Chapter 38

1 0 0
                                    

"Yang bener aja lo, kalian bukan pasangan, nggak pacaran, dan kenapa sampek cium-cium gitu? Ini mau maghrib, nanti kalian kesambet setan baru tau rasa. Ndo, lo boleh aja mesum ke siapapun cewek di dunia ini, tapi Naura adalah sahabat gue. Sekali lagi lo mesum gitu, gue aduin lo ke Tante Joe biar lo dihukum. Mau?" omel Najwa.

"Ampun, Naj, tadi tuh gue cuma khilaf. Naura terlalu imut saat sedang nangis dan gue tergoda sedikit. Lo jangan aduin dong ke mamah, nanti gue disuruh ikut ke rumah sakit buat ikut bantu petugas yang ngurusin mayat lagi, gue kapok."

Najwa berkacak pinggang sambil mendengar pembelaan dari Ando.

"Tapi lo udah ngecup bibirnya Naura dan lo bilang 'tergoda sedikit'? Wah, kagak bener lo. Dahlah, gue mau nyusul Rey ... ," ucap Najwa yang kemudian menarik Naura untuk pergi bersama dengannya.

Naura yang sudah kepalang malu, memilih untuk menundukkan kepala dan mengikuti langkah Najwa yang terlihat sedang marah besar kepada Ando.

Ando menatap kepergian Naura dengan perasaan yang tak nyaman. "Apa gue udah keterlaluan banget, ya?"

.

.

.

.

"Kamu dateng-dateng kok udah bete gini, kenapa?" tanya Rey pada Najwa.

Najwa mendengkus kesal dan menatap Ando yang baru datang dengan sengit.

"Rey, bukannya aku ngatur-ngatur kisah cinta Naura ataupun Ando. Aku juga ingin lihat sahabatku bahagia, tapi aku nggak bisa biarin Ando buat sembarangan nyium Naura. Kamu aja berusaha jaga nafsu buat nggak nyentuh aku sampai terlalu intens. Rey, temen kamu udah keterlaluan karena berani buat ngecup bibir Naura. Gimana aku nggak bete?"

Rey dan Zulfan melotot kaget, lalu menatap Ando dengan tak percaya.

"Iya, gue tau gue salah. Nau, maafin gue karena udah nyium kamu sembarangan. Sumpah, tadi gue tuh kayak nggak sadar gitu pas liat kamu nangis. Gue nggak tau kalo kejadian tadi udah bikin lo jadi malu gini. Maaf banget, Nau ... ."

Naura mendongak dan menatap Ando dengan pandangan yang terlihat kecewa. "Aku mungkin hanyalah seorang gadis biasa yang nggak sebebas kamu, Ndo. Aku maafin kamu, tapi mungkin setelah ini kita nggak usah terlalu dekat kayak tadi lagi. Aku nggak mau nanggung resiko, Ndo."

Naura kemudian meminta tukang ojek untuk mengantarnya kembali ke penginapan.

Najwa menatap Ando dengan tajam, lalu pergi menyusul Naura yang sudah jalan duluan bersama ojeknya. Sebelum pergi, gadis itu sempat menginjak kaki Ando dengan highheels miliknya.

"Auuu ssshh ... Naj, sakit woy!!"

Zulfan yang sejak tadi menahan tawa, kini langsung terbahak-bahak setelah melihat kepergian Naura dan Najwa.

"Ndo, lo tuh lupa apa gimana? Sepupu lo, Si Najwa 'kan sangar gitu kalo lagi marah. Masih untung cuma diinjek ckckck ... ."

Ando merengut dan memilih duduk di dekat Rey sambil menatap ojek yang membawa Zulfan dengan sebal.

"Ndo, gue saranin deh, supaya lo mulai perbaiki sikap. Nggak semua cewek suka sama lo yang badboy, hot, cool, atau apalah itu. Nggak semua cewek terbiasa dengan skinship, dan nggak semua cewek suka dicium oleh orang yang bukan apa-apanya dia karena nggak selamanya juga buat cowok yang punya pesona bisa dapetin cewek manapun yang dia suka. Dah ya, gue mau nyusul mereka."

Rey beranjak dari bangku setelah mengikat tali sepatu dengan benar. Ia lalu memeluk bahu Ando, kemudian menyusul Naura dan Najwa.

"Kali ini gue harus bener-bener berubah kayaknya ... ," gumam Ando sambil menatap kepergian teman-temannya.

"Njenengan badhe tindak teng ndaleme Mbah Darman, Mas?"

Ando menoleh ke arah si tukang ojek, lalu menganggukkan kepala.

*****

Ara menggeser slide demi slide foto-foto yang ada di ponselnya sambil tersenyum.

"Gue baru sadar kalo lo seganteng ini, Vin," puji Ara ketika menatap layar ponsel dengan senyum yang lebar.

Namun ketika slide yang dia geser sedang menampakan fotonya dengan kedua sahabat yang kini ia tinggalkan, senyumnya luntur seketika.

"Ckckck aissh, kenapa foto para munafik ini masih ada, sih?" gerutu Ara segera menghapus foto-foto yang menunjukan dirinya sedang bersama Najwa dan Naura.

"Sungguh malang nasib gue, punya sahabat kaya lo berdua, dulu gue begitu takut sendiri, takut kalau kalian sampe ninggalin gue, tapi sekarang gue sadar kalau sendiri itu lebih baik daripada bersama, namun kalian justru merebut semua hak gue." ucap Ara bermonolog.

Ara kembali teringat kepada peristiwa saat ia datang ke penginapan untuk mengambil beberapa barangnya yang masih tertinggal.

Baru saja dia ingin masuk ke kamar itu, dirinya justru melihat Najwa yang telah kembali ke penginapan itu.

"Hah? Bukannya Kevin bilang kalau Najwa ada sama dia, tapi kok Najwa bisa pulang, sih?" gumam Ara kesal.

Ara mendengar banyak hal yang mengejutkan dirinya. Dari Najwa yang bilang kalau tugas mereka sudah selesai dan Rey aman, sampai pada beberapa fakta yang mampu membuatnya shock berat.

"Kenapa Kevin biarin ini semua terjadi? Bukankah dia udah janji untuk tetap nahan Rey? Sepertinya gue kudu tanyain hal ini lagi pada Kevin."

Ketika Ara melewati kamar Rey, Zulfan, dan Ando, dia mendengar suara tawa dari ketiga sahabat itu.

"Mereka sama saja dengan kedua mantan sahabat gue," gumam Ara sebal.

Ara yang sudah merasa sangat jengah, lantas berlari ke arah taman dan berusaha untuk memanggil Kevin. Biasanya jika dia memikirkan Kevin, maka Kevin akan datang untuk menemui dirinya.

"Kevin, kok lo nggak dateng, sih? Apa dia udah lupain gue?" gumam Ara.

Ara berkacak pinggang sambil mondar-mandir karena tak sabar. "Kalo Kevin nggak bisa nepatin janjinya, berarti gue harus gerak sendiri."

Ketika Ara ingin kembali ke penginapan untuk mencari informasi lagi, ia melihat kedatangan Raksa dan Ansabella secara tiba-tiba dari kejauhan. Gadis itu buru-buru bersembunyi dan mencoba untuk menguping pembicaraan keduanya.

"Tugas kita sekarang tinggal dua, yaitu mengambil kedua Robot AI itu dan memastikan kalau semua orang yang terseret dalam masalah ini untuk segera mendapatkan serum penghapus sebagian memori dari kenangan.

"Kevin dan kedua orangtua Rey sudah lenyap, lalu MadCow-30 di dalam Rey sudah banyak berkurang dan membuatnya aman. Bonusnya, Rey dan Najwa sudah menjadi sepasang kekasih. Kita akan pamit dulu pada Pak Darman sebelum pergi ke Jakarta. Apa kau setuju?"

Raksa menghela napas, lalu tersenyum tipis. "Kita sudah mengalami banyak hal, Bel. Kau bahkan merelakan Rey untuk bersama Najwa. Aku menyukai gadis itu, tapi sepertinya aku bernasib sama dengan dirimu."

Ara mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar semua ucapan Raksa. "Mereka udah bikin gue bener-bener kehilangan dan terpuruk."

Ara yang sudah terlanjur muak, lantas mengirim pesan ancaman pada Naura. Ia juga memutuskan untuk menjadi mata-mata dari para pecundang yang dulu mengaku sebagai sahabatnya agar bisa mendapatkan informasi lain yang sewaktu-waktu bisa digunakan sebagai 'peluru' untuk menembus perasaan mereka.

Hal itu memang tidak mudah bagi Ara, namun ia terus berusaha untuk bangkit dan tak jatuh setelah kehilangan Kevin.

Ara yang memang pandai dalam Fisika Kimia, diam-diam juga memiliki beberapa alat canggih yang ia ciptakan sendiri. Salah satunya adalah kamera pengintai super mini yang tak terdeteksi oleh sensor apapun karena dia sendiri yang sudah mengatur kamera itu.

"Ando nyium Naura? Seriously?" ucap Ara sambil bergidik geli.

Ara mengamati apa yang terjadi selanjutnya pada Ando dan Naura, ia tertawa kecil saat melihat kemarahan Najwa dan kekecewaan Naura pada Ando.

"Haruskah kukatakan jika mereka semua sangat munafik?"

Bersambung....

Bad or Good?Where stories live. Discover now