“Masih belum kenal?”

“LO YANG SEMALAM KAN?” tanya Althaia berteriak. Ia berkacak pinggang seraya menatap laki-laki di hadapannya dengan pandangan seakan-akan ingin membunuh.

“Iya, gue Max.”

“Mau apa Lo? Gak puas lihat gue dihukum karena pulang terlambat, dan itu semua gara-gara Lo!”

Bukannya tersinggung, Max justru menikmati wajah marah milik Althaia yang terlihat menggemaskan. Ia menopang dagunya dengan satu tangan seraya tersenyum simpul.

Althaia yang geram pun memukul pundak Max dengan kencang. “Dasar cowok sinting!”

Max terkekeh. “Lo lucu kalau lagi marah-marah,” ucapnya tak nyambung.

“Stres! Ngapain Lo di sini? Dan kenapa Lo bisa tahu rumah gue?”

“Mau jemput lo.”

“Maksud Lo?”

Max tak menjawab, ia menarik lengan Althaia hingga lebih mendekat ke arahnya. Ia memasangkan helm yang memang sengaja dibawanya di kepala Althaia.

“Naik!” titahnya.

“Tunggu-tunggu, gue masih gak ngerti.”

“Gue antar Lo ke sekolah, Althaia.”

“Lo tahu sekolah gue di mana?”

Max memutar bola matanya malas. “Naik atau Lo akan terlambat.”

Althaia langsung naik di jok belakang motor Max. Meskipun sedikit kesusahan karena motor Max yang tinggi, namun berkat bantuan Max ia bisa naik.

“ROK GUE TERSINGKAP!” pekik Althaia seraya menutupi pahanya yang hampir terekspos.

Max menoleh. Ia melepas jaket yang melekat di tubuhnya dan menyerahkan pada Althaia.

“Pakai! Atau mau gue terkam di sini juga.”

“Dasar mesum!” ucap Althaia kesal. Ia langsung menutup pahanya dengan jaket milik Max.

Setelah itu, Max melajukan motornya menuju sekolah Althaia terlebih dahulu. Tak ada percakapan di antara keduanya sepanjang jalan. Max yang fokus menyetir dan Althaia yang sibuk dengan pikirannya. Mengingat-ingat apakah dalam novel yang dibacanya ada tokoh Max. Seingatnya, tidak ada tokoh Max dalam novel tersebut. Lalu, bagaimana bisa ia mengenal Max?

Tak lama kemudian, motor Max berhenti di depan gerbang IHS. Althaia turun dari motor seraya melepas helm dan menyerahkannya pada Max.

“Pulangnya gue jemput lagi.”

“Gue bisa pulang sendiri.”

Max berdecak. “Gue gak menerima penolakan, sayang.”

“Sayang pala Lo.”

Tanpa mengucapkan terima kasih, Althaia langsung pergi begitu saja meninggalkan Max yang masih menatap punggung tegap Althaia yang mulai mengecil saat jarak semakin jauh.

[Hello Max]

“Tadi malam Lo pulang sama siapa? Sorry banget gue gak sadar kalau bawa Lo,” ucap Grace dengan wajah penuh rasa sesal.

“Gue pulang sendiri.”

“Aduh sumpah gue lupa! Sorry.”

“Gak apa-apa. Untung cuma Kak Athena yang tahu gue pulang malam banget.”

“Terus?”

“Ya gue dihukum, selama seminggu gue gak boleh berangkat dan pulang bareng dia.”

“Terus tadi Lo berangkat sama siapa? Naik ojek? Atau apa?”

“Bareng Max.”

Kening Grace mengkerut. “Max? Siapa itu? Apa cowok baru Lo?”

“Ngaco! Gue aja baru kenal tadi malam waktu di club.”

“Kok bisa berangkat bareng?”

Althaia mengedikkan bahunya. “Entahlah, waktu gue keluar gerbang, tiba-tiba Max udah ada di depan. Gue juga bingung dia tahu alamat rumah gue dari mana.”

“Sumpah Lo harus hati-hati.”

“Iya tahu, tapi gue rasa Max itu cowok baik-baik.”

“Kita gak bisa menilai orang dari tampangnya, kan?”

Yes I know, but I have a feeling that Max is a good guy, but we don't know the truth, hope my feelings are right.”

“Ya ya terserah Lo. Tapi ada baiknya Lo lebih berhati-hati sama orang yang gak dikenal.”

*•.¸♡ To Be Continue♡¸.•*'

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen.
Jika berkenan kalian bisa share ya. Terima kasih>.<

Hello MaxWhere stories live. Discover now