Chapter 2

8 3 0
                                    

"Aku bukan Delina, aku Najwa, sepupu Ando. Selama ini, kalian bertiga berkata bahwa aku depresi sampai lupa dengan segalanya. Bukankah sudah aku katakan dari awal jika aku adalah Najwa? Kalian bertiga membawaku dalam kehidupan yang sulit untuk kupahami. Sekarang, aku sudah kembali walau sempat aku berpikir bahwa usahaku untuk kembali telah gagal. Jika kalian ingin mencari Delina, KENAPA KALIAN MENGIKUTIKU SAMPAI KE SINI? AKU BUKAN DELINA, AKU ADALAH NAJWA!!"

Ando nenatap sinis ke arah Raksa dan kedua temannya.

"Kalian sudah dengar? Selama ini, kalian membawa orang yang salah. Sepupu yang aku kira masih ada di Jakarta, ternyata baru saja mengalami kejadian yang mengerikan. Pergilah dan tolong jangan ganggu sepupuku lagi," ucap Ando sambil menatap tak suka pada Raksa.

Najwa memeluk Ando, menyembunyikan wajahnya dalam dekapan sepupunya dan membuat Kevin merasa sangat bersalah.

"Maafkan kami, karena selama ini tak mendengar ucapanmu, Najwa. Kami sangat menyayangi Delina sampai kami tak mau mendengarkan tentang kebenaran Najwa. Kami akan segera pergi dari sini. Sekali lagi, maafkan kami ...," ucap Kevin dengan sedih.

Kevin menarik Raksa yang masih memandang tajam Ando dan Syam yang sedari tadi diam menyimak tanpa berniat untuk membicarakan apapun.

"Tunggu dulu, Kevin ..., sebelum pergi, bolehkah gue tanya, kemana kalian akan mencari Delina? Gue nggak pengen kejadian penuh tekanan ini menghampiri orang lain yang berwajah sama dengan Najwa dan Delina. Kalian masih ingat tentang kapan terakhir kalian melihat Delina? " ucap Rey yang membuat Kevin menghentikan langkah.

Kevin berbalik dan menatap Rey dengan sedih.

"Lima tahun yang lalu, kami berempat berencana untuk pergi ke pantai. Tapi, tiba-tiba, kecelakaan menimpa kami dan membuat kami masuk ke dalam sebuah jurang. Sejak saat itu, kami menemukan Najwa di tempat yang tak jauh dari pantai. Aku mengira bahwa dia adalah Delina dan karena itu kami mencoba untuk tak mendengarkan ucapan Najwa saat protes kepada kami."

Rey mengangguk paham dan mulai mengerti mengapa selama setahun ini, kesalahpahaman itu terjadi.

"Sepertinya, Delina masuk ke alam dimensi yang lain. Sama halnya dengan peristiwa yang baru saja kalian alami. Jika dibutuhkan, kami bertiga akan ikut juga untuk membantu kalian agar dapat menemukan Delina," tawar Rey yang membuat Ando mendelik kurang suka.

"Buat apa kita bantu tiga pria itu, Rey? Gimana keadaan kita di sini? Lo, kagak mikir sampe situ?" tanya Ando.

Rey menoleh ke arah Ando dan tersenyum manis.

"Raksa dan Syam bisa menggantikan posisi kita berdua untuk sementara waktu. Lagipula, gue yakin kalau untuk masalah itu, Kevin bisa membereskannya," jawab Rey.

Kevin tersenyum haru dan mengangguk dengan penuh antusias.

"Gue juga mau ikut dalam petualangan ini, Rey. Kalau Ando kagak mau ikut, kita pergi berdua saja," sela Zulfan.

Kevin tersenyum tipis, "Kalian bertiga bisa ikut semua karena Syam dan Raksa akan menjaga Najwa saat kalian bertiga pergi bersamaku untuk mencari Delina. Hanya saja, mungkin Zulfan harus membuat alasan agar bisa pergi tanpa banyak orang yang mencurigainya," terang Kevin.

Najwa melepaskan pelukan Ando dan berkata, "Zulfan bisa membuat alasan kalau dia ingin pergi ke Jakarta bersamaku. Takkan ada orang yang akan curiga, jika Zulfan sebenarnya tak ada di sini."

Kevin mengangguk sekali lagi dan menatap Najwa dengan perasaan yang bersalah.

"Jadi, kapan kita akan memulai petualangan ini?" tanya Ando memastikan.

Kevin tersenyum, "Kita bisa melakukan perjalanan ini sekarang juga. Apa kalian bertiga sudah siap?"

Ando, Rey, dan Zulfan mengangguk secara bersamaan. Kevin kemudian membuat lagi lubang hitam untuk teleportasi ke tempat tujuan mereka. Kali ini, mereka akan mendatangi terlebih dahulu jurang yang membuat semua kejadian aneh ini berawal.

Banyak keajaiban yang akan terjadi dan tak akan ada seorang pun yang tahu bagaimana akhir dari kisah itu.

Mungkinkah mereka berhasil untuk membawa Delina kembali?

*****

"Sayang, sayang ..., ayo bangun ...," panggil mama Rey seraya menggoyang goyangkan tubuh Rey agar segera bangun dari tidurnya.

"Mamah, ngapain ikut ke sini?" tanya Rey ketika bangun dari tidur nya dan ia terkejut hingga sampai menjauhkan tubuh nya dari sang Mama.
Mama Ririn -nama ibu Rey, yang melihat anaknya bangun dengan keadaan tidak biasa pun jadi merasa sedikit heran.

"Apasi Rey, kamu kenapa sayang? Kok sampe keringetan basah gini?" Mama Ririn pun mendekati Rey seraya mengusap keringat yang keluar dari pelipis anaknya.

"Mah, ini Rey beneran di rumah?" tanya Rey sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi kamar untuk memastikan, bahwa ia benar benar berada di kamar.

Mama Ririn pun jadi semakin heran dengan tingkah anak tunggalnya.

'Mimpi apa anak ini?' kata Mama Ririn dalam hati seraya menaikan kedua alisnya.

"Zulfan sama Ando, mereka di mana mah?" tanya Rey memastikan.

"Hah? Ya mana Mamah tau ..., kenapa kamu jadi tanya ke Mamah? Mamah 'kan mamahnya kamu, bukan mamahnya Zulfan atau Ando, jadi mamah tahunya, ya, cuma kamu."

Keringat Rey masih saja mengalir, napasnya ngos-ngosan seperti merasakan kalau apa yang ia alami dalam mimpi tadi, benar benar terjadi bahkan ia tak percaya bahwa itu hanyalah sebuah mimpi.

"Rey, tenang dulu, Sayang." Mama Ririn yang tak tega melihat anak nya seperti orang kebingungan, lantas berdiri untuk mengambil segelas air putih yang ada di samping tempat tidur, lalu memberikannya pada Rey.

Rey langsung meminum air yang ada di dalam gelas itu sampai habis.

"Rey, nggak papa kok, Mah! Rey cuma mimpi buruk aja tadi," ucap Rey menenangkan Mamanya.

"Iya, Mamah tau, kok," jawab Mama Ririn sambil mengelus lembut pundak anaknya.

Rey pun membaringkan kepala di pangkuan Mama Ririn. Ia selalu merasa tenang, jika dekat dengan Mamanya.

Rey berniat untuk menutup mata dan kembali tidur untuk melupakan segala hal yang mengganggu pikirannya.

"Hey, nggak boleh tidur lagi! Ayo cepat, kamu siap siap untuk berangkat kuliah dan Mamah mau siapin sarapan di bawah," tegur Mama Ririn sebelum meletakkan kembali kepala Rey dan beranjak pergi dari kamarnya.

Mama Ririn berhenti sejenak ketika melihat asisten rumah tangga mereka masuk ke dalam kamar Rey sambil membawa sebuah sapu.

Bi Siam adalah nama dari asisten rumah tangga mereka yang memang telah membantu mengurus Rey sejak anak itu baru lahir.

"Bi, lain kali, sebelum Rey tidur, tolong, cek apakah AC nya mati atau tidak. Lihat, anak saya jadi keringetan pas tidur, gara-gara AC nya mati," tegur Mama Ririn kepada Bi Siam.

Bi Siam menengok ke arah Rey dan melihat keadaannya sebentar, lalu mengangguk paham.

"Tapi, Mah, AC-nya masih nyala," ucap Rey ketika menyadari AC kamar yang masih menyala.

"Lalu, kenapa kamu tidur sampai keringetan gitu?" tanya Mama Ririn kembali heran.

"Mah, 'kan Rey udah bilang kalo tadi Rey mimpi aneh," jelas Rey yang kemudian menghela napas.

Mama Ririn mengangguk, lalu meninggalkan kamar Rey dan memilih untuk melupakan apa yang baru saja terjadi. Toh, itu hanyalah mimpi ....

Bersambung ...

Bad or Good?Where stories live. Discover now