Chapter 30

1 0 0
                                    

"Ra, kenapa lo lakuin ini ke kita? Lo bener-bener udah lupain semua hal tentang kita?"

Ara tertawa kecil, lalu maju dan menarik rambut Naura. "Karena kalian berdua perlu dapet pelajar dari gue. Kalian udah buat berubah dan kalian juga udah buat gue tambah benci pada kalian karena kejadian kemarin. Lo dan Najwa tuh sama aja!!"

Kevin menoleh ke arah Ara dengan tangan yang masih sibuk menahan kekuatan agar ikatannya tak lepas. "Jangan bawa-bawa tunangan gue, dong! Lo udah janji tadi!!" protes Kevin.

"Tapi nyatanya, tunangan lo juga udah ngehina gue kemarin. Awalnya dia biasa aja sebelum kenal Rey, tapi setelah ketemu dia, Najwa berubah total," sanggah Ara tak terima.

Ara kemudian menatap Naura kembali dan memilih untuk melepas tarikan di rambut Naura. Gadis itu berbalik, lalu menghampiri Najwa yang menatapnya tajam.

"Kalo bukan karena Kevin, gue udah tarik rambut lo kaya gue narik rambut Naura. Naj, lo hanya beruntung karena telah menjadi tunangan Kevin," bisik Ara di telinga Najwa.

Najwa berdecih, lalu menatap Ara dengan remeh. "Ya, gue beruntung karena gue tunangan dia. Gue beruntung karena udah ngrebut semua yang lo ingin. Gue juga beruntung karena Ando adalah sepupu gue dan gue beruntung karena udah punya sahabat kayak Naura. ITU YANG INGIN LO DENGER DARI GUE, 'KAN?!!"

Ara yang tak terima saat Najwa berteriak di hadapannya, reflek menampar pipi Najwa dengan sekuat tenaga.

"ARA!! LO UDAH GILA?!!"

Kevin langsung melepaskan ikatan listriknya ketika melihat kelakuan Ara pada Najwa. Robot itu buru-buru menghampiri Najwa yang sudah jatuh terduduk karena Kevin telah melepas ikatannya.

Najwa mendongak untuk menatap Kevin yang panik saat dirinya ditampar.

"Vin, selama gue kenal lo, lo nggak pernah ngelakuin hal gila kayak gini pada gue. Gue nerima lo buat jadi tunangan gue karena lo ngancem buat bunuh orang yang gue sayang, tapi selain itu, ada hal lain yang buat gue mau tunangan sama lo. Inget dengan janji lo yang ingin jaga gue lebih dari Raksa? Gue kecewa dengan sikap lo sekarang, Vin ... ."

Najwa tersenyum remeh sebelum dirinya pingsan. Mata kevin berpendar kuning pucat ketika melihat tunangannya tak sadarkan diri. Dengan terburu-buru, ia kemudian membuat portal untuk pergi ke masa depan.

"EH VIN!! LO MAU KE MANA?!"

"GUE MAU BAWA NAJWA PULANG KE RUMAH. MAKASIH UDAH BANTU GUE, RA!! NANTI GUE KEMBALI KE SINI KALO LO BUTUH BANTUAN GUE!!"

Ara mendelik tak percaya saat mendengar ucapan Kevin. Apa-apaan tadi?

"Ra, gue bisa terima kalo lo apa-apain gue, tapi sekarang lo bahkan udah nyerahin dia ke robot itu. Ra, masalah lo itu awalnya dengan gue. Najwa emang berkata yang bener, walau cara dia buat nyampein hal itu salah di mata lo.

"Kita sahabat udah lama, tapi hanya karena Ando, lo sampe buat hal segila ini? Congrats, Ra, karena akhirnya lo bener-bener udah kembali ke Ara yang dulu."

Naura berdiri dengan susah payah dan membuat Ando tak tahan untuk melihat hal itu.

"Nau, habis ini kita kemasin barang-barang kita. Hari ini juga, kita bakal balik ke Jakarta. Lo gapapa, 'kan?"

Naura mendongak dan mendapati Ando yang sedang berusaha untuk membantunya bangun.

"Ndo, Najwa udah dibawa kabur Kevin. Gue khawatir dengan keadaannya. Dia akan baik-baik aja, 'kan?" tanya Naura lirih.

Ando menatap Naura dengan iba dan memilih untuk memapah Naura menuju ranjang tanpa melihat Ara sedikit pun.

See? Keegoisan sudah menghancurkan banyak hal. Cinta, ikatan persahabatan, dan juga kedamaian, telah lenyap dalam waktu yang sangat cepat.

Mungkinkah semuanya dapat kembali ke semula?

*****

Kevin membawa Najwa ke apartemen miliknya yang bernuasa putih, lalu menyuntikkan serum pemulih tenaga pada Najwa agar kembali pulih. Sudah tiga puluh menit lamanya, Najwa tak kunjung bangun juga.

Kevin terus memandang Najwa dan menggenggam tangannya dengan penuh perhatian.

"Ternyata kamu masih pake cincin pertunangan kita, Naj," gumam Kevin sambil tersenyum kecil.

Beberapa lama kemudian, Najwa tersadar dan membuat Kevin membantu Najwa untuk duduk. Dia mengambilkan segelas air putih untuk Najwa dan langsung di minum habis oleh gadis itu.

"Kenapa kamu bawa aku ke sini?" tanya Najwa.

"Aku ingin obatin kamu, Naj. Aku sudah membuat kesalahan dan aku juga harus memperbaikinya," jawab Kevin.

Najwa tersenyum tipis. "Kamu yakin ingin memperbaiki semuanya?" tanya Najwa memastikan.

"Aku nggak akan mencoba untuk memperbaiki semua ini, Naj. Aku janji!"

Najwa masih mempertahankan senyumnya. "Aku harap kamu bisa menepati janji ini, Vin."

"Maafin aku, Naj," ucap Kevin yang kemudian langsung memeluk Najwa.

"Aku udah maafin kamu, Vin. Hanya saja, kenapa kamu dukung Ara untuk berbuat hal yang jahat? Vin, kamu nggak mungkin ngelakuin sesuatu tanpa sebab. Jadi, apa alasannya?"

Mata Kevin berpendar biru redup. "Waktu itu, setelah pertengkaran kalian di Jogja, dia datang ke sini dan membuat aku penasaran. Aku datang menghampirinya dan saat dia melihatku, awalnya dia tak percaya kalau aku adalah robot yang menjadi tunanganmu, dia minta aku untuk membuktikan kekuatan yang aku punya.

"Kamu tahu sendiri kalau dia adalah seorang gadis yang ambisius dan aku merasa tertantang hingga aku tak bisa menolak permintaan dia untuk menunjukkan kekuatanku sebagai seorang robot."

"Tapi kenapa kamu bisa terikat janji dengan Ara?"

"Ara bawa gelang yang kamu buat diam-diam tanpa sepengetahuanku, Naj. Waktu itu aku diem aja pas kamu buat gelang itu, tapi sejujurnya aku tertarik dengan komponen yang ada di gelang itu. Dia membawa gelang itu dan aku tertarik untuk memiliki gelang itu.

"Kamu tahu? Ada beberapa komponen di gelang itu yang bisa mengembalikan kekuatanku. Aku memaksa Ara untuk memberikan gelang itu dan dia memberikanku syarat agar aku tetap menahan Zildan, eh maksudku Rey untuk tetap berada di sini supaya dia tidak kembali ke zaman kamu. Dia bilang kalau kamu suka dengan Rey, bener itu, Naj?"

Najwa melepas pelukan Kevin. "Kamu punya sensor rasa yang bisa mendeteksi pikiran seseorang, Vin. Iya, aku memang menyukai Rey, tapi rasa itu tidak sama dengan apa yang pernah aku rasakan ketika mendengarmu melamarku di depan Raksa."

Kevin mengelus rambut Najwa dengan mata yang berpendar biru terang.

"Vin, apa boleh jika minta satu hal sama padamu?"

"Boleh, kamu mau apa?"

"Aku mau kamu jauhin Ara setelah ini. Bukankah aku adalah tunanganmu?"

"Najwa, aku sudah janji dengan Ara untuk bantu dia, Naj."

Najwa menggelengkan kepalanya dengan wajah yang datar. "Kamu siap jika aku memutuskan pertunangan ini?" ancam Najwa.

Kevin menggelengkan kepala dengan kaku. "Jangan lakukan itu, Naj dan bisakah kamu memberikanku waktu untuk menyelesaikan permasalahan ini?"

"Oke."

Kevin mengelus lagi rambut Najwa. "Aku akan segera kembali!" ucapnya.

"Vin?"

"Iya, Naj. Kamu butuh sesuatu?"

Najwa mengangguk. "Pintunya nggak usah di kunci, ya. Aku pengen jalan-jalan buat cari angin segar nanti. Nggak mungkin 'kan kalau aku ada di dalam apartemen terus? Kamu tahu persis kalau aku nggak suka dengan aroma apartemenmu yang mirip dengan obat rumah sakit. Boleh, ya?"

Awalnya Kevin ragu untuk memenuhi permintaan Najwa.

"Tapi kalau kamu nggak mau ngabulin permintaanku, itu juga tidak masalah, sih."

Mata Kevin kemudian berpendar kuning redup. "Sesuai permintaan kamu, Naj. Aku tidak akan mengunci pintu apartemen ini." Kevin lalu mencium kening Najwa sebelum dia pergi.

Bersambung....

Bad or Good?Where stories live. Discover now