Bab 33

50 12 0
                                    

HENTAKAN meja terdengar jelas, menggema pada satu ruang kelas itu membuat Nazwa hanya menghela nafasnya, sebab, sedari tadi Zena tak henti-henti menyumpah serapahi lelaki yang sempat mereka temui kemarin lebih tepatnya lelaki yang adu mulut dengan Zena.

"Liat aja kalo ketemu lagi nanti, bakal gue tandain mukanya! Bisa-bisanya dia bilang gue jomblo lama padahal kalo dibandingi sama Bang Bintang kan dia lebih lama dari gue."

Mendengar itu membuat Nazwa mengingat kembali soal Bintang, Nazwa menoleh pada Zena, "Gue udah tau tentang pacarnya Bang Bintang!"

"Serius lo? Siapa? Siapa?"

Saat Nazwa hendak berbicara, Shaka masuk ke dalam kelas bersama dengan Aidan membuat Nazwa mengurungkan niatnya apalagi melihat ekspresi wajah datar dari Shaka.

Jam pelajaran pun dimulai, dan sepanjang waktu berlalu Shaka tak luput dari tatapan Nazwa membuat gadis itu merasa berbeda. Shaka sama sekali tidak menoleh padanya, padahal waktu itu Shaka lah yang memulai komunikasi mata diantara mereka namun sekarang ia lah alasan dibalik berhentinya komunikasi itu.

Nazwa memang tak dapat membohongi perasaannya sendiri namun Nazwa juga tak dapat memilih pilihannya. Mungkin kembali menjadi asing adalah pilihan terbaik untuknya atau mereka berdua.

Setelah masuk jam pelajaran kedua, ternyata mereka mendapatkan jam kosong sehingga hanya diberi tugas oleh guru piket. Nazwa yang sedikit merasa ingin buang air kecil pun segera berdiri hendak ke toilet namun sebelum itu ia harus izin dengan ketua kelas yang posisinya masih dijabat oleh Shaka.

Nazwa menghampiri lelaki yang tengah fokus menulis dimejanya itu, "Shaka.. izin ke toilet."

"Iya."

Nazwa mengangguk pelan, menatap Shaka sebelum ia pergi. Lelaki itu sama sekali tidak menatap ke arahnya, membuat Nazwa hanya bisa membalasnya dengan tersenyum.

Saat baru saja masuk ke dalam ruangan toilet perempuan, Nazwa lagi dan lagi tak sengaja berpapasan dengan Chika, secara refleks Nazwa menampilkan senyuman tetapi respon Chika masih sama justru ia memilih untuk pergi.

"Chik—" Nazwa menghela nafas, kapan Chika akan berhenti membencinya dan kapan mereka kembali berbaikan seperti dulu. Nazwa hanya ingin berteman kembali, hanya itu.

Ia segera memasuki salah satu toilet, bahkan rasa ingin buang air kecil pun sudah sirna akibat rasa sakit yang Nazwa pendam. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, Nazwa tersenyum getir berusaha untuk tidak menangis. Tidak disekolah.

Nazwa bukanlah gadis kuat yang seperti orang ketahui, dia memang memang gadis yang dikenal pendiam oleh orang-orang yang hanya mengenal namanya, diamnya Nazwa bukan berarti ia kuat. Nazwa juga seorang manusia yang memiliki perasaan layaknya langit yang terkadang mendung dan terkadang cerah.

Tetapi mengapa saat ini dua masalah menghampirinya secara bersamaan, dua pilihan menyakitkan memeluknya dengan sangat erat.

Nazwa mengambil nafas dalam-dalam, ia tidak boleh terlalu larut hingga menangis disini, karena tidak boleh ada yang tahu apa yang tengah ia rasakan. Cukup dia, hatinya dan tuhan yang tahu.

Setelah sedikit mencuci muka, Nazwa segera kembali ke dalam kelas tak lupa melirik sekilas Shaka yang masih berada pada posisi yang sama, Nazwa pun duduk kembali ke bangku miliknya.

"Naz, lo udah belum yang ini? Susah banget sih, heran sama yang buat soal ada dendam apa coba sama kita? Mending duel aja sekalian!" cerocos Zena sembari memperlihatkan bukunya pada Nazwa.

Nazwa memberikan bukunya pada Zena, "Gue udah, Zen.. kalo mau nyontek bedain dikit ya kata-katanya."

Zena tersenyum melihat tugas Nazwa yang sudah sempurna, "Tenang, paling jago kalo soal nyontek!" Tak salah ia memilih teman sepintar Nazwa walaupun dalam hal matematika mereka berdua tetap akan memilih menyelam ke lautan dalam dibandingkan mengerjakannya.

In Your Heart [ Completed ]Where stories live. Discover now