Chapter 12

2 1 0
                                    

Flashback

"Ini di mana?" tanya Najwa ketika melihat tempat yang asing di matanya.

"Seperti yang kamu tahu, Delina, kamu sedang berada di masa depan dan kita sedang berusaha untuk memperbaiki tubuh robotmu," jelas Raksa dengan wajah yang datar.

"Haduh, udah gue bilang kalau gue itu bukan Delina, gue itu Najwa!" jelas Najwa dengan kesal.

"Apa kecelakaan itu telah membuat kamu rusak sampai separah ini?" tanya Kevin dengan khawatir.

Najwa mendelik kesal ketika mendengar ucapan Kevin.

"Astaga, kecelakaan apa, sih?!! Gue itu kemarin sedang ikut camp bareng teman teman gue di pantai. Kenapa kalian masih tidak percaya dan bilang kalo gue baru aja kecelakaan?!" jelas Najwa yang sudah semakin stres.

Raksa menghela napas, lalu memutuskan untuk mengambil memori yang ada di tubuh Delina. Pria itu mengikat rambut Delina dan segera mencari-cari di mana letak tombol yang biasanya ada di leher sebelah kanan robot AI.

Kelakuan Raksa yang ganjil membuat Najwa menatap pria itu dengan emosi.

"LO MAU APAIN GUE, HAH?! KENAPA LO SENTUH-SENTUH LEHER GUE SAMPEK KAYAK GITU, SIH?! SINGKIRIN TANGAN LO, MESUM!!" teriak Najwa sambil meronta-ronta untuk berusaha melepaskan rantai di kedua tangan dan kakinya.

Raksa menghentikan acara 'mencari tombol' dan menatap Najwa dengan bingung.

"Sepertinya, peng-upgrade-an kemarin, benar-benar sudah membuat Delina jadi berubah total. Aku bahkan kesulitan untuk menemukan tombol agar bisa mengambil memori otaknya untuk aku bersihkan. Virus yang menyerang sistem tubuh Delina sepertinya sudah terlalu banyak dan menyebar sampai ke mana-mana," ucap Raksa dengan kalut.

Najwa mengerutkan dahi karena bingung dan semakin heran dengan kelakuan ketiga pria aneh di depannya. Gadis itu melihat ke sekelilingnya dengan horor.

'Apa aku akan dijadikan sebagai bahan dari percobaan para ilmuwan gila?' ucap Delina dalam hati.

*****

Pagi hari telah tiba dan sinar matahari sudah mulai masuk ke dalam celah-celah kamar Rey.

Zulfan bangun lebih dulu dan mengerjapkan mata karena merasa silau dengan sinar yang menerpa penglihatannya.

"Ndo, Rey, bangun ..., ini udah pagi, bangun bro ..."

Ando menghempas tangan Zulfan yang mendarat di pipinya dan menutup wajah dengan menggunakan selimut. Sementara Rey langsung bangun ketika korden dibuka oleh Zulfan.

"Udah pagi, ya?" gumam Rey dengan masih setengah sadar.

Zulfan mengangguk pelan dan beranjak dari kasur, lalu pergi ke kamar mandi.

"Ndo, bangun woy ..., ini dah pagi, bangun ...,"

Ando bergumam tak jelas, ketika Rey sudah menarik selimut yang dipakai olehnya.

"Ndo, bangun bro, Tante Joe sedang memelototi lo, bangun woy ..."

Ando tersentak kaget, lalu mencari-cari di mana sosok ibunya dan membuat Rey terkikik geli.

"REY!!"

Ando bangun dari ranjang dan langsung memiting kepala Rey dengan wajah yang terlihat kesal.

"Ampun, Ndo ..., lepasin gue sekarang juga, lo sih disuruh bangun aja sulit. Lepasin, Ndo,"

Kedua pemuda itu terlihat fokus saat tengah saling mengganggu, bahkan sampai saat Zulfan keluar dari kamar mandi.

"Lekaslah pergi ke kamar mandi, Ndo, Rey. Gue nggak mau bermasalah lagi dengan Bu Celine. Dia nyebelin pake banget," tegur Zulfan sambil melempar handuk yang ia pakai ke arah Rey.

Bad or Good?Where stories live. Discover now