[Hello Max]
“Al, Lo beneran gak cemburu lihat Dylan sama Maudy keluar dari toilet dengan tampilan kayak orang habis buat zina?” tanya Grace dengan kepo.
“Gak lah! Ngapain gue cemburu, gue kan udah gak ada rasa lagi sama Dylan.”
“Serius? Secepat itu Lo ngelupain Dylan?”
“Hmm. Tuhan kan maha membolak-balikkan hati manusia. Ya dulu memang gue cinta mati sama Dylan, tapi sekarang buat natap wajahnya aja gue gak sudi.”
Grace berdecak kagum. “Gila ya! Lo move on gampang banget, segampang membalikkan telapak tangan.”
“Alah gak juga. Gue udah dapat hidayah dari Tuhan kalau cowok kayak Dylan itu gak baik.”
“Gue udah ingetin Lo berkali-kali, tapi malah gak digubris,” cibir Grace yang nada bicaranya berubah kesal.
Althaia terkekeh. “Maaf sayangku! Waktu itu gue khilaf. Sekarang gak lagi deh, gue bakal selalu dengerin nasihat lo.”
Grace tersenyum lebar. Ia langsung memeluk tubuh Althaia dari samping.
“Bersyukur banget gue punya sahabat kayak Lo, Al.”
Andai Lo tahu kebenarannya, Grace. Batin Althaia dengan senyum sendunya. Ia membalas pelukan Grace tak kalah erat. Ia dapat melihat ketulusan pada diri Grace saat menjadikan Althaia sebagai sahabat.
[Hello Max]
Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Murid-murid IHS bersorak heboh karena waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga.
Setelah guru mata pelajaran terakhir mengakhiri kelas dan keluar dari ruangan, murid-murid langsung berbondong-bondong keluar dari kelas juga.
Tak terkecuali Althaia dan Grace yang kini berjalan beriringan menuju parkiran sekolah.
“Lo pulang bareng kak Athena, kan?” tanya Grace.
“Iyalah. Mau pulang sama siapa lagi.”
“Udah keluar belum dia?”
Althaia melihat handphone di tangannya yang menampakkan room chat dengan Athena.
“Kak Athena udah otw ke sini.”
“Ya udah gue tungguin.”
“Eh? Lo pulang duluan aja, ngapain nunggu gue.”
“Takut Lo di apa-apain sama orang jahat.”
Althaia memutar bola matanya malas. “Ini masih di area sekolah, mana ada orang jahat. Udahlah pulang duluan sana, nanti dicariin bokap sama nyokap lo.”
Grace mengangguk. Akhirnya ia pulang terlebih dahulu, meninggalkan Althaia yang menunggu Grace di samping mobil.
Althaia merasakan tangannya ditarik seseorang. Ia mendongak dan memicingkan matanya karena mendapati keberadaan Dylan yang tak diduga.
“Ngapain sih Lo! Lepasin gak!” ucap Althaia setengah berteriak.
Dylan tak menggubris perkataan Althaia. Ia justru memojokkan tubuh Althaia hingga membentur mobil yang terparkir.
“Lo lagi drama?” sarkas Dylan.
“Drama apa lagi yang Lo maksud?”
“Sengaja menjauh supaya gue merasa kehilangan, gitu kan?”
Althaia mengangkat sebelah alisnya. Ia mengeluarkan smirk yang terlihat menyeramkan.
“Tolol banget pemikiran Lo itu. Harusnya Lo bersyukur gue udah gak ngejar-ngejar Lo lagi dan Lo bisa bebas main sepuasnya sama Maudy. Atau jangan-jangan Lo emang merasa kehilangan saat gue menjauh?”
Dylan mengepalkan kedua tangannya di sisi badan. “Kehilangan? Jangan mimpi Lo. Iya, gue malah bersyukur banget Lo bisa menjauh dari kehidupan gue, gak ganggu, dan gak nempel gue kemana-mana kayak lintah.”
Setelah mengucapkan kalimat barusan, Dylan pergi meninggalkan Althaia dengan perasaan kesal.
Berbeda dengan Althaia yang justru tersenyum penuh kemenangan melihat Dylan yang kalah telak dengannya.
Terima kasih Althaia.
Tubuh Althaia memegang sempurna mendengar bisikan itu. Pandangannya mengedar dan tak menemukan seseorang pun berada di dekatnya. Dan entah mengapa bulu kuduknya tiba-tiba berdiri.
Althaia yang takut dengan hal-hal yang berbau mistis pun langsung menghubungi kakaknya agar segera datang. Dan setelah Athena datang, Althaia bergegas masuk ke dalam mobil. Menenangkan jantungnya yang berdetak di atas normal karena ketakutan. Dalam hati menebak-nebak suara siapa tadi yang berkata padanya.
“Lo kenapa? Muka Lo pucat,” ucap Athena seraya menyetir.
Althaia menyandarkan tubuhnya. “Gue lihat hantu,” jawabnya asal.
“Hah? Ngaco Lo, siang-siang begini mana ada hantu.”
“Kalau gak percaya ya udah.”
*•.¸♡ To Be Continue♡¸.•*'
YOU ARE READING
Hello Max
Teen FictionPercayakah kamu akan transmigrasi? Awalnya, Althaia tak percaya akan transmigrasi yang terjadi pada novel-novel yang pernah ia baca. Namun, ia dipaksa percaya saat mengalami sendiri perpindahan jiwa tersebut. Entah bagaimana bisa, yang jelas saat me...
03. •Bertemu•
Start from the beginning
