Dua Dunia Riri

39

"Maksud Pangeran bagaimana?"
"Pertunangan kita bukan sesuatu yang bisa di hindari, kita akan tetap bertunangan, aku meminta kerjasama mu untuk ini, aku jamin ikatan ini tidak akan menuju ke pernikahan, aku hanya bisa melakukan ini denganmu, jika itu gadis lain aku akan kesulitan menghadapinya"

Riri berpikir keras, apa yang di katakan Pangeran ada benarnya, lebih baik bersandiwara dari pada dekrit Raja di turunkan, Riri tidak akan bisa lepas dari dekrit Raja.

Berbeda jika mereka bertunangan atas kemauan mereka sendiri itu bisa di batalkan suatu saat nanti.

"Baiklah aku setuju"
"Itu bagus, 1 Minggu lagi pertunangan akan di beritakan, dan satu Minggu berikutnya pesta akan di gelar di istana kerajaan, aku akan pamit, jaga dirimu sampai hari itu, sampai jumpa"

Hah! Khas sekali Pangeran si tukang atur.

.
.
.

Kaizer menarik sudut bibirnya keluar dari taman, gadis bodoh itu, mana mau dia melepaskan Cambridge begitu saja, dulu saja Kaizer berusaha keras membuat Cambridge ada di pihaknya apalagi sekarang saat Cambridge berada di puncak popularitas.

Kekayaan Cambridge menjadi berlipat lipat setelah penemuan tambang Auriga, di tambah bisnis yang di jalani Putrinya, toko perhiasan, butik mewah, beberapa bidang tanah, dan kerjasama dengan para bangsawan.

Setelah di bukanya toko perhiasan, para bangsawan serentak  mengajukan permintaan kerjasama pada Ryana, Ryana kini di kenal pebisnis wanita tersukses di Demetria, dengan popularitas seperti itu mana mungkin Kaizer tidak mengikatnya, kalau perlu Kaizer akan merantai Ryana agar berada di sisinya sampai ia naik tahta.

.
.
.

Seorang pria duduk santai menghisap cerutunya, menghembuskan asap pekat wangi tembakau.

"Tuan"
"Bagaimana?"
"Pertunangan akan berlangsung 2 pekan lagi"
Pria itu mengangguk terkekeh.
"Biarkan saja, setelah mereka berada di puncak, aku akan menebasnya bersamaan"

.
.
.

Riri sedang makan malam bersama Theo dan Orion, hubungan mereka terus membaik dan itu memberikan Vibes positif di Mansion Cambridge.

"Aku menerima pertunangan ku" celetuk Riri tiba tiba.
"Apa kau yakin?" Theo bertanya khawatir.
Riri mengangguk.
"Kau tidak perlu khawatir, Pangeran Mahkota sebenarnya orang yang hangat" ucap Orion.

Hangat? Kelewat hangat dia mah panasss.

"Bagaimana pembangunan rumah pengobatanmu"
"Itu berjalan baik mungkin dalam satu bulan akan beroperasi"
Theo mengangguk bangga pada Putrinya.

Riri memang sedang membangun rumah pengobatan atau rumah sakit, di zaman ini jika seseorang sakit mereka harus memanggil tabib ke rumah masing masing, itu sangat tidak efisien, maka tercetuslah ide membangun rumah sakit oleh Riri dalam rangka mengurangi uang yang ada di kamarnya Hahaha!.

Lagi pula Riri mengingat wabah yang akan terjadi di masa depan, Riri berpikir untuk membuat ruang isolasi bagi mereka yang sakit, agar virus tidak menyebar.

Jika di hitung itu akan terjadi sekitar 6 bulan lagi, Riri rasa itu cukup untuk mempersiapkan keadaan darurat, khususnya di wilayah Cambridge yang paling parah terdampak.

Riri Kembali ke kamarnya di antar oleh Orion. Orang ini tiba tiba ingin mengantarnya.

"Ryana"
"Ya"
Orion menghela nafas sebentar lalu menghentikan langkah mereka.
"Terimakasih telah menerima kami kembali, aku sangat menyesal atas masa lalu"

Riri terdiam sebentar lalu tersenyum tipis.
"Aku tidak pernah memaafkan kalian, 17 tahun hidupku dan 3 bulan permintaan maaf kalian itu tidak sebanding"

Wajah Orion seperti orang yang tersambar petir, tegang.

"T..tapi selama ini kau..?"
"Jangan salah paham dengan sikapku, aku hanya tidak peduli dan itu terserah kalian ingin berbuat apa padaku, nyatanya aku tidak merasakan apapun lagi dari perhatianmu atau ayah, apa artinya itu?"

"Apa aku mati rasa?"

.
.
.

Vote and coment