#2 : 28 [Bunga strong!]

2.9K 218 32
                                    

Hari itu saat lagit masih menunjukkan sisi gelapnya, seorang gadis terbangun, mengambil ponsel saat benda pipih itu bergetar dan berbunyi nyaring.

Menempelkan sang benda pada telinga, dengan wajah kantuk dan nyawa yang tak terkumpul sempurna ia menjawab pelan panggila suara itu.

"Bunga.. cepet kerumah sakit Jaga Arusti."

"Hah? Kenapa?" Sebuah tangis terdengar dari sana, "Cepet Bunga.. orang tua Arland kritis."

Bunga membuka matanya sempurna, melotot lebar, "Mamah jangan bicara ngada-ngada deh mah, tengah malem tau!"

"Cepet Bunga!"

"Mah sumpah jangan bercanda!"

"KeRS Jaga Arusti sekarang, mamah tunjukin kalo mamah bercanda atau gak." Kepalang panik Bunga bangkit mengambil hoodie dan berganti celana, ia mengelap mukanya dengan air, menyambar kunci mobil dengan cepat.

"Aku otw-"

"Jangan bawa Arland." Bunga diam ditempat pas ia  berdiri didepan pintu kamar Arland yang tertutup. Memandangnya untuk beberapa menit, lantas Ia mematikan sambungan telfonnya, lalu memilih berjalan keluar apartemen tanpa sepatah katapun.

Bunga bernafas tenang, menopang wajahnya pada lengan, memandangi wajah yang terpejam tenang diatas bankar rumah sakit dengan banyaknya alat medis yang menempel disana.

"Cepet sembuh Tan.. Tante Aya pasti kangenkan sama Arland? Arland kangen banget tau sama tante." Bunga tersenyum getir, memandang wajah tante Aya yang pucat dengan sebuah alat bantu pernafasan menempel disana.

"Cepet bangun Tan.. cepet bangun.." mata Bunga berkaca-kaca, hampir seminggu ia tak kembali. Meninggalkan Arland sendirian disana.

"Maaf aku gak bisa jaga Arland dan didik dia dengan bener.. maafin aku tan.." bibir Bunga bergetar, begitu lelah tubuh dan fikirannya menanggung tanggung jawab ini.

Bunga mengulum bibirnya mencoba tak menangis lagi, ia tak tahu bagaimana bisa kedua orang tua Arland masuk kerumah sakit, mamah dan papahnya enggan memberitahu hal itu.

Mengejap-ejap pelan, Bunga menguap ia mulai menutup matanya namun sesekali kembali terbuka membuat rasa kantung malah semakin menyerang hingga pada akhirnya Bunga tertidur.

Saat Bunga tertidur, sebuah mata mengejap, menatap keatas lalu perlahan turun melihat seorang gadis cantik yang kini pulas tertidur, kantung mata hitam dan mata yang membengkak ketara jelas disana.

Senyuman tipis tebentuk, mengangkat tangannya lalu mengelus pelan rambut sang gadis.

Sebulir air keluar dari bola mata itu sebelum kelopak mata Aya kembali tertutup.

Pagi hari tiba, tak ada kata indah sama sekali dipagi ini, suara-suara alat medis terdengar, suara-suara orang begitu panik membuat sebuah lorong dan ruangan terasa mencekam, dan tangis menggelegar hingga siapapun yang mendengar akan tersayat dan merasa kasihan.

Isakan pilu begitu jelas terdengar ditelinga banyak orang. Bunga. Cewek itu menangis kencang, tubuhnya dipeluk erat oleh sang ayah.

"Tante Aya gak meninggal pah, enggak! Tante Aya masih  ada.. Om Tono masih ada pah..." Bunga merancau, meraung keras minta agar depakan itu terlepas.

"Tenang sayang, tenang.. kamu gak boleh begini."

"Pah..." Nada Bunga berubah lemah dan menyanyat, gadis itu menggeleng, "mereka gak boleh pergi... gimana Arland pah.. gimana.. kasian dia.."

Mamah Bunga mengelus kepala gadis itu, menenangkannya, "kamu gak boleh gini sayang, kasian tante Aya."

"Kalo tante Aya kasian kenapa tante Aya pergi?!" Pekik Bunga.

My Childish Baby Big ✔Where stories live. Discover now