20

3K 329 4
                                    

"Wajah itu benar benar tidak cocok untuk kalian"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wajah itu benar benar tidak cocok untuk kalian"

Theo merasa sakit di hatinya, apa yang ia lakukan selama ini pada putrinya.

"Aku selalu bertanya tanya ada apa dengan ayah dan kakakku kenapa mereka tidak suka padaku, saat aku berumur 5 tahun aku berpikir mungkin itu karena aku nakal, lalu aku berusaha menjadi anak baik, saat aku berumur 10 tahun mungkin karena aku tidak pintar maka aku akan belajar mati matian, saat aku 12 tahun aku mengerti kalau itu rasa benci, aku tidak mengerti kenapa aku dikatakan membunuh ibuku, bagaimana caranya?, apa aku menusuk jantung nya dengan pisau, apa aku memenggal kepalanya, apa aku meracuni ibu tanpa sadar, kenapa aku tidak ingat bagaimana caraku membunuh ibu, lalu Marry berkata ibu tidak mati dengan cara yang aku sebutkan tadi. Ibu mati saat melahirkanku, lalu apa itu pilihan?, apa aku memilih untuk lahir, jika aku lahir untuk di benci kenapa kau tidak membunuhku saat aku di kandungan! Kenapa tidak menebas kepalaku saat aku masih bayi kenapa tidak coba menggugurkanku HAH!!" Ryana berteriak frustasi pada Theo.

"Kenapa kau membiarkanku tumbuh besar, kenapa, kenapa membiarkanku merasakan ini, kenapa aku harus sakit, kenapa aku sakit sendiriaaan!!"
"Aaaarrrrgghhh!!!" Ryana berteriak keras dalam tangisannya.

"An... Anaaku" Theo terbata, tangannya gemetar meraih kepala Ryana, kenapa ia begitu bodoh kenapa begitu bodoh mengabaikan putrinya, apa yang harus ia lakukan sekarang, kebencian Ryana sudah sebesar ini. Bagaimana cara memperbaikinya.

Orion jatuh berlutut di hadapan Ryana wajahnya menggelap sendu.
"Maaf... Maafkan aku hhh" Orion tidak bisa menahan getar dalam suaranya, tangisan  Ryana menyayat hatinya, adiknya yang malang.

Ryana masih sesenggukan, kepalanya pusing dan pandangannya buram, tak lama Ryana jatuh tak sadarkan diri.
.
.
.

3 jam kemudian Riri terbangun, kepalanya pusing kebanyakan menangis, Riri melihat Theo dan Orion berada di kamarnya sedang bicara dengan Marry.
"Marry..."
Marry terkejut langsung menghampiri Ryana.
"Ada yang Anda butuhkan Putri"
"Air"
Setelah minum Riri menatap 2 orang yang masih berdiam diri disana.
"Marry"
"Ya putri"
"Suruh mereka keluar aku ingin tidur" Riri lalu kembali berbaring menarik selimut sampai leher.

Marry yang mendengar itu bingung, bagaimana mungkin ia mengusir Theo dan Orion dari sini.

Theo menghela nafas, wajahnya sendu, begitu juga dengan Orion.
"Aku akan keluar, tolong jaga dia baik baik"

"Baik Tuan" Marry menunduk hormat mengantar kepergian Theo dan Orion. Entah apa yang terjadi Marry sangat panik saat Nonanya di gendong Tuan Orion dalam keadaan pingsan, dokter mengatakan bahwa Ryana terlalu stress hingga kelelahan.

Theo menatap lukisan Martha di kamarnya.
"Apa yang harus aku lakukan Martha? Ini salahku, kehilanganmu membuatku hilang akal sampai tidak menyadari kau meninggalkan hal berharga padaku, permata kita, Ryana, bagaimana sekarang Martha? Ryana membenciku, putri kita menderita di tangan ayahnya, aku ayah terburuk, bagaimana mungkin aku sebodoh itu Martha, aku melupakan janji kita untuk merawatnya dengan baik, kenapa aku sebodoh ini"

Theo memukul kepalanya berkali kali sembari menangis, menyesali kebodohannya, di kamar megah itu hanya terdengar isakan dari seorang ayah yang gagal.
.
.
.

Vote and coment.

Dua Dunia RiriWhere stories live. Discover now