Ending yang sebenarnya

Mulai dari awal
                                    

Ia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, dengan senyum manis yang tak luntur dari wajahnya.

Sedangkan di rumah sakit, Gus Maulana hanya cekikikan saat melihat Bunda Fatimah yang gemas dengan istrinya itu.

Setelah telpon dimatikan sepihak oleh Nazwa, Bunda Fatimah tidak henti ngedumel. Bahkan Ayah Aldi dan Hannan pun hanya bisa menggelengkan kepala mereka.

"Bunda sabar ya," ucap Gus Maulana yang masih cekikikan.

Bunda Fatimah hanya menghela napas pelan, setelah itu ia berjalan menghampiri sang suami dan duduk di sampingnya.

"Udah dong, mungkin ade lagi mimpi makanya tadi dia tanya gitu," ujar Ayah Aldi seraya mengusap pucuk kepala sang istri.

"Gini banget nasib jomblo," celetuk Hannan.

Mendengar itu, yang lain pun tertawa, dan Hannan hanya mendengus kesal. Ia pun beralih memainkan ponselnya dan bersandar di sandaran sofa.

"Maka cepet nikah," sahut Gus Kahfi.

"Skripsi belum selesai," jawab Hannan cuek.

Lagi-lagi mereka tertawa saat mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Hannan. Sedangkan Bunda Fatimah dan Ayah Aldi hanya terkekeh melihat tingkah putra mereka itu.

Tak lama, Nazwa pun datang dengan membawa beberapa cemilan. Bukan untuk suaminya, melainkan untuk dirinya sendiri.

Karena akhir-akhir ini, ia memang suka ngemil. Nazwa masuk dengan mengucapkan salam, dengan begitu senang.

Saat ia melihat sang suami yang bersandar di sandaran brankar, Nazwa langsung melemparkan kantong cemilannya tadi ke arah Hannan dan berlari menghampiri sang suami.

Hannan yang tadi asik bermain game pun terkejut saat Nazwa melemparnya dengan kantong cemilan, bukan hanya satu, tapi ada empat kantong cemilan yang Nazwa lempar kearah nya.

Ia pun meletakkan kantong cemilan Nazwa ke atas meja, dengan raut wajah kesal. Gelak tawa pun pecah, mereka menggelengkan kepala saat melihat tingkah ibu hamil itu.

"Sayang, liat Bang Hannan, dia kesel sama kamu," bisik Gus Maulana.

Nazwa pun melihat ke arah Hannan, ia hanya cekikikan saat melihat raut kesal abangnya itu. Setelah itu Nazwa kembali memeluk tubuh sang suami.

"Duduk sini sayang, nanti kamu capek," ujar Gus Maulana seraya menggeser duduknya.

Nazwa naik ke atas brankar dan duduk di samping sang suami. "Abang, tolong ambilin Ade cemilan itu dong," ucap Nazwa sambil menunjuk cemilan yang ia maksud.

"Ambil sendiri," ujar Hannan

"Abang ih, ayo dong, Ade laper ini," rengek Nazwa.

"Kalau laper tu makan, bukan ngemil," ujar Hannan, seraya mengambilkan cemilan yang Nazwa mau.

"Makasih Abang," ucap Nazwa seraya tersenyum manis dan mengambil cemilan yang di tangan Hannan.

Ia pun langsung membuka bungkus cemilan itu, dan sesekali menyuapi sang suami. Gus Maulana ingin menolak, namun ia takut jika nanti istrinya itu akan marah.

Nazwa tengah asik menikmati cemilannya itu, hingga yang lain berpamitan pun ia tak sadar. Nazwa baru sadar setelah cemilannya habis.

Saat ia ingin membuang sampah cemilan itu, ia bingung saat melihat kondisi ruang rawat suaminya yang sudah kosong, dan hanya tersisa mereka berdua.

"Mas, yang lain pada kemana?" tanya Nazwa dengan wajah polosnya.

"Udah pulang, kamu dari tadi di panggil gak nyaut, malah asik makan," ujar Gus Maulana.

My Gus My Husband [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang