Chapter 11

2 1 0
                                    

Rey, Zulfan, dan Ando, sedang berada di laboratorium Mama Ririn untuk mencoba sebuah alat yang wanita itu rancang selama tiga tahun.

Mama Ririn ingin agar Rey segera mengambil tindakan untuk pembunuhan yang sudah menewaskan ayahnya dan juga telah membuat Ansabella pergi ke masa lalu ibunya yang ada di dalam dimensi waktu yang lain.

"Luar biasa, ternyata hal seperti ini pun tak hanya ada di dalam film dan drama sci-fic saja," ujar Zulfan sambil melepas alat yang berbentuk seperti helm yang telah Mama Ririn rancang secara khusus.

Mata Rey berkaca-kaca, pemuda itu lantas memeluk Mama Ririn yang tersenyum lembut padanya.

"Mah, maafin Rey yang sempet nggak percaya dengan apa yang sudah Mama katakan padaku. Aku janji, aku akan segera membawa Bella kembali dan juga menghukum pembunuh dari ayah," ucap Rey sambil memeluk erat Mama Ririn.

"Nak, seseorang yang telah berhasil membawa Bella ke masa lalu dan juga telah membunuh ayahmu adalah orang terdekat kita. Tak ada yang mengetahui jadwal ayahmu kecuali orang yang dekat dengannya saja. Karena itu, tugasmu sekarang adalah menyelidiki satu-persatu orang yang dekat dengan ayahmu. Semoga kau berhasil, Nak," pinta Mama Ririn.

Rey melepas pelukannya dan meminta penjelasan dari ibunya.

"Tak ada orang baik yang sepenuhnya baik dan tak ada orang buruk yang sepenuhnya buruk, Rey. Kita sekarang hidup di zaman yang sudah semakin rusak, kadang kita sendiri pun tak bisa mempercayai siapapun bahkan diri kita sendiri. Apa kau pernah mendengar tentang dissociative identity disorder?"

Rey menggelengkan kepala, lalu menoleh ke arah Zulfan.

"Lo tahu apa itu, bro?" tanya Rey.

Zulfan tersenyum kecil, lalu melepas kacamata minus yang ia pakai untuk sementara waktu.

"Lo tahu istilah kepribadian ganda?" ucap Zulfan balik bertanya.

Rey mengangguk ragu, "Setau gue, itu tuh biasa kita sebut dengan 'kepribadian ganda', orang yang punya kelainan itu, sering tak sadar dengan apa yang baru aja mereka lakuin. Dia tuh kayak punya kepribadian lain dalam tubuhnya, yang masing-masing dari kepribadian itu berdiri sendiri. Ya, kayak gitu, sih, dari yang sering gue liat di artikel," jelasnya.

Rey lantas menoleh ke arah ibunya dengan bingung.

"Kenapa Mamah tiba-tiba bahas tentang kepribadian ganda. Apa seseorang yang melakukan semua hal gila ini adalah orang yang punya kelainan itu, Mah?" tanya Rey.

"Maafin, Mamah ya, Rey. Untuk sekarang, Mamah belum bisa jawab pertanyaan kamu. Suatu saat, kau akan tau sendiri tentang kebenaran ini," jawab Mama Ririn.

Rey menghela napas dan mengangguk. Sebenarnya, dia sangat bingung dengan pemikiran Mamanya. Jika, dia tahu siapa pelakunya, kenapa anaknya yang harus mencari tahu sendiri tentang kebenaran dari kasus itu?

"Zulfan, Ando, kalian tidurlah di sini. Hari sudah larut dan hujan pun sedang turun. Kalian bisa tidur di kamar Rey. Tapi ingat, kuncilah pintu kamar kalian karena dulu rumah ini pernah kemasukan pencuri. Kalian paham, 'kan?" pinta Mama Ririn.

Zulfan dan Ando pun mengangguk, lalu segera pergi dari ruang laboratorium. Rey menyusul kedua sahabatnya dengan kepala yang masih sibuk menebak pelaku pembunuhan itu.

*****

Rey, Zulfan, dan Ando, keluar dari laboratorium Mama Ririn. Rey membuka pintu untuk keluar dari ruangan itu dan mendapati Bi Siam yang sedang berdiri tepat di samping pintu.

"Bi ...," ucap Rey yang terlonjak kaget.

Bi Siam pun ikut kaget saat Rey membuka pintu.

"Hay, Bibi, dah lama kita nggak ketemu!" sapa Ando dengan riang.

Bad or Good?Where stories live. Discover now