Chapter 46

3.1K 233 11
                                    

Semalam mereka sibuk memikirkan bagaimana rencana mereka kedepannya. Menguak siapa di balik username HxUitZ4 yang sebenarnya. Lalu memecahkan misteri-misteri lainnya.

Morela tak habis pikir, bagaimana bisa menyelesaikan masalah ini untuk beberapa hari ke depan.

Dan sekarang. Maxim memberi tahu kepada Morela jika kedua orang tua Teresa menghubungi Maxim dan mengatakan jika Teresa hilang.

Berbicara tentang Teresa. Morela sedikit cemburu. Maxim masih begitu peduli kepada mantan pacar nya itu.

"Lo tau kan, La. Teresa pacar pertama gue." Morela begitu marah kepada Maxim. Walaupun perasaan marah itu ia redam sendirian.

"Gue harus mencari Teresa. Lo mau bantu?"

Mau tak mau Morela ikut turun tangan dengan masalah ini. Ia juga penasaran siapa yang menculik Teresa.

"Jemput gue, jam delapan." Setelah itu Morela mematikan sambungannya.

Morela beranjak dari tempat tidur nya. Mengambil notebook yang berisi tentang pendapatnya tentang masalah semua ini. Ia juga kadang bertanya kepada Mr. Bre tentang hal yang sangat penting untuk di tanyai. Terutama tentang kakek dari ayah nya.

Perlu beberapa kali pertanyaan jebakan yang Morela lontarkan. Hingga kakek nya tak sengaja menjawab dengan jawaban yang Morela nantikan.

"Yang kakek tahu, Adam Peter seorang pembunuh bayaran."

Mengisi beberapa halaman di notebook nya. Morela kini mulai mengerti jalan awal masalah terbentuk.

Morela mengembalikan notebook nya ke atas meja. Mendekati Mirela yang duduk di depan kotak bergambar kesayangannya.

"Gue penat, La. Kakek santai banget akhir-akhir ini." Ujar Mirela saat merasa kehadiran Morela di sampingnya.

"Kakek banyak punya anak buah. Jadi kalo ada masalah tinggal nyuruh anak buah nya yang ngurus. Sedangkan kita ngurus sendirian." Tambah Morela.

"Kasian mana masih muda." Sahut Mirela. Melepas semua beban pikiran yang ada Mirela lebih memilih bermain game di komputer nya.

"Gue mau ke Maxim. Udah mau jam delapan." Kata Morela menyambar jaket nya.

"Gue mau ikut. Gabrian ngajak."

"Lo siap-siap. Gue ke depan dulu. Maxim dah nunggu. Lo izin ke kakek, mau main ke markas Maxim."

"Siap bang." Sahut Mirela.

Morela berlari pelan, keluar dari mansion. Maxim sudah menunggu sejak tadi. Begitu bersemangat nya dia untuk menolong mantan pacar nya itu.

"GPS nya berhenti di ujung gang, setelah itu ilang. Gak tau kemana." Ucap Maxim, Morela tak menyahut. Justru memainkan hp nya guna membantu melacak.

"Kata Felix Teresa di bawa ke sebuah gedung tua."

Maxim mulai menjalankan mobil nya. Walaupun berusaha untuk menutupi raut wajah nya. Tetap saja, Morela mendapati Maxim tengah cemas memikirkan Teresa. Oh ayo lah, Morela. Tak biasanya kau marah masalah seperti ini.

"Gabrian gak jadi ikut, dia jaga markas sama Felix." Ucap Maxim. Ia tidak mau suasana dalam mobil terlihat canggung.

Morela melirik. "Terus Mirela sama siapa?"

"Galih." Singkat Maxim.

Morela mengangguk. Sesekali menunjukkan ke arah mana Maxim harus membelokkan setirnya.

"Gedung yang ini gak sih? Sama kok yang di kirim Felix gambarnya." Ujar Morela. Melihat ke arah gedung kosong yang berjarak puluhan meter dari tempat Maxim menghentikan mobilnya.

TWO M MAFIA GIRL'S [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang