Bab 9

139 18 0
                                    


KATA orang, cinta itu seperti hembusan angin, tak terlihat bentuknya namun terasa sentuhannya. Tetapi, angin juga dapat membuat seseorang sakit jika terlalu banyak menyelimuti terutama angin malam yang begitu tajam.

Lantas, apakah obat untuk mencegah angin semakin menyakiti seseorang itu?

"Nazwa!"

"Ehh.."

Bintang segera masuk ke dalam kamar gadis itu dan dengan sigap menolong Nazwa yang terjatuh keluar jendela.

"Astaga Naz! Kok lo bisa jatuh? Lo nggak papa kan?" tanya Bintang.

"Lo sih! Ngagetin gue aja, orang lagi enak-enak melamun."

"Ya maaf, lagian lo cewek, nggak baik duduk di jenda apalagi sambil melamun.. pamali!" kata Bintang.

"Dih, tau dari mana lo?"

"Tuh kan.. dibilangin orang tua bukannya nurut malah nggak percaya!"

Nazwa menghela nafas, "Iya, iya! Gue percaya sama lo."

"Ngomong-ngomong, lo kenapa manggilin gue tadi?"

"Oh iya, gue disuruh Mama ke warung Bu Ratna."

Nazwa mengangkat satu alisnya, "Terus? Hubungannya sama lo manggil gue apa?"

"Ya, lo temenin gue lah!"

"Masyaallah, Bintang Danendra—" Bintang menutup mulut adiknya itu yang hendak mengata-ngatai dirinya.

"Lo lupa ya? Lo udah janji ke gue buat nurutin semua permintaan gue."

Nazwa menautkan kedua alisnya, "Kapan? Nggak ada gue janji gitu.."

"Wah parah sih lo, yaudah gue bocorin aja ke Varel soal—"

"Bilang aja, gue juga udah nggak perduli!"

Bintang diam, menyadari ada sesuatu yang telah terjadi, tanpa basa-basi pun ia langsung menarik Nazwa keluar dari kamar. Ia mengambil jaketnya dan juga jaket Nazwa yang langsung ia lempar pada orangnya.

"Lo apa-apaan sih Bang?!"

"Pokoknya lo temenin gue! Gue males kesana sendirian bukan karena takut tapi gue males ketemu sama Bu Ratna sendirian pasti ditanya-tanya apalagi kalo ketemu sama anaknya, apa nggak double kill tuh gue." ujar Bintang seraya menaiki motornya.

"Ohhh.. jadi karena takut dijodoh-jodohin Bu Ratna sama anaknya.." Nazwa terkekeh lalu naik ke motor Bintang.

"Udah diem, doain aja anaknya nggak ada."

Bintang segera melajukan motornya pergi dari sana menuju ke warung yang berada tak jauh dari rumahnya, namun biar lebih cepat ia memutuskan untuk menggunakan motornya.

Ketika sampai, Nazwa dan Bintang segera memasuki warung tersebut, namun, baru saja melangkah harapan Bintang seketika pupus disaat melihat keberadaan anaknya Bu Ratna atau yang sering mereka sebut dengan Ratu alias Perawan tua.

Sebenarnya itu hanya sebutan iseng yang dibuat oleh Nazwa dan Bintang. Pasalnya anaknya Bu Ratna tersebut sudah berumur matang, beberapa tahun lebih tua dari Bintang maupun Nazwa, namun sampai sekarang belum menikah.

"Eh ada Nazwa sama Bintang.. mau beli apa?"

Nazwa tersenyum, "Iya Bu, disuruh Mama ngambil jahitan sama Bu Ratna.."

"Ohhh iya, iya.. Nak ambilin jahitan Bu Helen sana, kasih sama Nazwa dan Bintang ya." Wanita yang rambutnya dikepang itu pun mengangguk lalu segera mengambilkan jahitan yang disuruh oleh Bu Ratna.

Bu Ratna menghampiri Nazwa dan Bintang lalu duduk disebelah kedua remaja tersebut.
"Ngomong-ngomong, Mama kalian kemana? Udah lama banget loh Ibu nggak lihat, biasanya dia mampir kesini walaupun nggak sering." ujar Bu Ratna.

In Your Heart [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang