Bab 18

81 13 0
                                    

MALAM itu, tidak ada yang begitu istimewa seperti malam kemarin. Namun, entah mengapa rasanya bintang kemarin lebih berkilau dari pada bintang malam hari ini, entah karena ingin hadirnya hujan? Atau hanya sekedar kebetulan?

Nazwa kini tengah menatap bintang-bintang tersebut di tempat biasa ia singgah di kamarnya, malam ini Zena menginap di rumahnya dikarenakan orang tuanya yang sedang ada pekerjaan darurat. Biasanya malam ini mereka habiskan untuk menyelesaikan sesuatu tetapi justru tidak kedengaran seseru itu.

Zena yang sedari tadi bingung dengan sikap Nazwa yang begitu diam akhirnya beranjak dari tempat tidur dan ikut singgah di pinggir jendela bersama sahabatnya itu.

"Nggak mau curhat sesuatu?" Zena menatap Nazwa namun gadis itu hanya tersenyum dengan tatapan yang masih terjebak pada bintang di langit.

"Zen.." Zena membalasnya dengan berdeham singkat.

"Lo tau nggak sih? Katanya, bintang yang sering kita lihat pada malam itu adalah bintang masa lalu,"

"Jadi, setiap kita lihat ke langit malam terus ada bintang berarti kita lagi lihat masa lalu dong?" Nazwa mengangguk membenarkan perkataan Zena, ia kembali pada bintang lalu berkata, "Kalo dia dari masa lalu apa gue boleh minta tolong dia buat ngerubah dikit masa lalu?"

Zena menoleh, "Naz.. tumben lo gini? Bukannya lo bilang kalo masa lalu itu kenangan yang nggak perlu di usik lagi? Tapi kenapa malam ini lo malah berkata sebaliknya? Tell me what happened?"

Nazwa tertawa parau, "Sebenernya masalah kecil sih Zen dan nggak berpengaruh besar buat gue, lo tau nggak selama ini Chika selalu marah ke gue karena apa? Karena dia suka sama ketua kelas."

"Apa?!" Zena melotot lalu mengubah posisinya menjadi berhadapan dengan Nazwa, "Lo serius? Jadi dia marah ke lo itu karena dia cemburu liat lo deket sama Shaka? Sumpah gue baru tau!"

Nazwa mengangguk, "Iya gue juga baru tau dan nggak bakal tau kalo Chika nggak bilang sama gue, " Zena mengusap pundak Nazwa membuat Nazwa menatapnya heran.

"Kenapa lo Zen? Gue nggak papa kali!"

Zena memicingkan matanya menatap Nazwa dengan penuh ketelitian, "Emang lo nggak ngerasa nyaman sama dia?"

"Dia?"

"Iya, Shaka."

Nazwa tahu apa yang ingin ia ubah pada masa lalu, hanya sedikit, bisakah ia mengenal lelaki itu sebelum Chika jatuh cinta padanya? Nazwa rasa tidak, takdir memang selalu membingungkan.

***

Di setiap pelajaran, Nazwa hanya menatap Shaka sekilas sesekali melihat ke arah Chika yang tengah menulis. Entah apa yang terjadi dengan Nazwa, ia memiliki perasaan yang tidak enak.

Tetapi Nazwa berusaha untuk fokus dan tidak mencapur hal lain yang tidak penting dalam pelajaran. Sedangkan Zena tahu bahwa Nazwa sedang menggelisahkan Shaka, terlihat dari mata Nazwa yang memancarkan binar seakan tengah terkekang oleh sesuatu.

Zena juga tahu, perasaan Nazwa pada Shaka yang mulai tumbuh dan rasanya pada Varel yang mulai memudar namun mengetahui fakta jika temannya sendiri menyukai Shaka adalah hal yang tidak pernah Nazwa duga sebelumnya.

Zena berdeham, ia menyengol Nazwa yang membuat gadis itu lalu menoleh. Zena mengarahkan matanya ke arah guru yang sedang sibuk memainkan handphonenya, mengerti apa yang dimaksud oleh Zena, Nazwa pun mengangguk.

"Bu!" Nazwa mengangkat tangannya, yang membuat guru tersebut mendongak, "Iya Nazwa?"

"Izin ke toilet.."

Zena mengangkat tangannya, "Saya juga Bu.. kebelet!"

Karena sedang asik memainkan shoope di handphonenya, guru tersebut mengangguk, "Iya silahkan!" Membuat Nazwa dan Zena segera keluar dari kelas yang suntuk itu.

In Your Heart [ Completed ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora