Bab 7

153 18 1
                                    

SEORANG gadis berambut panjang dengan pita biru di rambutnya, berlari kencang di koridor sekolah. Mengejar seorang gadis berkuncir kuda yang sudah lebih dulu berjalan di depannya.

"NAZWA!!!!"

Namun, seperti disengaja, Nazwa hanya acuh dan masuk ke kelas dengan santai. Tidak memperdulikan Zena yang terbirit-birit mengejarnya.

"Naz!" Zena menahan tangan Nazwa ketika mereka sudah berada di dalam kelas yang sepi.

"Naz, lo marah ya sama gue?"

Nazwa mengangkat kedua bahunya acuh, "Nggak tau."

"Ahhhh, Nazwa! Gue minta maaf buat kejadian kemarin, sumpah! Gue nggak sengaja teriak! Kalo gue tau bakalan kayak gini gue lebih baik ngomong dalam hati deh.. pliss, maafin gue.."

Dengan masih menetapkan wajah datarnya, Nazwa kembali mengedikkan bahunya. "Terserah.."

"Nazwa... Hiks, jangan marah dong, gue nggak tau gimana hari-hari gue jalanin tanpa lo Nazwa.. nggak ada yang bisa gue ajak gibah, nggak ada tempat nyontek gratis...."

Dan disitulah, Nazwa tidak bisa lagi menahan dirinya, ia tertawa lepas melihat Zena yang memohon-mohon padanya, kali ini Nazwa tidak melihat unsur akting yang ada di diri Zena, gadis itu benar-benar minta maaf dari lubuk hatinya yang terdalam.

Zena mendekat pada Nazwa yang masih tertawa, "Naz? Lo nggak papa? Jangan bilang lo kesurupan hantu sekolah ini?"

Tawa Nazwa semakin memuncak hingga ia terduduk lemas, karena perutnya yang sakit akibat tertawa.

Anna dan Chika yang baru saja datang, menatap bingung kedua orang yang sedang berbeda argumen itu.

Zena menjauhkan Anna dan Chika dari Nazwa yang tak henti-henti tertawa. "Minggir woi, kayaknya Nazwa lagi kena anginnya hantu sekolah deh.."

"Sembarangan lo! Gue ketawa karena lo kali!" ujar Nazwa.

"Kok gue? Ohhhhh, lo ngerjain gue ya? Lo pura-pura marah, biar gue mohon-mohon sama lo? Wah, lo bener-bener deh!"

Nazwa mengambil tangan Zena untuk membantunya berdiri, "Udah ah, ketawa bisa bikin capek juga ya?"

"Ketawanya nggak berkah itu!" kata Zena.

Tak lama setelah itu, Shaka dan Aidan yang baru datang, masuk ke dalam kelas. Berbeda dengan Aidan yang langsung duduk di bangkunya, Shaka justru menghampiri meja Nazwa dan memberikan formulir tersebut tanpa basa-basi.

"Makasih.." ucap Nazwa pelan karena Shaka pergi sebelum ia mengucapkan terima kasih.

Di sepanjang pelajaran, Nazwa beberapa kali mencuri pandangan ke arah Shaka, sebenarnya bukan mencuri pandangan lebih tepatnya memiliki kesempatan untuk menatap ke arah Shaka.

Shaka adalah tipe lelaki yang pendiam atau yang sering disebut dengan cool boy? Orang seperti Shaka, lebih banyak melakukan dari pada berbicara, mereka mengandalkan pemikiran dibandingkan mulut.

Mungkin karena itu juga, ia terpilih menjadi ketua kelas.

Sepengetahuan Nazwa, Shaka berasal dari kelas yang sama dengan Chika dan Anna termasuk Aidan, karena itu tidak diherankan lagi kepintaran dari mereka berempat.

"Nazwa.. Naz!" sahutan kecil dari Chika menyadarkan Nazwa yang terlalu larut menatap Shaka hingga ia mengeluarkan argumen-argumen miliknya.

"Eh.. sorry, kenapa Chik?"

"Minjem penghapus.."

Nazwa segera memberikan penghapus pada Chika, namun sebelum itu entah perasaan saja, Nazwa menangkap tatapan tak biasa dari Chika. Namun, Nazwa berpikir positif, jika ia hanya salah mengartikan.

In Your Heart [ Completed ]Where stories live. Discover now