok gigi berdua. Setelah itu dia kembali menggendongku dan mendudukkanku di meja makan.

" Kayaknya aku udah harus belajar jalan deh Kim."

" Emang udah engga sakit?"

" Belum di coba sih. Tapi kalau engga pernah dicoba gimana kita bisa tahu."

" Ya udah nanti aku bantu kamu belajar jalan ya." Jawabnya sembari menyiapkan makanan.

" Kayaknya aku juga butuh belajar masak deh Kim."

" Engga engga kalau untuk yang satu itu aku engga bolehin." Tolak Kim mentah-mentah.

" Emang kenapa?"

" Kamu terlalu ceroboh, liat gara-gara kamu masak kaki kamu jadi kaya gitu kan?"

" Ya ini kan karena engga sengaja nyenggol panci isi air panas."

" Ya tetap aja aku engga mau kamu masak-masak lagi."

" Masa harus selalu kamu yang masak sih?"

" Emang kenapa? Aku engga merasa keberatan dengan semua ini. Kamu cukup bantu aku dengan berada di depanku saat aku masak. Jangan lupa senyum yang cantik, itu udah cukup untuk mengisi energiku."

" Dih gombal."

" Loh kok gombal? Ini beneran loh. Aku engga lagi ngegombal. Kamu itu emang sumber energiku." Ucapnya yang kemudian menata makanan yang sudah jadi di meja.

Dia berjalan menghampiriku kemudian menggendongku dan mendudukkannya di meja makan.

" Hei apaan sih ini?" Protesku.

Menikah Dengan IdolaМесто, где живут истории. Откройте их для себя