Kini wanita itu berjalan mendekat, memutar lalu mendekap dari arah belakang lelakinya.

"Mass Daniel.." bisiknya mendayu begitu manja, tak lupa menghadiahkan jilatan pada belakang telinga lelakinya. Titik sensitif yang mampu membangkitkan birahi.

Dan tebakannya pun benar, perlakuan yang tiba-tiba itu sukses membuat Daniel tersentak kaget. Namun tak urung hal ini mampu membuat Daniel mengalihkan pandangan dari jendela dan menoleh tepat ke belakang. Membuat kedua hidung mancung itu bertubrukan.

Tak menyia kesempatan, Karmila mencoba meraih bibir merah muda itu dengan bibirnya namun gerakannya kalah gesit dengan Daniel yang langsung menghindar.

"JAGA BATASANMU SEKAR MILA!"

Meski mendapat bentakan bukan balasan seperti yang diinginkan, Karmila tetap bersyukur bisa mengikis jaraknya dengan Daniel meski hanya sekian detik. Demi Tuhan Daniel jauh terlihat berkali-kali lipat lebih tampan dalam jarak dekat begini.

Kini Karmila terkekeh, mendapati Daniel kembali dalam mode tatapan begitu tajam bak laser sebelum memutar kembali kepalanya ke arah depan. Tapi Karmila tak mau ambil pusing, toh Daniel juga biasanya begitu.

"Setidaknya puncuk hidung kami sempat bergesekan, sebuah permulaan yang bagus,"

Seperti tak kapok kini Karmila kembali mendekat mengecupi cuping telinga Daniel, tak lupa mengelus pelan dada berkaos hitam itu. Memberi pijatan ringan, meski Daniel sedikit melakukan pemberontakan kecil tapi tak apa mungkin itu bagian dari physical touch. Jangan heran, bukankah Daniel lelaki yang dingin? Pasti dirinya menyukai mode keras bukan?

Bugh,

Satu sikutan yang Daniel layangkan membuat Karmila menghentikan aktifitasnya, lalu berjalan memutar ke arah depan menarik kursi dan mendudukan diri tepat di hadapan Daniel, lelaki dingin tak tersentuh itu kini terlihat dengan wajah memerah dan mata mengkilat yang membuat Karmila yakin jika Daniel tengah bergelora penuh nafsu.

Bisa Karmila tebak jika Daniel pasti enggan mengambil peran terlebih dahulu maka Daniel sengaja memberi sikutan sebagai bentuk kode. Dan sebagai istri yang baik maka dengan senang hati Karmila akan memulai permainan mereka.

"Aku akan membuat kamu menginginkan sesuatu yang lebih, Mas."

Kini kedua paha yang awalnya rapat itu perlahan terbuka, disusul jemari lentik yang bermain di area pusat inti. Membelai begitu manja bahkan tak segan memasukan kedua jemarinya berlahan. Bibirnya mendesis, tubuhnya bergerak seirama dengan jemarinya yang bergerak di bawah sana dengan tempo semakin cepat.

"Maaaassss," desahnya disusul tubuh menggelinjang begitu hebat.

Nafas Karmila memburu, keringat mengucur pada keningnya. Matanya mulai mengabur, menatap ke arah Daniel penuh permononan. Hingga tepat saat Karmila berhasil mengatur ritme nafas, Daniel mulai beranjak membuat hati Karmila bersorak. Tidak sia-sia dirinya  bertingkah seperti jalang.

Karmila tersentak saat tangan kekar itu terlurur, serahkan beberapa helai tissu. "Bersihkan dan segera berpakaian." titahnya.

Senyum Karmila kini luntur, hatinya berasa temuk redam. Mengapa Daniel tak tertarik dengan permainan yang Karmila tunjukkan? Padahal Karmila awalnya pikir, Daniel akan mengakhiri apa yang telah dimulainya. Nyatanya Daniel tetap sama, tak tertarik meski Karmila sudah bertingkah seperti jalang kehausan.

Beribu tanya hadir dalam benak Karmila, mengapa? Bagaimana bisa Daniel mengabaikannya. Padahal tubuh Karmila masih terlihat begitu kencang, mulus dan menggoda meski telah termakan usia. Tapi mengapa Daniel tak tertarik mencoba meski sedikit saja?

Puuukkk

Sebuah selimut terlempar tepat menutupi tubuh Karmila, jelas pelakunya adalah Daniel. Sepertinya lelaki itu jegah melihat ucapannya tak ditanggapi oleh sang istri pertama.

"Mas?"

"Kapan kamu pulang?"

Netra Karmila berkaca-kaca. "Pulang?" kekehnya.

"Kamu menanyakan tentang kepulanganku atau kepergianku, Mas? Jika kamu bertanya kapan aku pulang jawabannya aku sudah pulang karena rumah bagi seorang istri adalah suaminya."

Tangan Daniel terkepal, menatap Karmila begitu tajam. "Mil," desisnya.

"Ah, terimakasih sudah mengingatkan. Aku hampir lupa jika yang aku anggap rumah tidak menganggapku sebagai anggota di dalamnya."

Hening, tak ada sahutan apapun. Memangnya mau apa lagi? Berharap Daniel menyanggah, mustahil! Daniel mana perduli dengan Karmila.

Karmila mengehempas kasar selimut yang menutupi tubuhnya, berdiri dan menatap Daniel dengan sayu. Harga diri Karmila serasa hilang begitu saja, mengapa malah pengusiran yang Karmila dapatkan setelah dirinya merendahkan diri habis-habisan?

"Kenapa kamu tidak mengakhiri apa yang aku mulai, Mas?"

Daniel mendesah lirih, "Maaf, tapi saya tidak bisa Mil."

Hanya beberapa kata, namun sukses membuat hati Karmila yang tadinya hancur kini semakin melebur.

"Apa yang membuat kamu tidak bisa, Mas? Apa yang membuat kamu tidak bisa denganku tapi kamu bisa dengan Rana!"

"Jangan menyamakan diri kamu dengan Rana, kalian jelas tidak sebanding!"

Mata Karmila memejam sesaat, saat merasakan godam begitu berat kembali menghujam tepat pada ulu hatinya.

"Jadi kapan kamu pergi?"

"Aku akan tetap berada di rumah ini, Mas! Aku tidak akan pergi, jika bukan dengan kamu."

"Baik, kalau itu mau kamu." jawab Daniel sebelum beranjak membuat Karmila bersorak.

"Jadi kamu mau aku tetap di sini atau kamu ikut aku pulang, Mas?"

"Tidak keduanya, karena setelah saya pikir-pikir lebih baik saya saja yang pergi. Berlibur bersama Rana dan Onad pasti menyenangkan."

~Sejumput Dendam Rana~

Bagaimana untuk part ini?

Next gak nih?

Salam sayang,
Author

Sejumput Dendam RanaWhere stories live. Discover now