"Gila! Cantik banget," gumam Althaia yang tak henti-hentinya mengangumi tubuh Althaia dalam novel yang benar-benar sempurna.
Setelah puas, Althaia langsung memakai seragam sekolahnya yang ternyata sudah disiapkan dalam walk in closet.
Lagi-lagi Althaia dibuat berdecak kagum melihat isi walk in closet yang diisi dengan baju-baju beraneka macam dan dipastikan harganya mahal.
"Wow! Kalau kayak ini, rasanya gue gak mau balik ke dunia asli," ucapnya dengan tawa ringan. Sebab di dunia aslinya, ia harus menjalani pahitnya kehidupan. Selain berasal dari keluarga broken home, ekonomi keluarganya juga bisa dikatakan kurang. Maka tak ayal, jika disuguhkan dengan kehidupan Althaia dalam novel, tentu ia tak bisa menolak.
Setelah selesai memakai seragam yang pas di tubuhnya, Althaia juga langsung menyambar tas yang berada di meja belajarnya.
Althaia langsung melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar menuju meja makan.
"Kamu lama sekali," ucap sebuah suara membuat Althaia mendongak.
Terlihat pria dan wanita paruh baya yang sudah menunggunya di meja makan. Serta seorang gadis yang Althaia ketahui adalah Athena, kakaknya. Althaia yakin jika pria dan wanita paruh baya tersebut adalah orang tua dari Althaia.
"Maaf," ucapnya tak enak hati.
Wanita paruh baya yang duduk di samping Athena tersenyum simpul.
"Sini sayang, kita sarapan," ucapnya yang langsung diangguki oleh Althaia.
Keluarga tersebut memakan sarapan dengan khidmat. Hati kecil Althaia terasa hangat melihat keharmonisan keluarga Althaia dalam novel. Ia bersyukur bisa merasakan yang namanya memiliki keluarga harmonis, meskipun bukan di dunia nyata.
"Lo udah selesai, kan? Ayo berangkat," kata Athena seraya beranjak.
"Pa, Ma, kita berangkat dulu."
Athena menyalami tangan kedua orang tuanya. Diikuti oleh Althaia. Meskipun Althaia merasakan perasaan canggung. Namun tak dapat dipungkiri bahwa ia merasa senang.
Althaia mengikuti langkah kaki Athena yang berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah. Ia baru menyadari jika rumah yang ditempatinya sangatlah mewah. Bahkan halaman depannya terlihat luas. Bisa dibuat lapangan golf.
"Heh! Ayo! Ngelamunin apa sih Lo? Kelihatannya hari ini Lo aneh banget."
Ucapan Athena berhasil menyadarkan Althaia dari lamunannya. Ia memasang wajah penuh sesal karena membuat Athena kesal. Keduanya memasuki mobil yang dikendarai oleh Athena
"Eh, Lo yang nyetir? Bukan sopir?" tanya Althaia yang sontak langsung membuat kening Athena mengkerut.
"Gue kan emang setiap hari yang nyetir, gak pernah pakai sopir. Gimana sih? Amnesia lo."
Althaia meringis malu. Ia merutuki dirinya sendiri yang mengatakan kalimat barusan. Sungguh ia tak mengingat apapun tentang kehidupan Althaia dalam novel. Sebab dalam novel kebanyakan yang diceritakan adalah kisah cinta antara Althaia dan Dylan.
Mengingat nama Dylan, membuat Althaia terdiam merenung. Ia memikirkan banyak cara untuk menghindari Dylan. Namun bagaimana caranya? Melihat wajah Dylan saja ia tak pernah. Bagaimana ia bisa menghindari Dylan.
"Udah sampai, ayo turun!" ucap Athena.
Althaia keluar dari mobil. Ia berjalan beriringan dengan kakaknya. Jika dilihat-lihat, ternyata Athena tak kalah cantik daripada Althaia.
"Gue kelas apa, kak?"
Langkah kaki Athena terhenti seketika. Ia menatap Althaia dengan pandangan terkejut.
"Amnesia beneran Lo?"
Althaia tak menjawab. Melainkan hanya mampu tersenyum tak enak.
"Lo kan kelas X MIPA 4. Sedangkan gue kelas XII MIPA 2."
"Oh iya."
"Gak jelas banget! Jangan bilang Lo juga lupa letak kelasnya?" tuduh Athena yang sialnya benar. Namun, tak mau membuat Athena curiga, Althaia menggeleng tegas.
"Gak mungkin lah gue lupa."
Athena memutar bola matanya malas. "Kelas aja Lo lupa, besar kemungkinan kalau Lo juga gak tahu letaknya dimana."
"Kalau gak percaya lebih baik Lo ke kelas sana. Biar gue sendiri ke kelas."
"Fine, gue pergi! Bye."
'*•.¸♡ To Be Continue♡¸.•*'
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar... Sekalian share ke teman-teman kalian untuk membaca cerita ini...
Thank you very much❤️❤️❤️
YOU ARE READING
Hello Max
Teen FictionPercayakah kamu akan transmigrasi? Awalnya, Althaia tak percaya akan transmigrasi yang terjadi pada novel-novel yang pernah ia baca. Namun, ia dipaksa percaya saat mengalami sendiri perpindahan jiwa tersebut. Entah bagaimana bisa, yang jelas saat me...
01. •Dunia Lain•
Start from the beginning
