24

2.7K 304 0
                                    

"Makasih"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Makasih"

Orion tersenyum mendengar gumaman itu, tangannya naik mengusap lembut rambut Ryana, merasa Ryana tidak marah Orion mengacak rambut coklat Ryana pelan.

"Ck" Decakan kesal itu membuat Orion makin senang.

"Kheem" Theo cemburu melihat interaksi putranya.
"Ryana"
"Hmm" Theo yang melihat suasana hati Ryana sedang baik memutuskan membicarakan laporan Thomas tadi siang.
"Kenapa kau menjual gaun gaunmu?" Theo bertanya hati hati, takut menyinggung.
"Hanya bosan dengan modelnya"
"Hmm lalu kenapa meminta anggaran untuk 1 bulan?" Tanya Theo lagi.
Riri terdiam. Mencoba mencari alasan.

''Ada yang kau inginkan? katakan saja"
Riri menatap Theo ragu tapi tidak ada salahnya juga, bisa jadi Theo bisa mempermudah pembelian tambang itu.
"aku ingin membeli bekas tambang milik Baron Auriga"
Theo terdiam mendengar permintaan Ryana.

"itu tambang terbengkalai tidak ada apapun disana"
"tidak... aku tetap menginginkannya" ujar Riri keras kepala.
"sebenarnya apa tujuanmu, tiba tiba ingin membeli sebuah tambang?"
"aku ingin berbisnis"
pernyataan itu membuat Theo gusar.
"Untuk apa, apa kau kekurangan uang? aku akan menambah anggaranmu" Tawar Theo.
"Tidak, aku akan mencoba berbisnis aku akan menghasilkan uangku sendiri" Riri menatap Theo dan Orion teguh.
"Kau tidak mencoba pergi dari kami kan?" Tanya Orion resah.
"Orion! Tidak ada yang akan kemanapun!" Tegas Theo.

Benar, itu rencananya, mencari uang lalu pergi, tapi...

 
"Aku tidak akan kemanapun, aku hanya ingin berbisnis, aku bosan dengan kegiatanku"
Theo mengangguk mencoba percaya.
"Tapi tambang Auriga, tidak ada apapun disana"
Riri menatap Theo lagi.
"Aku hanya menginginkannya, aku akan membelinya sendiri, aku tidak butuh persetujuan siapapun!"
Theo menelan ludah mendengar itu.
"Baiklah aku akan membantumu membelinya" Ucap Theo menghela nafas.

Riri diam diam mengulum senyum, YES.
.
.
.
Riri kembali ke kamarnya dengan mood bagus, Marry sudah berdiri di depan pintu menunggunya.
"Nona ada surat untuk anda"
"Benarkah?"
1 bulan di Vintana baru kali ini Riri menerima surat.
Riri menerima amplop merah yang di segel dengan lilin emas.
"Dari mana ini?"
"Dari istana Nona"
"What! Istana" Riri menatap Marry bertanya, untuk apa istana mengirim surat, apa Kaizer.

"Putri Ivana Demetria?" Untuk apa sang Putri mengirim surat padanya, mereka tidak sedekat itu untuk duduk bersama mengobrol sambil minum teh.
"Ini undangan minum teh dari Putri Ivana Marry"
Marry tersenyum mendengarnya.
"Itu bagus Putri akhirnya ajakan minum teh pertama dari istana" Marry menanggapinya dengan bahagia, sedang Riri terlalu malas untuk keluar rumah huuft.

Sementara masalah tambang akan di urus oleh Theodore, jadi sekarang Riri harus memilih gaun untuk di pakai besok. Berhubung Riri sudah menyingkirkan gaun bertabur berliannya dan separuh lemarinya Kosong, Riri beralih ke satu lemari yang jarang sekali di buka.
"Ini koleksi mendiang ibu anda" Ucap Marry sembari membuka lemari itu, bermacam gaun indah memenuhi matanya, mereka sangat cantik dan indah, tidak ada taburan berlian dan permata tapi Riri langsung di buat jatuh cinta.

"Indah nyaa... "
"Aku pilih yang ini"
Marry tersenyum mengangguk.

Indah sekali, Walau terlalu mengembang namun desainnya jauh lebih baik dari gaun gaunnya dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Indah sekali, Walau terlalu mengembang namun desainnya jauh lebih baik dari gaun gaunnya dulu.
Mungkin nanti Riri harus request gaunnya sendiri agar nyaman tanpa mengenakan korset yang ketatnya mengalahkan protokol kesehatan.

"Baiklah lalu sekarang ayo mandi"
Riri berjalan riang ke ruang pemandian, harinya berjalan baik hari ini.
.
.
.
Vote and Coment

Dua Dunia RiriWhere stories live. Discover now