chapter 43

597 70 0
                                    

Happy Reading~!🌹













"Perkuat pertahanan!! Penyusup datang!"

"Penyihir sialan! Pergi kau!"

"Ku habisi kau!"

"Tolong!!!"

"Cepat serang balik!"

Suasana ricuh itu kini memenuhi istana Dark rose. Bukan hanya di istana ini, tetapi dapat ku lihat para penduduk di luar sana juga sama-sama heboh melihat daerah kekuasaan mereka di usik oleh ras lain.

Baik pelayan ataupun prajurit, mereka semua kompak mengeluarkan sihir mereka. Tak perduli kekuatan mereka besar atau tidak yang terpenting mereka dapat menyerang balik para penyihir yang terus berdatangan dari balik portal besar berwarna putih familiar itu.

Kehebohan ini nyatanya Sama sekali tak membuat ku takut ataupun panik, karena aku tahu siapa dalangnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Reviano.

Kami---aku, Amber, Damient dan Esme menonton keributan di bawah sana dengan santai. Entahlah, tak ada satupun di antara kami yang berniat untuk membantu perkelahian antar dua ras itu.

Ku tatap Amber, gadis itu tampak gelisah melihat ras nya yang tiba-tiba saja menyerang dan mengundang perang dengan Ras iblis yang jelas-jelas tak mengusik mereka. Ia tampak bingung dan akhirnya memilih untuk menonton pertunjukkan dk bawah sana dengan ekspresi campur aduk.

Kemudian, atensi ku teralih pada Damient dan Esme yang tampak santai. Mereka bahkan memakan camilan coklat kesukaan ku, Seakan tak peduli daerah kekuasaan mereka di jajah seperti ini. Tentu saja, aku juga tak berniat turun ke bawah karena aku merasa itu bukan urusan ku. Ingat? Aku tak ingin lagi terlibat dalam masalah dua pemimpin ras besar itu---Charles dan Reviano tentunya.

Dalam hati aku bertanya-tanya. Dimana keberadaan sih raja iblis ini---Charles. Pria itu menghilang, tak ada yang tahu di mana keberadaan nya. Apa ia tak tahu kerajaan nya tengah di serang oleh sang rival?

Saat ini, kami berada di gazebo depan kamarku. Tempat yang sangat strategis untuk menonton peperangan secara langsung. Gazebo ini juga telah di lapisi oleh barier milik Esme, hingga kami tak perlu cemas kalau-kalau sihir dari mereka yang tengah berkelahi itu mengenai kami.

"Hei, ada apa dengan pemimpin mu itu? Ia terlihat gila" Tanya Esme sembari menunjuk Reviano di bawah sana yang tampak menghabisi para prajurit iblis dengan brutal.

Amber yang di tanya hanya melirik gadis itu dengan raut wajah cemas. Terlebih ketika melihat Reviano yang tampak begitu bahagia menghabisi musuhnya, ekspresi gadis itu semakin tak sedap di pandang.

"Apa perlu aku turun kebawah dan membantu?" Tanya Damient yang sedari tadi hanya diam menyaksikan para bawahan nya di habisi tanpa ampun.

Kening nya berkerut samar, terlihat sedikit rasa emosi di wajah tampannya. Mungkin ia mulai merasa jengkel melihat musuhnya yang semakin semena-mena merusak wilayah kekuasaanya karena pemimpin mereka tak kunjung.

"Tidak perlu repot-repot turun tangan. Ini adalah urusan pria gila itu dengan Charles. Lebih baik kita diam dan menonton, bukan kah ini menyenangkan?" Aku hanya dapat menggelengkan kepala melihat tingkah gila Esme.

Gadis itu tampak tak perduli sama sekali. ia terlihat tak sabar menantikan hal yang akan terjadi selanjutnya, sementara Damient yang mendengarnya mendengus kasar, tetapi tetap menuruti kehendak Gadis sinting itu.

Ternyata, hubungan asli kedua iblis ini sangat baik. Walau sering beradu argumen, nyatanya mereka adalah teman akrab. Padahal, dulu aku benar-benar mengira Esme dan Damient bermusuhan. Tak tahunya itu semua hanyalah tipu muslihat Reviano yang tengah mengambil identitas Damient.

SCARLET ✔️Where stories live. Discover now